Monday, 21 September 2009
Matahari Tak Pernah Tinggi
Matahari Tak Pernah Tinggi
Bunga-bunga redup di pagi waktu
Matahari turun pelan-pelan
dan waktu menjadi mati
Ketika kita bicara tentang hidup
Maka Matahari tak pernah tinggi
Satu waktu satu senja
dia dihitung dengan jari-jari kita
dihitung dengan mimpi kita
atau laju imaji yang kita potong dengan terbata-bata
Hujan gerimis rinai menyemai
dalam kaki-kaki hujan yang cantik
di tiap derap waktu kita gariskan sebait puisi pada penghujung sore
dan sekali lagi matahari tak pernah tinggi
Karena kerja kita tak pernah usai
dan mimpi-mimpi selalu menuntut di tiap pagi
Purnama di pinggir kali
dan matahari tenggelam di senja hari
burung merpati pulang ke kandang di rumah pada loteng telanjang
Suatu waktu
dan Matahari Tak pernah tinggi
Hari berganti
dan nyawa waktu menjadi selongsong gelap pikiran
kita menunggu dan menunggu
seakan godot berubah menjadi ratu adil
yang jubahnya adalah harapan dan matanya adalah asa yang disambungkan pada sejarah masa silam
Selalu saja begitu
.....Dan Matahari Tak Pernah Tinggi.
Hidup kita
adalah impian kita
yang kita potong-potong dengan tawa dan air mata
selalu saja begitu
Dan Matahari Tak Pernah Tinggi
Lalu hidup kita berhenti
dan pelangi pelan-pelan runtuh menjadi air
lalu kasa menyaring waktu
dan sekali lagi
Matahari Tak Pernah Tinggi ......
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment