Thursday, 24 April 2008

Sajak Ketika Langit Tak Lagi Jingga

Sajak Ketika Langit Tak Lagi Jingga

Langit tak lagi jingga
Seperti awan musim hampa
Matahari berubah menjadi perdu
Dan cinta hanyalah butir-butir mata dadu

Kini sejak kumainkan
Sedikit nada tanpa buah rindu
Garis-garis luku yang kutorehkan pada ladang biru
Menjadi asam muda
Tanpa senyum manis bibir senja.....

Ah, pelabuhan lama
Kota tua
Terminal bisu
Adalah masa lalu yang kisahnya tak usah dikenang
Karena mimpi datang bukan untuk dibuang
Mimpi kita, mimpi ungu
Yang dihidupkan air mata api
Biarlah semua yang kau tulis pada puisi-puisi hitam
Menjadi alamat suci dari pertemuan dua hati

Djakarta, 11 Maret 2008


Hitam

Hitam sudah mata hati
Ketika hati menjadi sunyi
Hitam sudah buah tanya
Ketika malam tak melahirkan pranata
Maka diam adalah jawaban
Toh, diam juga bagian dari pertanyaan

Djakarta, 11 Maret 2008


Ketika Puan pungut Mimpi Yang Hilang

Ada yang hilang
Pada mimpi semalam
Aku belikan lotto Pemilihan Raya dengan seribu gendam di ucapan
Tapi yang kembali
Hanyalah serapah puan
Bukan uang yang kukumpulkan
Tapi malah bibir-bibir tanpa tuan yang rancap sana sini
Siapa pula yang mencangkok rembulan
Bila tak ada alasan?
Bibir-bibir puan
Yang didamba para Hang
Bukan jadi lautan
Atau samudera tertakluk laksmana radja
Bibir puan
Bibir rindu
Yang sejarahnya
Dibangun pada warna biru
Maka ketika puan menjadi ratu di negeri melayu
Singkat pula bibir ini menjadi mesin godam
Untuk buat cerita pada urutan alkisah
Tentang negeri tak hampa kuasa
Seperti cerita
Raffles bertanya pada Tuan Umar
Tentang adakah kerja di pikiran orang Melayu sana?

Djakarta, 11 Maret 2008

Senandung Ibunda Urip Tri Gunawan

Kutimang-timang engkau bayiku sayang
Kunyanyikan sejuta harapan
Pada malam-malam bisu dengan sejuta bintang
Lampu kecil ini, kuberi sedikit minyak
Agar terang nyalanya
Agar jelas arahnya

Wahai bayiku tercinta
Yang disampaikan pada garis kabar gembira
Belajar menyanyilah sayang, tentang cinta ibunda
Lihat disana ayah tertawa senang lihat wajahmu yang riang
Buluh-buluh cinta yang kutanamkan hendaknya kau jadikan tonggak perjalanan
Agar benar hidupmu, agar terang jalanmu
Cinta sudah ditasbihkan
Agar kau menjadi orang yang berguna
Bagi : Bangsa, Agama dan Negara
Itulah alasan kau dihidupkan di dunia
Dan mempunyai nama : Urip Tri Gunawan.....

(-lalu adakah beda antara ibunda koruptor dengan ibunda orang sesuci mahatma? Karena bagi Tuhan semuanya diberikan kasih dan naluri keibuan...)

Djakarta, 12 Maret 2008

No comments: