Tuesday 9 September 2008

Siapa itu Proudhon


Pierre-Joseph Proudhon (15 Januari 1809 - 19 Januari 1865) adalah seorang pakar ekonomi berkebangsaan Perancis dan juga seorang filosofis sosialis dan merupakan orang yang pertama kali menyebut dirinya sebagai seorang "anarkis" sekaligus salah seorang pemikir anarkis yang pertama. Proudhon lahir di Besancon, Perancis. Proudhon terkenal dengan pernyataan kerasnya bahwa "Hak milik pribadi adalah pencurian!" (B. Inggris : Property is theft!)
Dia adalah anak seorang petani anggur. Pada mulanya dia adalah seorang otodidak karena ketidakmampuan ekonomi keluarganya membuatnya tidak mampu bersekolah, tetapi kemudian dia mendapat beasiswa untuk studi filsafat dan ekonomi di Akademi Besancon.
Pemikiran Proudhon adalah sosialis, tetapi berbeda dengan pemikir sosialis utopis sebelumnya, Proudhon lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat praktis. Proudhon berpendapat bahwa manusia dalam hakikatnya terlahir sebagai individu yang bebas dan mempunyai hak-hak asasi tertentu. Dalam interaksinya dengan individu yang lain, individu-individu ini membentuk suatu masyarakat yang "alami" yang juga mempunyai hak-hak asasi dalam dirinya. Hak-hak inilah yang kemudian diperkosa oleh sistem ekonomi kapitalisme yang dikuasai oleh para pemilik modal.
Proudhon adalah seorang pemikir yang mempunyai pengaruh jauh lebih besar terhadap perkembangan anarkisme, seorang penulis yang betul-betul berbakat dan ‘serba tahu’ dan merupakan tokoh yang dapat dibanggakan oleh sosialisme moderen. Proudhon sangat menekuni kehidupan intelektual dan sosial di zamannya, dan kritik-kritik sosialnya didasari oleh pengalaman hidupnya itu. Diantara pemikir-pemikir sosialis di zamannya, dialah yang paling mampu mengerti sebab-sebab penyakit sosial dan juga merupakan seseorang yang mempunyai visi yang sangat luas. Dia mempunyai keyakinan bahwa sebuah evolusi dalam kehidupan intelektual dan sosial menuju ke tingkat yang lebih tinggi harus tidak dibatasi dengan rumus-rumus abstrak.
Proudhon melawan pengaruh tradisi Jacobin yang mendominasi pemikiran demokrat-demokrat di Perancis dan kebanyakan sosialis pada saat itu, dan juga pengaruh negara dan kebijaksanaan ekonomi dalam proses alami kemajuan sosial. Baginya, pemberantasan kedua-dua perkembangan yang bersifat seperti kanker tersebut merupakan tugas utama dalam abad kesembilan belas. Proudhon bukanlah seorang komunis. Dia mengecam hak milik sebagai hak untuk mengeksploitasi, tetapi mengakui hak milik umum alat-alat untuk berproduksi, yang akan dipakai oleh kelompok-kelompok industri yang terikat antara satu dengan yang lain dalam kontrak yang bebas; selama hak ini tidak dipakai untuk mengeksploitasi manusia lain dan selama seorang individu dapat menikmati seluruh hasil kerjanya. Jumlah waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah benda menjadi ukuran nilainya dalam pertukaran mutual. Dengan sistem tersebut, kemampuan kapital untuk menjalankan riba dimusnahkan. Jikalau kapital tersedia untuk setiap orang, kapital tersebut tidak lagi menjadi sebuah instrumen yang bisa dipakai untuk mengeksploitasi.
Proudhon mengajarkan 'anarkisme damai', sikap anti terhadap angkatan bersenjata yang merupakan alat sekaligus penguat sistem negara, sebab menurut keyakinannya masyarakat yang secara moral layak bertahan hanya boleh tergantung kepada niat-baik yang sukarela dari anggota-anggotanya.
Pada tahun 1839, ia menulis salah satu esainya yang terkenal yaitu L’Utilité de la célébration du dimanche yang berisi ide-ide revolusionernya. Pada tahun 1840 dia menulis salah satu paper work yang kemudian terkenal karena esai itu menjadi pusat perdebatannya dengan Karl Marx. Esai itu berjudul Systeme des Contadictions economiques ou La Philosophie de la Misere[1] (System of Economical Contradictions: or, the Philosophy of Misery). Dalam bukunya ini, Proudhon mengkritik habis komunisme ala Marx. Menurutnya, komunisme tidak lebih baik dari pada Kapitalisme. Komunisme mengancam martabat manusia dan mengabaikan hak-hak asasi individu dan masyarakat. Komunisme juga hanya menyebarkan kemelaratan dan kemiskinan dan membuat orang hidup seperti dalam pengasingan. Serangan Proudhon atas konsep-konsep sosialisme Marx kemudian dibalas oleh Marx dalam bukunya yang berjudul La Misere de la Philosophie (The Misery of Philosophy).
Dalam tulisan berserinya tentang hak milik yang diterbitkan dengan judul Theory of Property (1840), Proudhon membuat suatu kalimat retoris yang terkenal : What is Property ?[2] (Apa itu Hak Milik ?) Pertanyaan itu kemudian dijawabnya sendiri yaitu "Property is Theft" (Hak Milik adalah Hasil Curian), "Property is Despotism" (Hak Milik adalah Despotisme). Proudhon bukanlah penentang hak milik, tetapi ia hanya marah melihat banyaknya hak milik yang diperoleh bukan melalui cara yang benar dan juga dengan cara tidak bekerja. Proudhon juga menganjurkan agar "property" seharusnya dibagikan secara merata kepada individu-individu, keluarga, dan asosiasi pekerja.
Proudhon pernah dipenjara karena tulisan-tulisannya yang menentang sistem ekonomi di Perancis. Pada tahun 1860 dia dipenjara lagi karena tulisannya yang mengkritik kebijakan Kaisar Napoleon III dalam hal ekonomi. Dia kemudian lari ke Belgia untuk menghindari hukuman itu, tetapi kemudian dia mendapat amnesti dan kembali ke Perancis. Proudhon kemudian mengganti semboyannya yang semula menjadi "La propriete, c’est la liberte" (Property is Freedom). Maksudnya adalah hak milik kecil milik orang yang bekerja.
Proudhon, walaupun kemudian dikenal sebagai tokoh utama dibalik gerakan anarkisme, ia tidak pernah menyetujui segala macam bentuk pemogokan dan pemberontakan. Dia khawatir bahwa segala macam bentuk kekerasan dapat menimbulkan kediktatoran dan semakin mempertajam pertentangan kelas. Dia juga menolak perjuangan kaum pekerja melalui parlemen. Proudhon lebih menyukai perjuangan kaum pekerja lewat dirinya sendiri, yaitu buruh harus membantu dirinya sendiri. Proudhon menganjurkan pembentukan koperasi-koperasi pekerja dan bank-bank rakyat yang lebih berorientasi pada pekerja. Koperasi dan bank rakyat dipercayainya akan mengubah sistem kapitalis dari dalam, dan dengan demikian akan tercipta masyarakat yang harmonis sehingga kekuasaan negara tidak diperlukan lagi dan diganti dengan federasi komunitas-komunitas.

1 comment:

agung said...

salam kenal
proudhon memiliki pemikiran yang tajam. Dia berpikir jernih ketika manusia akan bertambah melarat, ketika pertentangan kelas terus terjadi. Mutualisme dapat kita jadikan kajian untuk pisau analisis kita.