Kekasihku, Sore ini aku membuat sajak untukmu Hanya sekedar membangun pelataran rindu dari gerbang yang engkau susun dulu lihatlah tanah remah air mata kita di bawahnya tergeletak ratusan daun jati kering belum disapu oleh ingatan-ingatan kita
Kekasihku, aku ingat betapa engkau dulu menyukai air mata dan kau kerap menitipkannya pada angin tangan-tangan angin itu mengetuk pintu membuka hatiku, lalu angin itu menjadi pelana dimana ia kemudian memperkuda cintaku semua ruang adalah wajahmu
Kekasihku, bulan bulat air mata menyampiri ayat-ayat yang sering kau nyanyikan itulah nyanyian cakrawalamu, bagaimana aku bisa menghidupkan gairah rindu
Api cintaku adalah sejarah yang satu tentangmu adalah mimpi mengejar bintang-bintang
Maka ketika bintang itu menjadi pohon flamboyan tepi jalan Pungkas sudah aku menghamili rasa cintaku padamu.
Indah..saya suka kata2mu..tentang daun yang jatuh...bukankah hidup kita juga seperti sebatang pohon ? Tiap kisahnya sudah tertulis di tiap helaian daunnya. Saat sudah kita lalui, gugurlah dia...
3 comments:
Saya suka sekali dg puisi ini
Indah..saya suka kata2mu..tentang daun yang jatuh...bukankah hidup kita juga seperti sebatang pohon ? Tiap kisahnya sudah tertulis di tiap helaian daunnya. Saat sudah kita lalui, gugurlah dia...
Salam kenal ya,
Titik Kartitiani
bagus sekaliii..
Post a Comment