Tuesday, 3 April 2012

Beraninya Daantje dan Gentleman-nya Bung Karno



Suatu pagi yang cerah sekitar jam 9.00, seorang pilot muda hilir mudik gelisah didepan hanggar pesawat Lanud Hussein Sastranegara, Bandung pada pos parkir pesawat Mig 17. Ia beberapa kali memeriksa kanon yang berisi peluru ukuran 21 mili, lalu ia mengusap-usap rambutnya yang agak berjambul. Lelaki tampan dan tegap itu mengenakan kaca mata hitam dan berjalan agak cepat ke arah pesawat, sesaat sebelum ia naik pesawat, tiba-tiba seorang perempuan cantik memanggilnya "Daantje..." lelaki itu menoleh tiba-tiba ia mendapat kecupan. "I love you" kata perempuan cantik bernama Molly Mambo. Daantje membalas kecupan Molly, bibir tersenyum dan berkata lembut "I love you, too Molly..." Lalu ia melompat ke cockpit pesawat.


Daantje, nickname dari Daniel Alexander Maukar, pilot pesawat terbaik yang pernah dimiliki Indonesia, catatan manuvernya hanya sedikit dibawah pilot Leo Wattimena, Leo sendiri adalah pilot keluaran terbaik Amerika Serikat yang bikin bengong banyak para ace dengan aksi bolak balik pesawat tempur, dan Daantje hanya sedikit dibawah Leo kemampuannya, Daantje mampu menerbangkan pesawat dalam kecepatan tinggi berapa meter di atas pohon kelapa. Dan pagi itu ia seakan melaksanakan petualangan paling penting dalam hidupnya.

Pagi itu, Bung Karno membaca-baca laporan dari beberapa menterinya, sempat pula ia bercanda dengan Achmadi dan berteriak-teriak pada Kolonel Sugandhi agar lekas menyiapkan keperluannya. Lama ia duduk di kursi kayu teras istana.

Bung Karno merasa gelisah, seperti ada yang lain di pagi ini. Berkali-kali ia melihat jam tangannya. Sementara Daantje sudah melesat menembus angkasa Bandung, menuju Djakarta. Ia mengincar Istana Negara.

Bung Karno berangkat ke gedung DPA yang terletak di samping Istana, dengan beberapa ajudan perwira menengah dan bintara DKP (Detasemen Kawal Presiden). Baru beberapa saat Bung Karno pergi tiba-tiba terdengar suara seperti mitraliyur. Kursi yang baru berapa puluh menit diduduki Bung Karno, hancur lebur. Daantje dengan keakuratannya yang luar biasa mampu menembus Istana Negara. Lalu ia melesat ke arah utara, ia menembaki kilang penyimpanan minyak di Tandjung Priok, drrrrttttt.....dalam hitungan menit, dua kilang minyak terbakar hebat.

Sementara di AURI sendiri semua orang yang tau posisi pilot berteriak : "Tiger....Tiger".. mereka tak menyangka salah satu pilotnya berbuat senekat itu. Tiger adalah call sign bagi Daantje.

Daantje tersenyum kecil, lalu ia mengarahkan pesawatnya ke selatan, ia mendarat darurat di persawahan Garut, ia mendarat di tengah sawah dan ini yang bikin tercengang banyak orang, bahwa hanya ace pilot jempolan yang bisa bikin hard landing seperti ini. Daantje mengakhiri petualangannya.

Usaha Daantje berhenti di Garut, tapi tidak bagi Sam Karundeng, tandem Daantje dalam misi petualangan ini. Sam Karundeng pusing, karena setelah penyerangan mendadak Daantje, pasukan penyusup yang mendukung pendongkelan Sukarno tidak jadi masuk kota. Usaha pendongkelan Bung Karno gagal total.

Nasution berlari-lari ke kamar kerdjanya dari ruang rapat saat mendengar ada usaha penembakan pilot pesawat terhadap Bung Karno. Sementara Yani memanggil seluruh panglima dan memerintahkan siapkan pasukan paling cepat yang bisa mengamankan ibukota. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur semua kondisi siaga. Setelah tau Bung Karno selamat, Nasution bernafas lega.

Beberapa minggu kemudian, diadakan sidang militer terhadap Daantje dan Sam Karundeng, Daantje mengaku ia tak berniat membunuh Bung Karno "Bagaimana saya bisa membunuh orang yang jadi idola saya" Daantje mengaku ia akan menembak Istana bila bendera kuning, lambang Kepresidenan tak ada di tempat. Dulu ada kode pengawalan Presiden RI dengan tanda bendera kuning emas yang dipasang di muka Istana menandai Presiden berada di tempat. Daantje rupanya tertarik atas ide Permesta untuk melawan Bung Karno yang dianggap sudah disetir Komunis.

Di Persidangan Daantje tak dibenci, ia malah dipuja banyak perempuan, keberaniannya sebagai lelaki membuat perempuan jatuh hati, ia adalah lelaki pemberani yang tampan. Saat hakim memvonis hukuman mati. Daantje berdiri dan menghormat. Baginya merah putih tetap di hati, ia hanya mengoreksi jalannya kepemerintahan tapi bukan berkhianat pada negara.

Salah seorang sahabat Daantje, Rima Melati (artis ibukota) amat menyukai Daantje, berkali-kali ia berkunjung ke sel tahanan Daantje dan bicara. "Cobalah kamu minta maaf dengan Bung Karno" Daantje tersenyum, ia menolak "Bagi saya ini prinsip". Bung Karno tertawa saat mendengar Daantje menolak minta maaf "Aku suka dengan anak ini"....dan Hukuman mati-pun dicabut. Bung Karno amat Gentleman dalam menyikapi soal Daantje, "Ia masih muda dan punya masa depan" ucap Bung Karno mengomentari soal Daantje.

Setelah krisis politik 1968, Daantje akhirnya dibebaskan. Tersiar kabar bahwa penembakan Bung Karno ini cuman persoalan rebutan perempuan, kerna Bung Karno senang menggoda Molly Mambo, tapi Daantje tersenyum saja ia berkata "Saya tak sebodoh itu" Dan Daantje Maukar sampai sekarang dikenang sebagai pilot petualang paling hebat di tahun 1960-an, sebuah dekade yang dikenang bangsa Indonesia sebagai dekade "Penuh keberanian, patriotisme dan sikap gentleman".

ANTON DH NUGRAHANTO

No comments: