Sunday, 15 April 2012

Gentong



Dulu, mungkin beberapa dekade yang lalu kita masih ingat gentong yang berada di depan rumah. Fungsi gentong itu adalah menyediakan air segar bagi pejalan kaki. Dalam masyarakat yang komunal, masyarakat yang tidak dihidupkan pada fungsi hak milik, tapi dihidupkan pada kebersamaan, maka gentong adalah "wilayah' paling depan kesadaran manusia bahwa dirinya tak sendiri, ia bagian dari gerak dunia, bagian dari gerak masyarakat dan bagian dari gerak lingkungannya.


Dulu banyak pejalan kaki yang kehausan dan mampir di depan rumah siapa saja untuk meminum air gentong, ada batas yang romantik antara fungsi kepemilikan dan fungsi sosial dalam ruang domestik masyarakat, kepemilikan pada masa lalu tak selamanya mengacu pada kepemilikan dengan nilai nominal, diskon atas masa depan, atau hitung-hitungan penuh rumus, tapi kepemilikan masa lalu dinilai dari seberapa jauh manusia bisa berfungsi atas ruang bersama.

Tapi ketika ide-ide kapital diperkenalkan, individu diartikan sebagai kebebasan yang mematikan ruang kebersamaan, ruang kepemilikan hanya dibentuk oleh besaran nilai nominal dan ladang kompetisi dijadikan arena bertarung dalam kehidupan. Gentong berubah menjadi gelas-gelas plastik air mineral, semua diukur dalam bentuk nominal.

Namun tidak selamanya ruang kapital itu memperbudak keinginan manusia untuk terasing dalam lingkungannya. Beberapa tahun lalu saya sempat keluar daerah dan lewat di jalan tol, di beberapa tempat rest area ada sekelompok pensiunan yang menyediakan air kopi, teh dan air mineral gratis. Mereka tak lagi mencari nilai atas nominal segelas air, tapi mereka mencari nilai atas kemanusiaan dalam segelas air.

Dalam gentong di depan rumah pada jaman dulu, kita banyak belajar bagaimana cara menghancurkan tembok-tembok kapital yang mendiskriminasi kemanusiaan.

ANTON DH NUGRAHANTO.

1 comment:

Kasamago said...

Nilai kemanusiaan kian tertutupi oleh nilai komersialis.. meski sejatiny nilai kemanusiaannya tak mungkin tergapai oleh nilai komersil..