Wednesday 21 December 2011

Hari Ibu adalah Hari Pergerakan Perempuan Indonesia

Tanggal 22 Desember sesungguhnya diperingati sebagai "HARI PERGERAKAN PEREMPUAN" karena pada tanggal 22-25 Desember berkumpul 30 Organisasi Perempuan di Ndalem Joyodipuran, Yogyakarta.

Pada tanggal itu menjadi tonggak paling penting penyatuan Indonesia Raya oleh kaum Perempuan Indonesia Pada tanggal itu kaum Perempuan Indonesia terlibat langsung dalam pergerakan politik dan memiliki peran penting dalam sejarah. Oleh Presiden Sukarno, kenangan tentang Kongres Perempuan Indonesia yang berlangsung di Yogyakarta 22-25 Desember 1928 kemudian di ‘dekritkan’ sebagai ‘Hari Ibu’. Bung Karno bermaksud melibatkan secara entitas peran kaum perempuan dalam pergerakan rakyat dan percaturan politik penting.

Sejarah keterlibatan perempuan ini kemudian dihancurkan oleh Rezim Orde Baru yang secara bertahap menghancurkan sokoguru-sokoguru pergerakan rakyat. Dalam masyarakat sokoguru paling awal adalah Perempuan, Pemuda dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Tiga ini yang pertama kali dihancurkan adalah Perempuan.

Kejahatan Propaganda Lubang Buaya : “Adalah titik paling penting sejarah Penghancuran Perempuan Indonesia” adalah Djamilah korban pertama kali yang dijadikan simbol penghancuran gerakan perempuan Indonesia dimana Djamilah dimasukkan ke dalam unsur Gerwani dan dituduh melakukan tarian dalam pesta seks di Lobang Buaya yang kemudian memancing kemarahan massa.

Pembohongan Orde Baru ini kemudian menggelincirkan gerakan Perempuan hanya sebagai bentuk penistaan tubuh perempuan dalam dunia laki-laki, lalu secara bertahap seluruh gerakan Perempuan Indonesia dimasukkan ke dalam wilayah ‘domestik’. Domestifikasi peran perempuan dalam pergerakan adalah “Menciptakan struktur masyarakat yang menganggap Perempuan hanya dan hanya sebagai ‘Ibu Rumah Tangga’ Perempuan yang masuk ke dalam sejarah keterlibatan masyarakat dipandang sinis, di dalam rumah tanggapun Perempuan harus takluk pada suami, sehingga Penindasan terhadap kaum perempuan semakin efektif.

Sudah saatnya dipisahkan pengertian antara “Hari Ibu” 22 Desember dengan Woman Day Internasional, dalam Hari Ibu seharusnya menempatkan kaum perempuan ke dalam wilayah pergerakan Nasional, sehingga Kaum Perempuan semakin efektif ikut dalam percaturan politik, ekonomi dan masyarakat. Diskriminasi peran perempuan ini yang harus dibongkar dan diselesaikan sehingga pergesekan yang timbul di dalam masyarakat bisa melahirkan produk perempuan yang berani, bebas dalam mengekspresikan diri dan merdeka atas kehendak tubuh mereka.

22 Desember bukan saja hari Ibu tapi hari ‘Pembebasan Perempuan’ yang terpenjara dalam struktur dunia laki-laki. Selamat Hari Ibu, Selamat Hari Perempuan, Selamat pada kaum Perempuan yang berani memerdekakan tubuh dan jiwa mereka dari segala bentuk Penindasan.

Anton, 22 Desember 2011.

Tuesday 13 December 2011

Kereta Rindu



Kereta Rindu

Desai Angin menembus pohon-pohon cemara
Waktu melenyap
Pertemuanku denganmu sudah menjadi buku cerita dongeng
Kata-kata sudah menjadi purba

Kamu berdiri di tepi peron stasiun tua
Matamu menumpu rel-rel baja, menunggu dengung suara roda kereta
Mengantungi harapan agar pertemuan kita terulang
Kamu menepikan senja dengan air mata

Di tepi rel kereta
Pada stasiun tua
di kota kecil
tanpa sengaja kamu merumahkan rindu

Lalu ketika peluit akhir berbunyi
kamu pulang melewati daun-daun yang berguguran
pada tanah dimana kemarau tumbuh ragu-ragu
dan hujan sore menampiaskan wajahmu
Lukisan Hujan adalah parasmu

Kau ceritakan itu
pada surat-surat yang datang kemudian
lalu kau bertanya
: "Apalah arti cinta tanpa kesetiaan, seperti rel-rel baja menunggu dengung roda kereta".

Friday 9 December 2011

Angie Lihatlah Anak Ini


Angie, dibalik maskara mahalmu, dibalik wangi parfummu, dibalik semua tingkah laku artifisialmu, dibalik lancarnya kata-katamu, dan mewahnya mobilmu yang kau pamerkan di depan gedung KPK. - Ada hak anak ini yang terampas. Ketika engkau merekayasa sindikasi, ketika kamu melakukan hal-hal untuk mencuri uang negara.

Negara ini dibangun dengan darah dan air mata -bukannya tanpa tujuan, jutaan orang ...sudah mati untuk negara ini, mereka mati kerna memimpikan masa depan anak-anak Indonesia, masa depan yang lebih baik, rumah yang nyaman, rumah tanpa kehinaan, rumah dengan segala bentuk kehormatannya manusia Indonesia.

Bangsa ini dibebaskan bukan untuk memelihara jaringan penguasa yang hidupnya tidak dibiayai keringat tapi dibiayai anggaran negara, bangsa ini dibebaskan agar anak seperti ini punya kecerdasan, punya masa depannya.

Sekali-kalilah berpolitik bukan untuk ketenaran, menambah teman atau menumpuk aset kekayaan, berpolitiklah untuk rakyat banyak, berpolitiklah agar mereka bisa dibebaskan, karena pada hakikatnya politik yang membebaskan adalah politik yang menggembirakan, dan tak ada yang lebih indah dari semuanya bila kita gembira dalam hidup.

Bila itu sudah jadi tujuan kita, jutaan anak-anak seperti inilah yang akan gembira atas hasil kerja kita.




Kisah Anak Penjual Kue


(Gambar Atas : Ilustrasi)


SAYA BUKAN PENGEMIS (Belajar dengan Anak Kecil Penjual Kue)


Suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah restoran karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang anak penjaja kue menghampirinya, "Om, beli kue Om, masih hangat dan enak rasanya!"
"Tidak Dik, saya mau makan nasi saja," kata si pemuda menolak. Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.

Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, "Tidak Dik, saya sudah kenyang."
Sambil terus mengikuti si pemuda, si anak berkata, "Kuenya bisa dibuat oleh-oleh pulang, Om." Dompet yang belum sempat dimasukkan ke kantong pun dibukanya kembali. Dikeluarkannya dua lembar ribuan dan ia mengangsurkan ke anak penjual kue. "Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya." Dengan senang hati diterimanya uang itu. Lalu, dia bergegas ke luar restoran, dan memberikan uang pemberian tadi kepada pengemis yang berada di depan restoran. Si pemuda memperhatikan dengan seksama. Dia merasa heran dan sedikit tersinggung. Ia langsung menegur, "Hai adik kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang. Kenapa setelah uang ada di tanganmu, malah kamu berikan ke si pengemis itu?" "Om, saya mohon maaf. Jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan atas jerih payah sendiri, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh ibu saya sendiri dan ibu pasti kecewa, marah, dan sedih, jika saya menerima uang dari Om bukan hasil dari menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu."

Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh." Si anak pun segera menghitung dengan gembira.
Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, "Terima kasih Dik, atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu." Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, "Terima kasih, Om. Ibu saya pasti akan gembira sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami."

**********************************************************


Ini sebuah ilustrasi tentang sikap perjuangan hidup yang POSITIF dan TERHORMAT. Walaupun mereka miskin harta, tetapi mereka kaya mental! Menyikapi kemiskinan bukan dengan mengemis dan minta belas kasihan dari orang lain. Tapi dengan bekerja keras, jujur, dan membanting tulang. Jika setiap manusia mau melatih dan mengembangkan kekayaan mental di dalam menjalani kehidupan ini, lambat atau cepat kekayaan mental yang telah kita miliki itu akan mengkristal menjadi karakter yg sangat bagus, dan karakter itulah yang akan menjadi embrio dari kesuksesan sejati yang mampu kita ukir dengan gemilang.

Dan para PNS atau karyawan swasta yang masih 'MENGEMIS' meminta uang tip atau pungli kepada pengguna jasa setelah melayaninya, padahal mereka sudah digaji, hendaknya belajar dengan seorang anak kecil penjual kue tadi DAN TIDAK MELAKUKANNYA LAGI AGAR INDONESIA SEMAKIN MAJU DAN JAYA.

from : Kiki Kurniati (kisah ini juga sudah dikutip di banyak tempat)

Tuesday 6 December 2011

Politik Pencitraan Dari Masa ke Masa


Politik Pencitraan

Politik pencitraan itu amat perlu dalam komunikasi politik hanya saja kita harus melihat pencitraan kaitannya dengan implikasi yang dialami masyarakat, respon yang timbul sehingga menjadi bagian dari pemikiran, gairah dan tindakan-tindakan politik di kalangan masyarakat umum. Dalam sejarah modern Indonesia politik pencitraan dilakukan dilakukan oleh tiga pemimpin : Sukarno, Suharto dan SBY. Masing-masing memiliki kategori dan tujuan pencitraannya.

Pencitraan Gairah Revolusi Sukarno :

Pada tahun 1920-an Sukarno sudah memilih peci hitam sebagai bagian dari pencitraan kerakyatan, ia menyatukan diri dalam gerakan besar Melayu, bukan gerakan besar Jawa karena ia melihat bahwa Jawa adalah subkultur dari akar Melayu. Mangkanya ia memilih peci. Pemilihan peci ini dilakukan di Bandung ketika ia melihat tukang sate yang telanjang kaki, telanjang dada hanya pakai kolor tapi mengenakan peci. Ia melihat banyak rakyat Djakarta (dulu Batavia) mengenakan peci, peci ini asalnya dari tarbuz yang banyak dikenakan orang Turki, saat itu sedang ramai gerakan muda Kemal Pasya yang mengenakan tarbuz sebagai lambang nasional rakyat Turki.

Tahun 1945 Sukarno memilih baju model safari dengan kantong-kantong ala perwira, ia reka-reka sendiri model baju ini, kelak rakyat mengenalnya model ‘Baju Sukarno’ penggunaan baju ini ia ukur dengan perkembangan suasana batin jaman yang sedang mengalami gejolak revolusi, dalam masyarakat yang kacau, rakyat banyak butuh pegangan, dan satu-satunya pegangan yang bisa dijadikan tuntunan adalah “Ingatan Kolektif” dengan dasar ingatan kolektif inilah Sukarno memerintahkan Sudiro untuk mencari wartawan foto yang tiap hari harus memoto gaya Sukarno, foto-foto ini kemudian dijadikan alat hegemoni untuk terus membangun ingatan kolektif rakyat “ingat Sukarno, ingat revolusi kemerdekaan”.

Pakaian berpotongan safari tanpa pangkat mulai ditinggalkan Sukarno di tahun 1959, ketika Sukarno harus berhadapan pada alam politik baru yaitu : “Mengantisipasi Politik Intervensi Modal Asing” yang sudah disiapkan Ike Eisenhower dalam melakukan okupasi politik terhadap Indonesia apalagi setelah keberhasilan Sukarno merebut Irian Barat, panasnya politik di Vietnam Selatan yang bakal merambat ke Indonesia dan berakibat pada perpecahan wilayah serta tindakan ofensif sekutu Inggris disekitaran wilayah Indonesia. Sukarno melihat hanya ada tiga motor dalam melakukan pemikiran-pemikiran revolusi, yaitu : Dirinya sendiri sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam mengeluarkan ide-ide revolusi (yang dimulai dari “Pidato Penemuan Kembali Revolusi Kita” sampai pada Manipol Usdek) –disini ia bertindak sebagai mesin ide, lalu massa rakyat disini Sukarno mengambil massa militan dari PKI yang kemudian dilambangkan dalam peci hitamnya dan motor ketiga adalah Militer, Sukarno memakai baju bergaya militer dengan bintang lima dan tongkat komando untuk menunjukkan siapa yang berkuasa dalam militer, semua kekuatan itu berkumpul di dalam dirinya dengan tujuan besar : “Membebaskan Indonesia dari Politik Intervensi Modal Asing” – Hitung-hitungan Sukarno setelah politik berdikari Indonesia sukses maka Pemilu bisa dilangsungkan sekitar tahun 1975, “Pemilu hanya bisa dilangsungkan ketika rakyat sudah menyadari bahwa “Berdikari” adalah sumber dari segala sumber kesadaran dalam berpolitik. Disini kemudian Sukarno melakukan pencitraan terus menerus untuk menggenjot alam bawah sadar keberanian rakyat Indonesia untuk mempertahankan hak-hak atas modal bangsa (Sumber daya alam, wilayah dan penduduk).

Pencitraan Suharto Untuk Menutup-nutupi kekerasan Politik :

Pencitraan Suharto adalah Pencitraan yang bertujuan untuk menutup-nutupi “Kekerasan Politik dan Pemerintahan Junta Militer yang melingkari dirinya”. Ia menolak memakai baju-baju militer, baju-baju Jenderal resmi untuk membuat kesan Indonesia bukan negara neofasisme, bukan negara yang dipimpin oleh sebarisan Junta Militer.

Secara pribadi Suharto paralel dengan pencitraan, ia memang pendiam dan santun, ia tidak banyak berbicara. Pencitraan ini membuat situasi kekuasaannya menjadi angker dan kekuasaan yang angker secara tidak langsung menjadi motor yang efektif dalam menjalankan kekuasaan baik secara illegal maupun legal.

Pencitraan Bergaya Tontonan

Kepemimpinan SBY lahir dari masyarakat yang gemar menonton, bukan lahir dari masyarakat yang berpikir secara substantif. Doktrinasi masyarakat tontonan ini adalah akibat politik represif Orde Baru, dalam politik orde baru masyarakat tidak pernah sebagai pihak yang partisipatif, tapi sebagai pihak yang tidak terlibat dalam situasi politik keseharian, politik dan kebijakannya adalah milik kaum dewa yang berarti : Pejabat bersafari.

Dalam suasana yang frustrasi ini di tahun 1980-1998 masyarakat melarikan diri ke dalam dunia tontonan, ia bisa merasa jadi bagian ketika ia menonton sesuatu, pernah masyarakat melibatkan secara aktif dalam situasi politik keseharian tapi itu pada saat kerusuhan besar 1998, tapi selepas reformasi 1998 masyarakat kembali menjadi penonton.

Ketika masyarakat gemar menonton, maka yang muncul adalah tingkah politisi dan pejabat yang harus bisa melakukan akting politik di depan masyarakat, akting politik inilah yang kemudian disebut-sebut sebagai : Bahasa Komunikasi Politik Pencitraan. SBY melakukan akting politik dengan lulus S-3 pada IPB untuk menghantam Megawati yang drop out dari IPB, tapi lucunya kemudian SBY dibodohi oleh orang yang mengenalkan padi super toy dan blue energy. SBY melakukan pencitraan politik berlebihan pada iklan yang mirip Mie Instan sehingga memancing politisi lain mencitrakan diri. Apabila dulu alat komunikasi politik adalah melakukan pendidikan kader-kader yang dilakukan agen-agen politik, atau di masa Orde Baru melakukan penataran P4 untuk melakukan doktrinasi atas pembenaran-pembenaran kekuasaan Suharto, maka di masa SBY komunikasi politik dan pencitraannya dilakukan dengan cara amat instan yaitu dengan masang spanduk, baliho-baliho dan jargon-jargon yang tak jelas, penyakit ini kemudian meluas menjadi penyakit pencitraan yang diidap para penguasa.

Korban politik pencitraan yang merusak ini ternyata juga dialami Dahlan Iskan entah ia sadar atau tidak, pada awalnya ia mempesona rakyat dengan kemampuannya bertahan hidup, rakyat terpesona dengan daya juangnya yang keras, ia hanya lulusan SMA tapi dengan kemauan baja ia berhasil memiliki perusahaan media nasional terbesar kedua setelah KOMPAS. Pada titik ini Dahlan Iskan menemui otensitasnya, lalu Dahlan Iskan menjabat direksi PLN, belum ditemukan titik penting dalam kerjanya di PLN ia kemudian didapuk menjadi menteri BUMN. Lalu Dahlan Iskan melakukan sidak dan sampai-sampai ingin naik ke atap kereta rel listrik di depan wartawan. Apa yang ia lakukan secara sadar atau tak sadar adalah bagian pencitraan, rakyat senang dan bertepuk tangan melihat kabar itu dan membanding-bandingkan dengan pejabat lain yang tak memiliki daya sensitifitasnya terhadap kesusahan rakyat. – Padahal keinginan naik atap kereta rel listrik ini adalah bentuk pelecehan terhadap hukum transportasi PJKA dan Lalu Lintas Publik-.

Dalam politik pencitraan substansi tidak lagi menjadi penting, karena ketika Dahlan Iskan melakukan sidak, kesusahan dialami ribuan orang, kebijakan terhadap sistem lalu lintas dengan mengorbankan masyarakat pengguna KRL jadi tak terlihat, padahal kebijakan ini amat tak adil bagi kepentingan masyarakat umum.

Ciri umum dalam politik pencitraan bergaya SBY adalah “Mengaburkan substansi masalah ke dalam pesona-pesona personal sehingga masalah itu tidak dapat terurai dengan jelas orang dikaburkan pada titik penting persoalan”.

Semoga di tahun 2014 Politik Pencitraan berdasarkan tontonan dan artifisial-artifisial ini sudah bisa dihentikan. Sayang bila bangsa besar ini larut ke dalam dunia artifisial politik tanpa ujung.

Dahlan Iskan dan Kebijakannya yang kacau


Banyak orang terpesona dengan gaya Dahlan Iskan melakukan sidak, bahkan sikapnya yang berlebihan untuk naik di atas atap kereta api. Orang kita senangnya melihat sesuatu yang artifisial, yang nggak ada hubungannya dengan substansi, padahal alasan Dahlan Iskan sidak itu karena kebijakan gobloknya yang sama sekali tidak memahami penderitaan rakyat.

Dahlan memberlakukan sistem Loop Line, ribuan pen...umpang disuruh meloncat dari satu kereta ke kereta yang lain. Bikin susah ribuan penumpang. Sistem Loop Line digunakan untuk mengurangi jadwal kedatangan kereta sehingga diharapkan lalu lintas kota berkurang macetnya hingga 10% Ini kebijakan goblok dan keblinger.... kerna apa? kerna kebijakan ini tidak memahami landasan filosofis transportasi kota masa depan.. Kaum komuter yang menggunakan jasa kereta api adalah kelompok yang harus diutamakan karena mereka mau menggunakan jasa transportasi umum, hanya transportasi umum-lah yang bisa melancarkan dan membuat efektif kehidupan sebuah kota. Mustinya Dahlan tidak seenaknya bikin regulasi pengurangan jumlah jadwal kereta untuk mengurangi kemacetan kota, justru dia sebagai menteri BUMN memerintahkan membeli kereta rel listrik sebanyak-banyaknya untuk rakyat. Dengan desakan transportasi umum yang kemudian menghegemoni ruang kota maka penggunaan kendaraan pribadi yang boros bensin dan biang dari segala kemaceran bisa diturunkan dengan drastis.

Transportasi umum harus dihidupkan dengan sesungguhnya, kebijakan busway Sutiyoso adalah kebijakan yang amat jenius dalam memahami kebutuhan rakyat kota, tapi kebijakan ini menjadi gagal karena tidak adanya tindak lanjut yang meluas untuk membentuk rangkaian transportasi umum.

Sejak Malari 1974, bangsa ini sudah terdikte kendaraan-kendaraan produksi asing, transportasi umum dibuat buruk agar rakyat kota menjadikan kendaraan sebagai bagian dari gengsi sosial sekaligus untuk membuat rakyat kota nyaman. Penjajahan psikologi pasar ini terus berlangsung sampai sekarang, akibatnya pemilik kendaraan pribadi selalu diutamakan ketimbang mereka yang rakyat yang mau menggunakan transportasi umum.

Sudah saatnya pola transportasi umum diubah secara revolusioner, dan itu hanya bisa dilakukan dengan satu jalan : Politik Berdikari, Ekonomi Berdikari ekonomi yang tidak terdikte asing dan kepribadian Indonesia , gotong royong.

Ketika Cut Nyak Berkata

(Foto diatas adalah ketika Tjoet Nyak Dien tertangkap pasukan khusus Marsose, ia dalam kondisi buta dan mengenaskan. Sebuah gambaran manusia untuk memiliki sikap tegas menghadapi kehidupan).


Ketika Cut Nyak Berkata

Pada rumah tubuh tua ini
yang aku punya hanya pikiran
diletakkan pada mangkuk-mangkuk berdebu
dan kiasan-kiasan di Al Qur'an
yang aku bacai ketika pagi dan senja datang

Hidup...Hidupku dimasa lalu
adalah jalan kesunyian, aku tak pernah berpikir tentang sebuah keindahan
mengajak suamiku tertawa di pasar atau menggendong anak dengan nyanyian harapan
kerna itu aku tak punya
hidup harus disikapi, ketika kehormatan tak terjaga
ketika bangsa harus punya martabat
ketika bangsawan harus memutuskan dimana letak kebenaran
dan menjaga marwah rakyat

Aku, angkat rencong di masa lalu
menyusuri hutan menyerang tangsi
dikejar-kejar marsose atau tentara Jawa
aku menangis pada bawah pohon-pohon hutan
Tuhan...Tuhan...Serta rindu aku kemukakan
kenapa kau tak mudahi jalanku
pada keriangan hidup dan ketenangan seperti air yang turun dari batang daun

Ah, hidup rupanya pilihan
dan aku harus memilih jalan yang sulit
kerna takdir bukanlah soal menari diatas nasib
takdir adalah sikap yang terus menerus terjaga

Kini dimasa senja
aku hanya bisa mengaji dan menangis
air mata ini membasahi lembar-lembar kertas Qur'an
pada sebuah desa kecil, di sudut Jawa
aku mendengar tawa anak-anak
yang aku bisa berharap padanya untuk terus melawan
melawan untuk hidup tidak hina
melawan untuk tegak menjadi bangsa terhormat
dan mendirikan bangsa yang tidak dibangun dari barak-barak penindasan
tapi lewat hati yang bernyanyi

Secuil Kisah Van Bronckhorst



Secuil Kisah Van Bronckhorst, pemain utama Tim Belanda

Saya lahir di Rotterdam. Nama saya tampaknya
membingungkan orang, tetapi tidak ada darah Italia di keluarga saya -
ayah saya berasal dari Indonesia dan ibuku Maluku - tapi ibuku sangat menyukai nama Giovanni. Aku dibesarkan di sebuah kota kecil di luar kota, di mana adik kecilku Elvira lahir ketika aku berusia sembilan tahun.

Ayahku yang orang Indonesia itu mengenalkanku pada sepakbola dan mengajariku bagaimana caranya bermain, Ia selalu menceritakan tentang negerinya yang sangat gila bola. Ketika saya berumur enam
tahun, saya pergi ke sebuah klub amatir, MOL, di Rotterdam untuk belajarpermainan dengan cara yang benar. Ayah bermain untuk klub
yang sama.

Seperti kebanyakan klub di Belanda, memiliki tim muda.Ketika saya berusia tujuh tahun, saya pergi ke Feyenoord yang merupakan awal saya bergabung di tim 16-tahun. Mereka memiliki banyak tim untuk setiap tingkat usia - Under-8, Under-10, Under-12, Under-14
dan Under-17. Sehingga Anda selalu bisa mendapatkan permainan, tapi lebih sulit untuk bermain untuk tim pertama. Aku bermain kiri lini
tengah pada masa itu, sama seperti aku lakukan sekarang. Bergabung dengan Feyenoord adalah suatu kebanggaan besar buat anak-anak, karena meski tahun 1980-an bukanlah masa gemilang bagi Feyenoord - selain dari ketika Johan Cruyff datang ke klub dan kami menjadi juara pada tahun 1984 - klub masih salah satu papan atas di negeri ini
untuk sepakbola.

Ruud Gullit datang di awal 1980-an.Kompetisi menjadi suatu yang hidup tapi sangat berat. Tidak banyak dari rekan-rekan saya yang bertahan dalam kompetisi yang berat, meskipun yang melakukannya
adalah Bobby Petta, yang kemudian bermain untuk Celtic. Bobby dan aku bermain dari usia 14 tahun. Ia mencapai tim terlebih dahulu sebelum ia berangkat untuk bergabung dengan Ipswich di Inggris.

Di tingkat remaja, Feyenoord, Ajax dan PSV mendominasi permainan dan Tim Utama mereka sangat keren. Tapi, seperti yang saya
katakan, dekade 1980-an adalah waktu yang gemilang di klub tidak seperti dekade 90an - ketika saya siap untuk meningkatkan ke dalam jajaran profesional - tidak banyak yang datang melalui pemain dari tim muda dan memulai debutnya di tim utama.

Untungnya, saya memiliki pelatih yang sangat baik, Maup Martens, yang melatih saya dengan tekun saat usia saya di usia saya 12 sampai 15 tahun. Aku masih melihat dia dan para pelatih lainnya di Rotterdam. Baru sekarang saya menyadari betapa indah Maup mengajari kami, kerna yang dilatih bukan hanya keterampilan, tapi juga belajar taktik.

Pada tahun 1990, ketika saya berusia 15, harapan saya terpenuhi ketika Feyenoord menawari saya kontrak untuk menjadi seorang profesional. Berjalan keluar di De Kuip di depan pendukung yang bersorak-sorak adalah mimpiku, dan saya tahu sejak saat itu saya menandatangani kontrak yang menentukan bagi jalan hidupku di masa depan.

Sajak Pada Pinggir Sungai


Pada pinggir sungai

Sepi menjadi penanda mata
kayu dan ranting terbengakalai, sisa-sisa hujan tadi pagi masih menapaki atas tanah
Perahu rusak dan bayangan kusam masa lalu
menjadi awalan ketika aku melihat sungai dengan gerusan melawan waktu.

O, kesepian begini tenangnya
angin menjadi peluit yang meniupi telingaku
udara pelan-pelan menjadi pacar yang menggemaskan
dan matahari seperti rayap yang menggerogoti gairahku
pada sebuah sungai yang mengeja mimpi-mimpi
tentang keberadaan dan keadaan-keadaan yang masuk ke ruang alam bawah sadar

Sore ini pada sebuah sungai
di tepi arus yang membelah pasir-pasir
aku diam membayangkan
betapa sungai ini menyimpan sebuah gerak dari masa lalu
tentang manusia, cinta dan kata-kata tak bertepi..........

ANTON

Jadilah Polisi Sebagaimana Rakyat Inginkan


Jadilah Polisi dimana ketika kamu berdiri disana masyarakat merasa terlindungi
Jadilah Polisi yang tau persoalan-persoalan masyarakat
Jadilah Polisi yang tidak mau membekingi kejahatan
Jadilah Polisi dimana kamu mencintai tugasmu, seperti kamu mencintai bangsa ini...

Ajari generasi muda tentang kedisiplinan bukan keserampangan
Ajari masyarakat untuk tau tertib hukum bukan mempermainkan hukum
Karena kalian pandu bagi tumbuhnya masyarakat sipil, bukan pengacau dalam sistem kemasyarakatan.

Tunjukkan sikap jujurmu mencari kebenaran agar kami percaya
Perlihatkan sikap tegasmu supaya hubungan antar kita terjaga

Sejarah negeri ini dibangun antara rasa cinta dan benci terhadap Polisi. Tapi kami juga sadar toh Polisi bukan hanya milik para Jenderal yang memperkaya diri, Polisi milik rakyat, yang mungkin saja disaat-saat ini menjadi 'anak hilang' tapi suatu saat kelak'anak hilang' itu kembali dengan segenap kebanggaan.

Polisi, ciptakanlah keamanan dalam tindakanmu bukan sebaris kata-kata dalam spanduk-spandukmu, biarkanlah kata-kata di spanduk dan baliho jalan-jalan milik calon legislator yang sedang memajangkan diri. Kerna memang kerja polisi bukan memainkan kata, tapi bersatunya kata dan tindakan.

Ditengah arus tidak suka terhadap tindakanmu, Polisi. Rakyat masih mencintaimu semoga ke depan kalian menjadi institusi yang paling bersih karena kalianlah obor terpenting dalam menerangi jalan menuju masyarakat sipil yang maju.

Percayalah bangsa ini masih mencintaimu.............

Che Guevara, Borobudur dan Bung Karno


Foto atas : Che Guevara sedang mengabadikan candi Borobudur tahun 1959,
apa yang ada di dalam pikiran Che?

Borobudur itu bangunan yang didasari pada sistem masyarakat feodal. Dibangun lewat banyak darah para buruh bangunannya. Tapi menghasilkan hal yang indah. Borobudur adalah puncak dari peradaban di Jawa dan Che Guevara mengaguminya. Pada tahun 1959 Che Guevara datang ke Jakarta atas perintah Fidel Castro untuk belajar sosialisme pada Bung Karno. Sukarno sendiri memberi beberapa kuliah tentang kedaulatan modal dan imperialisme modern pada Che. "Kamu tau Che, watak imperialisme kuno yang menghasilkan kapitalisme kuno itu beda dengan watak imperialisme modern yang menghasilkan kapitalisme modern, kapitalisme modern itu didasari pada modal. Kelak konflik Internasional bergeser pada modal bukan lagi pada perang koloni atau wilayah, inilah kenapa aku ingin negeriku menjadi raksasa terhadap modal itu sendiri sehingga aku bisa menjadikan bangsaku bangsa yang berdikari, berdiri diatas kaki sendiri, berkedaulatan politik, daulat atas ekonomi dan berkebudayaan otentik" kata Bung Karno di tahun 1959 saat menemui Che.

Bersyukurlah dalam KeIslamanmu........



Ucapan yang paling berbobot adalah Allah swt
Kidung terindah adalah Adzan
Aksara Terbaik adalah rangkaian ayat di Al Qur'an
Gerak paling menyehatkan adalah Shalat
Kebersihan paling menyegarkan adalah Wudhu
Perjalanan terindah adalah Naik Haji dan mendapatkan berkah dari Allah swt
Renungan terbaik adalah ketika engkau mengingat dosamu
Diet paling sempurna adalah Puasa..............

Bersyukurlah pada Allah swt karena dalam Islam kita didisiplinkan untuk menjadi manusia dan memanusiakan kemanusiaan.

Apa Ada.......




Apa ada yang lebih indah dari pagi kecuali melangkahkan kaki menuju mimpi
Apa ada yang lebih kejam dari sepi kecuali bayangan tentang masa lalu yang putus
Apa ada yang lebih menggetarkan kecuali doa yang membuat Tuhan menumbuhkan benih keyakinan di hati kita

Apa ada yang lebih kuat dari sebuah puasa yang mengalahkan diri sendiri
Apa ada yang lebih memahami pemikiran kecuali sikap saling memaklumi
Apa ada yang lebih rahasia dari segala rahasia kecuali cinta pertama yang dipendam dalam-dalam di lubuk hati.

Apa ada yang melebihi rasa takut kecuali rasa bersalah yang menyiksamu di tiap malam
Apa ada yang melebihi kegamangan kecuali rasa tidak percaya
Apa ada yang melebihi kekayaan kecuali tawa anak-anak di depan mata orang tuanya
Apa ada yang melebihi lezatnya bumbu masakan kecuali rasa lapar

Apa ada yang melebihi kesetiaan kecuali kemampuan melawan rasa bosan
Dan apa ada yang melebihi kemiskinan di dalam jiwa kecuali pengingkaran terhadap adanya Tuhan ..........



ANTON

Tentang Menulis



Tentang Menulis

Lucu ada yang bilang "sebuah puisi semakin bahasanya sulit semakin asik". Bagi saya, sebuah puisi, novel, essay, cerpen atau prosa ditulis untuk mudah dimengerti. Sekarang banyak sekali orang menulis dengan mementingkan permainan kata tapi maksud dari kata itu kosong sama sekali atau diulang-ulang, padahal tulisan yang baik adalah yang mampu membongkar maksud di dalam susunan kata-katanya, tak ada pengulangan pada maksud kalimat. Susunan kata-kata adalah sebuah rumah bagi tulisan dimana ia harus jelas fungsinya, ketika rumah menjadi tidak jelas fungsinya maka yang didapat adalah kebingungan orang untuk menempati. Begitulah tulisan ketika kata-kata menjadi tidak mudah dimengerti maka dengan segera ia akan menjadi wallpaper atau kertas pembungkus kacang kulit.

Di kolom-kolom seni pada koran-koran dan majalah menumpuk tulisan yang memuat kalimat-kalimat yang meloncat dalam keakraban bahasa, meloncat ke situasi asing. Padahal inti dari menulis yang baik adalah harus mampu membongkar maksud di dalam makna susunan kalimat dengan cara yang enak dibaca. Ia harus masuk ke situasi imajinasi yang mudah bukan malah membuat kepala pembaca terbentur kata-kata aneh. Ikutilah cara steinbeck yang ringkas dalam menulis kata, dan bongkarlah kata-kata seperti Wittgenstein yang mampu melihat bahwa setiap aksara yang tersusun mempunyai ceritanya sendiri dan pembaca dengan mudah bisa mengerti bahwa memang ada persoalan dengan apa yang kita maksud di dalam tulisan itu.

Memahami Pidato Bung Karno


Memahami Pidato Bung Karno


Kemerdekaan tidak menyudahi soal-soal,
kemerdekaan malah membangun soal-soal, tetapi kemerdekaan juga memberi jalan untuk memecahkan soal-soal itu. Hanya ketidak-kemerdekaanlah yang tidak memberi jalan untuk memecahkan soal-soal ... Rumah kita dikepung, rumah kita hendak dihancurkan .... Bersatulah Bhinneka Tunggal Ika. Kalau mau dipersatukan, tentulah bersatu pula.

Soekarno, 17 Agustus 1948

Pidato Bung Karno selalu memberikan nuansa filosofis yang tinggi bagaimana bernegara dan berbangsa. Ia bukan saja menyodorkan kepada alam pemikiran bangsa Indonesia tentang bagaimana menyusun masyarakat tapi membentuk masyarakat baru. Bung Karno bukan saja seorang pembebas bagi bangsanya, tapi ia memberikan bangsanya sebuah jalan untuk menjadi bangsa terhormat.

Simaklah pidato Bung Karno didepan massa rakyat yang berdujun-dujun mendengarkan perkataan beliau pada 17 Agustus 1950. :

"Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan turunnya sitiga warna. Selama masih ada ratap tangis digubuk-gubuk, belumlahpekerjaan kita selesai! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyaknya keringat."

Bung Karno menghendaki jati diri bangsanya dan menjadikan rakyat terhadap subjek daripada negara bukan objek :

Sepuluh tahun telah kita Merdeka, tetapi masih ada saja orang-orang yang dihinggapi minderwaardigheids complexen terhadap orang asing, masih ada saja orang-orang yang lebih mengetahui dan mencintai kultur Eropa dari pada kultur sendiri. Sehatkanlah kehidupan polltik kita dengan jalan Pemilihan Umum itu. Engkau bisa, hei Rakyat, sebab engkaulah yang menjadi hakim-bukan aku, bukan Bung Hatta, bukan Angkatan Perang, bukan Kabinet. (Pidato Bung Karno yang berapi-api 17 Agustus 1955). Perjuangan merubah nasib suatu bangsa terletak pada kekuatan tangan dan pikiran manusianya yang bertindak. Bung Karno mengajak bersama-sama untuk mengubah dengan kerja keras, demikian pidato Bung Karno : Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi pula gitamu: "Innallaha la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim" yang artinya saudara-saudara"Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa, sebelum bangsa itu merobah nasibnya.

Mengembalikan Kegembiraan Berpolitik


Mengembalikan Kegembiraan Berpolitik :

Dulu politik begitu menggembirakan bagi semua rakyat? kerna apa? Kerna menyatunya antara kerja pemimpin dan mimpi-mimpi rakyat. Mereka melakukan dengan gembira. Rakyat senang dengan politik, karena mereka percaya bahwa masa depan mereka sedang diperjuangkan oleh para pemimpinnya dengan sikap jujur.

Lihatlah gambar foto diatas bagaimana rakyat merasa gembira melihat pemimpinnya, ada kesatuan batin antara rakyat dan pemimpin, ada kesamaan kegembiraan antara pemimpin dengan rakyatnya, wajah anak kecil itu gembira, mata mereka hidup saat melihat pemimpin di depan matanya. Rakyat menemukan kegembiraannya dalam politik, karena politik dilibatkan dalam keseharian mereka. Pemimpin menawarkan konsep-konsep yang jelas : "Untuk apa Indonesia berdiri".

Tapi coba lihat sekarang, rakyat asing dengan politik, rakyat sangat benci dengan kegiatan politik, seluruh arus alam bawah sadar rakyat sekarang mengarahkan kepada kebencian umum pada Politik. Politik tidak lagi menemukan kegembiraannya, kecuali sebuah benteng penipuan besar dimana hak-hak rakyat yang dirampas terus menerus.

Tugas generasi muda-lah mengembalikan kembali "Kegembiraan Berpolitik Kita" baca kembali buku-buku Tan Malaka, baca kembali pidato Bung Karno : "Penemuan Djiwa Revolusi Kita" baca kembali buku-buku Hatta. Baca kembali buku Sjahrir dan Sudjatmoko, pelajari sejarah Indonesia dengan teliti maka kita akan bisa menemukan mata rantai kegembiraan rakyat yang hilang itu. Dan ketika kegembiraan berpolitik ditemukan, gunakan waktumu sepenuhnya untuk mengembalikan hak-hak kesejahteraan rakyat yang dirampas.

Menulis Ulang Sejarah


Ilmu sejarah kita dan Sejarawan kita ini produk kolonial, jadi mereka melihat dan menyebarkan paradigma bahwa Indonesia dijajah selama 350 tahun, padahal secara fakta kita tidak dijajah selama 350 tahun, tapi kita perang dengan pasukan asing dari satu wilayah ke satu wilayah selama 350 tahun, ingat Atjeh Kutaradja baru ditaklukkan tahun 1910, sementara hutan-hutan di Atjeh sampai 1945 tidak pernah... ditaklukkan, Bali sampai tahun 1945 belum semuanya ditaklukkan, sejarah di Indonesia bukan sejarah koloni-koloni tetapi sejarah intervensi modal asing (Jaman VOC = Monopoli rempah-rempah, Jaman Hindia Belanda = Modal Asing yang didapatkan dari Penjualan Obligasi-Obligasi dan Saham di Pasar Modal Eropa u/ membangun Perkebunan-Perkebunan, Jaman Harto = Intervensi Modal Asing Internasional IMF, World Bank ataupun IGGI).

Cobalah mulai sekarang ditulis ulang buku-buku sejarah kita, bukan "Kita dijajah 350 tahun" tapi tulis "Kita Melawan Modal Asing selama 350 tahun dengan perang" supaya anak-anak muda kita terdoktrin menjaga kehormatan modal bangsanya. Dengan menulis sejarah "sejarah" sebagai kesadaran perlawanan, maka alam bawah sadar minder kita bisa dihapuskan.

Monday 5 December 2011

Kisah Onze Tjip



Onze Tjip........

Ada ungkapan terkenal di kalangan masyarakat yang sudah kenal Rumah Sakit : 'Dokter atau Perawat belon jago kalo bukan keluaran RSCM'. Mau tidak mau RSCM memang Lembah Tidarnya para dokter dan perawat digembleng untuk merawat orang sakit. Dulu RSCM bernama Centraal Burgerlijke Ziekenhuis atau CBZ. Orang Djakarta tempo dulu selalu menyebut CBZ- diucapkannya Sibiset. Kakek saya saja selalu bilang "Naar CBZ" kalo mau ke RSCM. Barulah generasi ibu saya menyebut Rumah Sakit itu RSCM atau RSUP (Rumah Sakit Umum Pusat). Kenapa CBZ begitu hebat, apakah ada hubungannya antara CBZ dan nama Cipto. Bagi saya nama Cipto yang diberikan pada 17 Agustus 1964 oleh pemerintahan Sukarno atas usulan Menteri Kesehatan saat itu Dokter Satrio bukan tanpa sebab. Suatu sore di bulan Maret 1963 Bung Karno memanggil tim dokter CBZ untuk bertanya tentang nama Rumah Sakit itu. Di teras Istana Negara mereka bicara ngalor ngidul tentang RS, Bung Karno berkata "Aku ingin Rumah Sakit ini, menjadi Rumah Sakit Rakyat, dia harus melayani rakyat secara penuh dan total. Rakyat harus dibebaskan dari biaya-biaya atau minimal sedikit biaya untuk berobat. Dan untuk itu nama kebelanda-belandaan, bukanlah nama yang baik. Aku bertanya kepada kalian nama apa yang cocok untuk Rumah Sakit ini" lalu dokter Satrio nyeletuk "Bagaimana kalau kita namakan Rumah Sakit Tjiptomangunkusumo saja Pak?" Bung Karno terdiam matanya langsung berkaca-kaca. Tak lama kemudian air mata pelan mengalir ke pipinya. "Aku ingat Onze Tjip...Aku ingat Onze Tjip...."

Tjiptomangunkusumo lahir dari keluarga jelata. Ayahnya sesungguhnya anak petani namun karena kecerdasannya dia mampu menjadi guru HIS. Tjip, ditakdir memang hidup menembus kelas-kelas sosial. Ia yang hanya anak guru mampu masuk sekolah STOVIA. Ini sekolah elite jaman dulu yang belajar tentang bidang kedokteran. Usia masuk Stovia dulu adalah berkisar 12-16 tahun. Jadi mereka diajarkan dari yang paling dasar sekali tentang bidang pengobatan dengan alat ajar yang minim. Tapi memang Indonesia selalu melahirkan generasi yang cerdas. Tjip salah satunya. Ia merasa dirinya adalah anak si Kromo, dan sedari awal ia sudah menentang sikap kepriyayi-priyayian yang merupakan penghalang pencerdasan bagi rakyat. Saat itu kepala sekolah memerintahkan setiap murid mengenakan pakaian adat. Hal ini untuk dimaksud agar membedakan diri mereka satu sama lain. Tapi Tjip menolak ia hanya pakai, pakaian dekil, kumal, pakaian anak Jawa jelata, pakaian tukang angon wedhus -anak gembala kambing- saat seorang gurunya mengusir Tjip keluar karena memakai pakaian proletar, kepala sekolahnya melarang dan berteriak pada guru itu :"Tjip, een begaafd leerling," - Hei, Tjip itu salah seorang yang berbakat. Sejak itu Tjip boleh bebas mengenakan pakaian si Kromo.

Tjip dengan cepat menyelesaikan sekolah kedokteran. Tak lama kemudian ia mendengar juniornya mengadakan kongres Budi Utomo. Tjip tau ini dari adiknya Gunawan Mangunkusumo yang teman akrab Sutomo, penggagas Budi Utomo. Disana Tjip diundang bicara pada salah satu sesi kongres. Di depan kongres dia berkata "Saudara-saudara organisasi ini bukan organisasi orang Jawa, bukan kumpulannya para priyayi, saya menghendaki organisasi ini jadi tempat berkesadarannya rakyat Jawa dan juga seluruh Hindia Belanda" ucapan itu diucapkan tahun 1908. Bila Budi Utomo dirujuk sebagai Tahun Kebangkitan Nasional maka sangat tidak tepat bila tidak mengikuti ucapan Tjip tentang nasionalisme. Ucapan ini ditentang oleh banyak peserta kongres termasuk Radjiman Wediodiningrat. Radjiman meminta agar Kongres Budi Utomo merupakan buah kesadaran priyayi saja tidak masuk ke dalam rakyat kecil. Tjip menggebrak meja saat Radjiman bicara itu dan berteriak dalam bahasa Jawa Ngoko "Aku Keluar!!"........dan ini membuat kaget banyak orang.

Tak lama dari Budi Utomo, Tjip buka praktek di Solo. Disana dia langsung terkenal sebagai dokter rakyat. Ia sendiri masuk ke kampung-kampung naik sepeda. Ia mengobati rakyat kecil dan tidak usah membayar. Rakyat mengenalnya sebagai 'wong pinter' dulu dokter belum banyak, Tjip disangka dukun tapi ia mengenakan alat-alat kedokteran macam stetoskop. Sore hari Tjip senang jalan-jalan ke alun-alun. Ia kadang2 menggunakan bendi-nya. Ia sengaja meledek peraturan yang bendi tidak boleh lewat depan keraton. Suatu saat bendinya lewat keraton Sunan Pakubuwono X sedang duduk-duduk, Sang Sunan langsung berdiri :"Siapa itu naik bendi" abdi dalemnya menjawab "Dokter Tjip, sinuwun"...Sunan langsung menggerutu "Woo Kurang ajar" tapi Sunan tidak mau berbuat apa-apa ia tau Tjip ini orang pintar dan Sunan suka dengan orang2 pintar ia kerap menyekolahkan abdi dalemnya untuk sekolah ke Batavia termasuk Purbatjaraka yang kelak jadi ahli bahasa Jawa kuno.

Suatu pagi di rumahnya, Tjip membaca koran tentang wabah pes di Malang. Saat itu wabah pes sangat luar biasa. Penyakit ini disebabkan kutu tikus saat itu wabah ini susah ditangani karena sarana kesehatan dan alat kedokteran yang minim. Cara tradisional adalah membakar orang yang mati kena Pes dan juga membakar rumahnya. Tjip datang ke Malang dan ia mendengar tidak ada satu pun dokter yang berani ke Malang. Ia sendirian menantang maut. Orang yang terkena air liur dari penderita akan ketularan, Tjip berani bekerja tanpa masker. Suatu saat ia mendengar ada anak yang sakit parah dan ibunya sudah mati rumahnya di bakar. Tjip langsung membongkar rumah dan mencegah membakar, ia menggendong anak itu tanpa rasa takut dan dengan telaten mengobatinya. Tjip berhasil. Anak itu sudah yatim piatu dan kedua orang tuanya meninggal karena Pes. Tjip mengangkat anak ini dan memberi nama menjadi Pesyati. Sepanjang hidup Pesyati-lah yang merawat Tjip, Tuhan selalu memberikan hadiah perbuatan baik dibalas jauh lebih baik. Atas keberaniannya Tjip dihadiahi oleh pemerintah Belanda bintang jasa tertinggi yang bernama "Orde Van Oranje Nassau" atau kerap disebut "Ridderorde". Awalnya Tjip menerima tapi setelah ia tau ternyata Pemerintah hanya bisa omong doang, Tjip menaruh bintang jasa itu di pantatnya dengan bintang jasa di pantat ia ke Batavia wartawan banyak memotret dan membuat headline olok-olok untuk pemerintah "Seorang Jawa berani taruh hadiah raja di pantatnya" Pemerintah jelas marah, tapi tidak ambil tindakan.

Tahun 1913 Tjip bersama Douwes Dekker dan Suwardi Surjaningrat (kelak bernama Ki Hadjar Dewantoro) mendirikan partai paling progresif "Indische Partij". Partai ini menjadi corong kuat melawan pemerintah Hindia Belanda. Tjip sendiri masuk jadi wartawan harian 'De Express' dan Majalah Tijdschrift milik Douwes Dekker. Suatu hari Suwardi menulis essay "andai aku orang belanda' sebuah essay satir yang bikin panas pemerintah Hindia Belanda. Saat itu Pemerintah Hindia Belanda mengadakan pungutan besar-besaran bahwa mereka akan mengadakan 100 tahun kemerdekaan negeri Belanda atas Spanyol. Ini sebuah ironi bagaimana bisa sebuah bangsa yang terjajah kok membuat sebuah perayaan yang justru dibiayai oleh penderitaan bangsa yang dijajah. Komite Perayaan Belanda dibuat tandingannya maka berkumpullah Tjipto, Douwes Dekker, Abdul Muis dari Sarekat Islam Medan dan wignjadisastra. Komite ini disebut 'Komite Tandingan' atas perayaan kemerdekaan yang ironis itu. Mereka memang merayakan kemerdekaan Belanda tapi akan memakai baju gembel, dan akan membawa gerobak berupa meja yang diselimuti kain hijau sebagai pralambang untuk 'tuntutan bumiputera berparlemen'. Kaum Bumiputera harus ada perwakilannya di pemerintahan.

Keruan saja aksi komite tandingan ini buat marah pemerintah. Tjip cs ditangkapi saat digiring ke penjara Tjip berteriak "Ayo kita nyanyikan lagu kebangsaan Republik Transvaal" teriak Tjip (Republik Traansvaal, adalah salah satu wilayah di Afrika Selatan yang kemudian menjadi merdeka dari pemerintahan Belanda- kemerdekaan Transvaal ini kerap menginspirasi perjuangan rakyat Indonesia di tahun belasan). Muis teriak "aku tak bisa nyanyi" .
"Sudah kamu ikutin saja" kata Tjip sambil bersemangat menyanyi.

Tjipto menikah dengan anak patih, tapi kemudian bercerai. Ia kemudian menikahi seorang wanita Belanda bernama Nyonya Vogel. Keponakan Nyonya Vogel ini Donald dan Luis diangkat jadi anak Tjipto. Tiga anak : Donald, Luis dan Pesyati akan ikut Tjip. Setelah keliling di beberapa tempat, Tjip tinggal di Bandung ia bekerja untuk rakyat, ia menuliskan plang di depan rumahnya 'Dokter Tjipto, dokter partikelir'. Rumahnya di Bandung ini tepatnya terletak di Tegallega. Pada tahun 1920, Tjip sering kedatangan tamu. Anak muda tampan dan berwajah sangat enak dilihat. Anak muda itu bernama Sukarno. Tjip tau anak ini adalah anak didik Tjokro. Sukarno pada awalnya berpandangan bahwa kemerdekaan bisa dilakukan dengan ide 'Pan Islamisme', Tjipto-lah yang menyadarkan Bung Karno. "Bangsa-bangsa sekarang berdiri didasarkan satu imajinasi, satu gagasan besar yaitu : Negara-Bangsa. Apa itu negara-bangsa, negara-bangsa itu kesadaran bersama satu masyarakat yang tinggal di daerah tertentu memiliki satu bahasa, satu pemerintahan dan satu tujuan. Kemerdekaan harus ditujukan pada 'bangsa' dan bukan 'agama'.

Tahun 1923 saat PKI mengadakan kongres. Foto Tjip terpampang bersama Karl Marx, Lenin dan Tan Malaka. Ini merupakan penghormatan besar PKI terhadap Tjip. Walaupun Tjip tidak pernah masuk jadi anggota PKI. Namun gara2 itu ia kena getahnya saat pemberontakan PKI 1926/1927, Tjip dituduh terlibat dan menghasut karena pernah memberikan dana 10 gulden kepada salah seorang kopral KNIL, ternyata Kopral KNIL itu bersama kawan-kawannya mau meledakkan gudang amunisi di Bandung. Tjip langsung diinterogasi, ditemukan daftar tamu2nya yang kebanyakan juga terlibat pemberontakan PKI. Gubernur Jenderal de jonge kalap luar biasa dan memerintahkan Tjip dibuang ke Banda Neira. Buru-buru kawan Tjip yang bernama Koch datang dan menanyakan pada Tjip :"Tjip, verteel me nou de waarheid" kata Koch sambil mengguncang bahu Tjip -Tjip katakan terus terang". Tapi Tjip tenang2 saja.

Tjip diantarkan ke stasiun tengah malam, namun Bung Karno sudah menunggu. Bung Karno adalah satu-satunya orang politik yang mengantarkan Tjip. Ia menciumi tangan Tjip sembari menangis. Tjip memegang bahu Bung Karno dan berkata "Ingat, No. Nasionalisme bukan Pan Islamisme" kata Tjip sambil menepuk-nepuk bahu Sukarno. Bung Karno yang saat itu baru saja mendirikan Partai Nasional Indonesia terus memegangi bahu Tjip.

Tjip berangkat dengan keluarganya ke Banda Neira. Disana ia diawasi oleh Tuan W. C Ten Cate. Tuan Cate ini agak keterlaluan mengawasi Tjip. Setiap hari ia datang dan menggeledah rumah Tjip sampe-sampe telur pun diperiksa. Saat penggeledahan Tjip, Isterinya, Donald, Luis dan Pesjati diperintah naik ke peti. Mereka berdiri dipojokan dan melihat Belanda itu membongkar barang2 mereka, kegiatan itu berlangsung hampir tiap pagi. Tapi kemanusiaan selalu menemukan jalan pertemanan.Tuan Cate ini malah jadi sahabat Tjip. Mereka setiap hari pagi dan sore duduk di pantai dan bicara banyak.

Kesehatan Tjip memburuk. Setiap waktu mendengar kabar buruk tentang pergerakan nasional ia langsung sakit. Saat tau Sukarno ditahan dan banyak aktivis ditangkapin Tjip menangis sendirian di kamarnya. Donald dan Luis takut saja "Oom Tjip selalu begitu, bila mendengar kabar buruk perdjoangan di Djawa" kata Donald dalam salah satu memoarnya tentang Tjip. Andai tak datang Sjahrir dan Hatta ke Banda mungkin Tjip sudah lama mati. Ia tidak ada teman bicara. Hatta dan Sjahrir memperpanjang usia Tjip karena ada teman bicara yang seimbang.

Saat Djepang masuk Tjip dibawa pulang ke Djakarta. Awalnya ia mau diangkut ke Australia tapi dia menolak "Bila rakyat Indonesia hancur oleh Djepang, biarlah aku mati bersamanya" pesan Tjip pada perwira Belanda yang akan mengirim Tjip ke Australia. Tjip yang sakit paru-paru itu dengan pipi peot dan lubang (dekok) yang dalam antara jidat di dekat batang hidungnya makin besar. Tapi Tjip berusaha gembira ia berbicara filsafat dengan rasa senang.

Setelah sampai di Djawa awalnya Tjip dibawa ke Sukabumi karena disana udaranya bersih, tapi kesehatan Tjip menurun. Dia kemudian dibawa ke Djakarta. Disana ia sering berteriak kesakitan saat itu di Jaman Jepang obat sangat langka sekali. Tjip berteriak minta disuntik adrenalin, tapi Donald dan Bu Tjip tidak punya uang. Luis sampai menangis di depan teras rumah mendengar Oom-nya berteriak kesakitan. Donald akhirnya bersama Pesjati nekat memberikan ampul berisi air untuk menyuntik Tjip sebagai sugesti. Akhirnya seorang dokter yang bernama dokter Loe Ping Kian, menyarankan donald untuk membawa Oom-nya ke Rumah Sakit Jang Seng Ie (Sekarang Rumah Sakit Husada di Jalan Mangga Besar). Dokter Tjip tak kuat menahan sakit disana dan ia wafat dalam keadaan sengsara. Donald, Luis, Pesjati dan Bu Tjip menangis meraung-raung.

Itulah kisah Dokter Ciptomangunkusumo, penggagas Indonesia Raya, orang yang menyadarkan Bung Karno tentang arti sebuah bangsa. Dia rela hidup susah demi rakyat. Apabila ada dokter sekarang yang memeras pasien dengan obat mahal padahal ada obat murah, yang mempermainkan pasien, pasien masuk Rumah Sakit sampai jual harta benda tapi dokternya gonta ganti mobil. Lihatlah pada kisah Dokter Tjip ini. Seorang dokter adalah pejuang kemanusiaan, bukan pejuang harta benda. Bila dokter bersikap materialistis dalam melaksanakan tugasnya. percayalah dia adalah sampah masyarakat. Pada Cipto kita banyak belajar.

Sunday 4 December 2011

Cerita Masa Muda John Lennon

Gambar Atas :
John Lennon manggung pertama kali dengan band-nya Quarrymen di Halaman Belakang Gereja St. Paul, distrik Woolton 6 July 1967
Yang nonton anak-anak kecil dan menjadi sore yang menyenangkankarena di saat itulah selesai manggung John Lennon berkenalan dengan Paul MacCartney



Cerita Tentang Masa Muda John Lennon

John Lennon adalah salah satu, -bila tidak bisa dikatakan nomor satu- musisi yang meletakkan musik dunia ke era-nya yang baru, musisi yang dapat membentuk musik menjadi sesuatu yang hidup, ceria, lebih aktif dan membebaskan segala pakem-pakem bentuk nada dan nyanyian. John Lennon juga merupakan penyanyi yang selalu “berlagu dengan hati”.

“Setiap karya-karya besar selalu dihasilkan dari manusia yang sedih” begitulah mungkin yang juga terjadi pada John Lennon. Hidupnya adalah rangkaian tragedi demi tragedi, tertawa sejenak, gembira sejenak lalu murung. John Lennon mirip cuaca Inggris yang selalu kelabu tapi dia mampu menghasilkan kekuatan raksasa yang menggerakkan manusia seluruh dunia.

John Lennon lahir dari dunia yang terpisahkan, dunia ayah dan ibu yang berjarak. Dari situasi kota yang berantakan. Pada malam kelam 9 Oktober 1940, udara Inggris dipenuhi pesawat-pesawat Jerman Nazi membombardir kota Liverpool, gedung-gedung meledak dan terbakar. Kota Liverpool bertahan hidup, sementara disatu tempat Ibu John Lennon, Julia Stanley bertarung nyawa melahirkan John ke dunia, ia berada di bawah ruang bawah tanah sebuah rumah sakit yang berisi ratusan orang pengungsi, hanya ada dua perawat disana. Seorang dokter umum mondar-mondir mengurus mereka yang luka. Barulah ketika detik-detik melahirkan tiba datang seorang dokter ahli kandungan, Julia melahirkan dengan selamat. Seorang pembaharu musik dunia lahir..............

Hanya saja disana tak ada Alfred Lennon, suami Julia yang bisa memegang tangan Julia disampingnya. Alfred sedang berada di dunia yang jauh, ia seorang pelaut. Hubungan Alfred dan Julia juga pada titik yang buruk, Alfred tak mampu menjadi seorang romantis yang dulu lagi, ia tak lagi menyenangkan, bermain banjo dan merayu Julia seperti sebelum menikah. Alfred sudah tak peduli pada Julia. Tapi Alfred tahu ia bakalan punya anak dari Julia. –Alfred menuliskan sebuah surat kepada Julia, berilah nama anak itu sesuatu yang mengagumkan, agar dirinya kelak jadi orang yang mampu bertahan hidup-. Dan Julia menamakan anaknya yang baru lahir “John Winston Lennon”. Nama tengah Winston diambil dari nama Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill seorang Pemimpin Inggris yang mati-matian berdiri menghadapi gempuran Jerman pada masa Perang Dunia II.

Hadirnya John Lennon kecil membuat Julia senang, ia selalu menggendong John, membawanya kemana-mana, ia mendudukkan John ke dalam sebuah bangku kayu yang dirakit sebagai tempat duduk bayi. Lalu menaruhnya di pojok ruangan, di umur 2 tahun John Lennon selalu menarik perhatian pengunjung restoran kecil tempat dimana Julia bekerja sebagai pelayan. Banyak pengunjung menarik-narik pipi John dan mengelus-elus bayi dengan rambut pirang yang manis itu, dan John kecil selalu mengangguk-angguk seperti mengucapkan kata terima kasih, atau bilang sendiri “Thank You”. “Semasa bayi John memang anak yang tampan” kenang Mimi bibinya yang kelak mengasuh John hingga dewasa.

Suatu saat di sore yang hujan datanglah pengunjung bernama John Dykins. Julia tertarik dengan Dykins yang selalu tertawa, bercanda dan mengeluarkan joke-joke lucu. Dykins berkenalan dengan Julia dan sontak mereka langsung akrab. –Sementara di sisi batin yang lain hati Julia terhadap Alfred mulai kosong, Alfred tak lagi mengiriminya surat, alfred tak lagi mempertanyakan anaknya bagaimana, Alfred berkelana dari satu tempat ke tempat lain tanpa lihat anaknya. Julia merasa Alfred sudah berada di sisi yang jauh, tapi ia terikat pada perkawinan dengan Alfred, dan Dykins sudah menggoda hatinya. Julia melawan tatanan kehidupan, ia hidup dengan Dykins sementara statusnya masih menikah dengan Alfred. John Lennon kecil tumbuh dalam situasi konflik seperti ini, - dan sebagian besar manusia, alam bawah sadarnya selalu dipengaruhi masa-masa sebelum umur 5 tahun, suasanan konflik inilah yang kelak menghasilkan John sebagai manusia yang murung’.

Julia dan Dykins tinggal satu rumah di sebuah apartemen kecil di pinggiran kota Liverpool. Mimi kakak Julia yang mendengar Julia tinggal di tempat Dykins marah besar, ia memarahi adiknya dan meminta Lennon dididik oleh Mimi. “Julia, kamu tahu satu orang kota ini membicarakanmu... aku nggak mau John hidup lewat keadaan seperti ini, aku nggak mau dia besar dari pembicaraan-pembicaraan yang buruk tentang kamu, sudahlah John saya bawa pulang dan saya besarkan dia”

Julia setuju dan menyerahkan John kecil ke Mimi. Lalu Mimi keluar dan menggendong John, John bertanya pada bibinya “Mau dibawa kemana saya, Bibi Mimi” Bibi Mimi menjawab singkat “Ke rumah tempat kamu besar nanti” – Mimi masih ingat saat itu mata John kecil seperti memandang jauh, ia sedih melihat keponakannya menjadi murung.

John tumbuh di rumah Mimi. Setahun setelah perang selesai sekitar tahun 1946, Alfred datang ke kota Liverpool dan mendengar berita-berita buruk tentang hidup serumah-nya Julia dengan Dykins. Alfred tau dia yang salah, tapi ia hanya ingin lihat anaknya. Alfred dapat kabar dari kawannya bahwa John tinggal bersama Mimi, kakak Julia. Di satu pagi Alfred mengetuk pintu rumah Mimi “Hai, Mimi”

“Wow, Alfred...” seru Mimi. Lalu Mimi memanggil John yang sudah berumur 6 tahun. “John kemari, lihat siapa yang datang?”

“Siapa bibi?” kata John bingung. Alfred menatap mata John dengan menangis, ia melihat wajah anaknya sendiri. “John ini Papa-mu”

“Papa” kata John sambil bingung. “Ya Papamu”..... lalu John dipeluk Alfred dan digendongnya. “John kamu sudah besar sekarang...” John Lennon tertawa dan berkata “Papa...Papa..Kapan papa datang?” Alfred membuka tas besarnya dan membuka sebuah kotak yang berisi miniatur kapal layar. “Ini untukmu”. Kelak miniatur kapal layar itulah yang sering menjadi ingatan-ingatan kelam John Lennon di masa dewasa, sebuah “gagasan terhadap kesedihan”

Alfred membawa John ke tempat bilyard, lalu membawanya keliling kota Liverpool. Malamnya John dikembalikan ke Mimi. “Mimi, besok aku mau bawa Alfred ke Blackpool untuk liburan. Mimi hanya mengangguk “Bawalah, Al...nanti aku bilang ke Julia, toh John adalah anakmu”

Mendengar John Lennon dibawa Alfred ke Blackpool, Julia gelisah ia marah-marah dengan Mimi bahkan ribut besar di halaman rumah. “Aku menitipkan John padamu bukan berarti kamu serahkan John ke Alfred” teriak Julia. Mimi menyahut “Hei, Julia...Alfred itu ayah dari John, ia berhak dan kau memang masih isteri Alfred bukan?”

Julia dan Dykins akhirnya mencari John dan Alfred ke Blackpool, di sebuah perempatan kota dekat kantin yang sepi, Julia melihat Alfred dan John masuk ke kantin. “Itu Alfred” teriak Julia. Lantas Julia masuk ke kantin dan menarik tangan Alfred “Dimana kamu saat aku melahirkan anak ini, dimana kamu saat aku merindukanmu dan ingin kamu melihat anak ini, dimana kamu saat aku merasa kamu harus ada? Dimana kamu saat anak ini bertanya siapa bapaknya?” teriak Julia. Alfred hanya diam saja ia tak melawan. Tapi ketika Julia menarik tangan John, Alfred menepis tangan Julia. “Hai, ini anakku!!”.....Julia berusaha memukul Alfred tapi kemudian Dykins memisahkan. Dengan tenang Dykins berkata “Sudahlah Alfred, Julia kita tentukan sendiri dari anak ini, dia mau ikutnya dengan siapa”.

“Hei, John kamu mau ikut siapa?” tanya Dykins. John diam saja kelopak matanya tergenang air mata, ia menangis tapi suara isaknya tertahan. John ingin ikut kedua orang tuanya, tapi pikiran anak kecil tak mungkin mampu memahami dunia orang dewasa yang perceraiannya kerap menghancurkan hati anak-anak seusia dia. John menunjuk ke Papa-nya “Aku ikut Papa”.

“Oke” jawab Dykins. “Nah, Alfred bawalah John” Lalu Alfred menggandeng John Lennon keluar kantin, tapi sampai jarak 10 meter John Lennon berteriak menangis dan melihat wajah ibunya, ia kembali dan berlari memeluk ibunya. Alfred hanya melihat adegan itu, ia merasa bersalah dan tanpa menoleh ia meninggalkan John Lennon dan Julia. Sore itu di Blackpool, Alfred telah kehilangan keluarga yang dilahirkannya dari rasa tak peduli. “Aku mencintai anakku, tapi aku harus menghadapi kegetiran luar biasa” kenang Alfred kelak di buku memoarnya saat menceritakan John Lennon.

Julia membawa John Lennon ke rumah Mimi. “Nah, Mimi ini John jaga baik-baik, aku lebih percaya John kau besarkan ketimbang ia harus hidup dengan Alfred”. Mimi diam saja dan menarik tangan John, Mimi tidak suka lihat wajah Dykins. – “Ada satu kehendak besar dalam diriku : ingin mengembalikan Julia ke Alfred dan mereka hidup dalam keluarga bahagia, tapi dunia bukan selalu yang kita inginkan bukan?” kelak cerita Mimi dalam memoarnya.

Di bawah Bibi Mimi, John tumbuh. Ia belajar mengenal dunia. Suatu sore John datang ke apartemen Dykins. John melihat Dykins bermain Banjo dan Ibunya memainkan piano. John meminta diajarkan gimana caranya memetik banjo. Dykins mengajarinya sebentar lalu ia merasa anak ini punya insting luar biasa dalam memetik gitar. Hanya dalam 10 menit John mampu memainkan nada-nada sulit, biasanya pemain banjo belajar ini bisa tiga hari. “John anak yang cerdas” kata Dykins kepada Julia suatu saat ketika John pulang dari Apartemennya.

Julia menatap Dykins. “Ya” kata Julia singkat. “Besok aku mau ke toko belikan John sebuah gitar, tapi bilanglah pada John itu hadiah dari kamu” kata Dykins dengan mata sendu. Perhatian Dykins inilah yang membuat Julia jatuh cinta.

Suatu saat John Lennon datang ke apartemen Dykins, saat itu Dykins tidak berada di rumah. Hanya saja John melihat sebuah gitar baru yang masih terbungkus. “For My Son John Winston Lennon” tulisan di dalam bungkusan itu. Julia tertawa saat John melihat-lihat gitar itu “John membuka gitar dengan wajah bukan main gembiranya, matanya berbinar-binar” ...”Mam ini untuk aku?” tanya John sampai tiga kali. Belum pernah Julia melihat mata John sesenang itu, ia menitikkan air mata.

Hampir tiap hari John belajar main gitar, guru pertamanya adalah Dykins. Lalu John diajari juga dengan beberapa anak tetangganya. Di satu sudut di kafe kota Liverpool John suka memperhatikan pemain gitar memainkan gitarnya, matanya memperhatikan arah gerak jari-jari itu. John melihat ada titik-titik nada sederhana tapi sangat sulit bila dimainkan, akhirnya John berpikir disitulah letak indahnya sebuah lagu, nada mudah yang sesungguhnya dimainkan amat sulit.

Tiap detik yang dibawa John adalah gitar, ia seperti pengamen muda yang kesana kemari nggak jelas, ia berhari-hari memainkan nada-nada di satu sudut bangku kota, melihat sore sambil memainkan gitar, menggoda wanita sambil memainkan gitar, menyapa teman-temannya sambil metik senar gitar. Semuanya dilakukan dengan senang, ini diperhatikan oleh Mimi, berkali-kali Mimi menyindir tingkah John yang aneh ini. Suatu saat ketika John mainkan gitar di beranda rumahnya dan memamerkan kemampuan nyanyi lagu “My Bonnie” Mimi senang bukan main keponakannya bisa memainkan gitar dengan mahir, tapi kemudian ia menyahut “Gitar memang oke John, tapi kamu nggak bisa hidup dari situ”. John tertawa saja, tapi kata-kata ini selalu diingat. Kelak di saat puncak kejayaannya, John Lennon menghadiahi gitar emas kepada Mimi dengan tulisan “Gitar memang Oke, John. Tapi kamu nggak bisa hidup dari situ”

Di satu senja yang cerah. John Lennon dengan gitarnya sedang berjalan ke arah rumah Mimi, ia melihat dari kejauhan ibunya Julia sedang menyeberang jalan – Julia ingin ke rumah Mimi juga. Tapi dari arah jalan ada sebuah mobil yang sembarangan nyetirnya. Dan mobil ini menabrak mati Mimi. John melihat dengan tragis ibunya terbunuh di pinggir jalan, ia berlari ke arah insiden itu, ia berlari kencang, ia menerobos kerumunan orang dan ia menangis berteriak “Mamaaaaa....Mamaaaaaaa...
..” seluruh kenangan atas mamanya dari masa ia kecil sampai terakhir menjadi rekaman di masa-masa buruk bagi John Lennon. Ia menangis sejadi-jadinya. John mengangkat kepala Julia dan memeluknya lalu berkata singkat “Mama”........

Penabrak Julia adalah seorang Polisi kota Liverpool. Rupanya polisi itu sedang mabuk, namun polisi itu bebas dari segala tuntutan. John marah bukan main, kenapa orang seperti Julia yang tak punya kekuasaan bisa mati oleh orang yang seharusnya melindungi warga seperti Julia bahkan lolos dari tuntutan hukuman. Seumur hidup John akhirnya antipati dengan kekuasaan, ia membenci negara dan perangkatnya. John menganggap negara adalah kekuasaan yang tak butuh untuk mengerti ketika manusia-manusia di dalamnya dibunuh oleh kekuasaan itu sendiri. John mengangkat wajah menentang kebiadaban atas nama negara, kelak demonstrasi-demonstrasi besar di Amerika Serikat menentang negara di dominasi oleh pengaruh Lennon, dan ingatan akan Julia ini yang membuat John Lennon bikin lagu paling legendaris di dunia : IMAGINE...........

John Lennon adalah jenis manusia yang melompat-lompat dari rasa murung ke rasa gembira yang aneh. Ia adalah badut kelas paling lucu, ia pelawak di kelas, ia tak pernah memperhatikan pelajaran, yang dikerjakannya adalah melukis kartun dengan gambar guru-gurunya, ia juga sering menirukan aksen gurunya. Suatu hal yang paling diingat kawan-kawan sekelasnya di waktu sekolah adalah kesenangan John Lennon ikut-ikutan gaya Elvis Presley dengan menjingkrak-jingkrakkan kakinya kaku seperti tarian Presley, . Dengan menggunakan pensil tebal untuk make up, John bercanda membuat cambang Presley di dua belah pipinya dan berlagu dengan suara bariton menirukan Elvis Presley, masa-masa menjadi Elvis Wannabe adalah masa ia melihat dunia sebagai sebuah becandaan yang menyenangkan.

John bersekolah di “Quarry Bank Grammar School” pada pertengahan tahun 1950-an sedang rame-ramenya musik Skiffle – musik ini menggunakan alat-alat rumah tangga sebagai instrumennya-. John bikin band namanya “Quarrymen” akhirnya John mau manggung pada tanggal 6 Juli 1957. Kabar ini dibawa oleh kawan sekelas John, Ivan Vaughan yang amat mengagumi John Lennon. Ivan Vaughan punya tetangga bernama Paul McCartney, kalau mau ke tempat MacCartney di samping rumahnya Ivan selalu bangga menceritakan kehebatan John bermain gitar. Pernah suatu saat Ivan melihat Paul memainkan gitar, Ivan cuman berkata singkat “Ah, kalo cuman nada begituan John Lennon metik pake kaki bisa” kata Ivan. Bualan Ivan inilah yang buat Paul pengen sekali lihat John memainkan gitarnya. Lalu Ivan membawa selebaran kabar The Quarrymen akan manggung.

Paul dan Ivan datang ke pertunjukan yang diadakan di belakang halaman gereja St. John Woolton. Saat memainkan musiknya, Paul terkagum-kagum dan ia bengong maut saat melihat John Lennon memetikkan gitar pada nada-nada sulit dimana ia sendiri tak bisa memecahkan. “Ivan, ternyata kamu nggak membual” kata Paul pelan pada Ivan. Temannya itu hanya tertawa. Selesai manggung Ivan ngejar John Lennon. “Hei, John aku mau kenalin temenku” kata Ivan dengan wajah sumringah, John melihat sekilas wajah Ivan, “Oh ya” kata John Lennon.

“Paul MacCartney” tanpa diminta Paul mengenalkan diri. “John Lennon” kata John membalasnya dengan singkat. –Akhirnya sore itu menjadi saksi mulainya persahabatan mereka sekaligus sebuah awal yang akan menggetarkan panggung musik dunia.

Paul MacCartney bergabung dengan Quarrymen. Sejak Paul bergabung dengan John, ia jadi amat dekat. Paul dan John seperti nama yang tak terpisahkan, ia satu nafas. Jika awalnya John selalu melihat berlalunya matahari sore di udara kota Liverpool sendirian dengan gitar hadiah Mama-nya, maka John kini ditemani Paul. Mereka berdua sering duduk di bangku taman sudut kota atau di halaman belakang gereja, mereka berdua sering mencorat coret lagu. John kerap datang ke rumah Paul dan bermain gitar di kamar Paul. Ayah Paul amat menyenangi John Lennon, Paul anak dari kelas menengah kota. Di Liverpool perbedaan kelas karena status sosial amat teras, inilah yang membuat Mimi agak kurang suka John bergaul dengan Paul, “John, Paul itu anak orang kaya...ia bukan kelas yang sama dengan kita, kaum buruh” tapi John hanya tertawa saja. Bagi John manusia tetaplah manusia, ia hadir dalam hidup dinilai dari kebersamaannya bukan apa yang ia punya. John melihat manusia dalam keadaan yang tak melihat rupa.

Di satu siang Paul memanggil John, “Hei John aku mau ngenalin kamu sama temenku, dia satu tahun dibawah kita, namanya George” John cuek saja. Sorenya di sebuah halte bis mereka menunggu George Harrison. John Lennon menyalami George, lalu mereka pergi ke sebuah tempat dan naik bis. Di Bis itu Paul meminta George memainkan gitarnya. “Coba George mainkan gitarmu” kata Paul. Lalu George mainkan gitarnya. John meremehkan aksi George tapi ia tak berkomentar, matanya hanya melirik sebentar ke arah George. Paul paham John adalah orang yang pesimis, hanya dia yang bisa melunakkan hati John. “John, George bisa gabung ke Quarrymen?”

“Terserah kamu” kata John. “Tapi apa umurnya nggak kemudaan?”

Akhirnya George Harrison bergabung dengan Quarrymen, formasi Quarrymen berubah-ubah terus. Sampai pada satu saat Paul meminta John agar Quarrymen punya manajer. Kebetulan ada tetangga Lennon yang lumayan banyak link ke cafe-cafe, namanya Allan Williams. Lalu Allan Williams menjadi manajer Quarrymen.

Dua hari Allan Williams jadi manajer, band Quarrymen menandatangani kontrak di Hamburg Jerman Barat. Saat itu Hamburg berada di bawah penguasaan pasukan Amerika Serikat akibat perjanjian politik “Pecah Jerman Bagi Empat” oleh negara pemenang perang yaitu sekutu : Inggris, Perancis, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Banyak tentara Amerika Serikat yang mencari hiburan di cafe-cafe Jerman Barat dan hanya ingin mendengarkan lagu-lagu berbahasa Inggris.

Dalam perjalanannya ke Hamburg, John mencoret-coret kertas dan kemudian ia merenung akhirnya ia menemukan sebuah nama The Beatles. Akhirnya Quarrymen diganti nama menjadi The Beatles.

Hamburg jadi kota yang ramai, banyak musisi dari Eropa, Amerika Serikat dan Australia datang menguji nasib di kota ini. The Beatles hanya mendapatkan kesempatan manggung di sebuah kafe kecil. Saat itu formasi Beatles : John Lennon, Paul MacCartney, Stuart Suttcliffe, Pete Best dan George Harrison. Sehabis manggung John Lennon menonton musisi lain, di satu tempat ada musisi yang amat digemari Paul dan John di Hamburg namanya The Tielman Brothers, pimpinan Andy Tielman. John suka dengan nada-nada yang dimainkan The Tielman Brothers, lalu Paul menjadi pengagumnya, Paul berusaha mendekat Andy Tielman, hampir tiap malam Paul dan John melihat The Tielman Brothers manggung. The Tielman Brothers adalah band asal Belanda yang anggotanya adalah keturunan Indonesia-Flores, di tahun 1948 semasa anak-anak Tielman masih kecil mereka pernah manggung di depan Presiden Sukarno di Istana Yogyakarta. Tielman sendiri keturunan Jawa Timur dan Flores. Andy selalu menganggap dirinya ‘wong jowo’. Andy akhirnya berkenalan dengan John dan Paul. Di salah satu memoarnya Paul menyebut “Musik Indo (maksudnya Indonesia) amat berpengaruh pada kami, berkat Andy Tielman”.

Di cafe Hamburg yang kotor, mereka akhirnya kembali ke Inggris, mereka dapat kontrak manggung di Club Carvern. Di Klab inilah nama The Beatles mulai dikenal. Banyak orang Liverpool suka dengan cara grup ini bermain musik. Mereka gembira saat John Lennon dengan Beatles-nya menghentak-hentakkan lagu. Suatu saat datang Tony Sheridan. Tony datang dan menemukan John Lennon, ia berkata “John kita rekam lagu kamu dan saya” akhirnya John mau ajakan Tony Sheridan lalu direkamlah lagu “My Bonnie”. Tony Sheridan ini waktu di Hamburg sering kolaborasi dengan The Beatles, tercatat Tony Sheridan dan Billy Preston adalah dua penyanyi non Beatles yang kerap berkolaborasi dengan Beatles di jam-jam pertama Beatles terbentuk. Lalu Sheridan menyanyi lagu “My Bonnie” dengan iringan Beatles. Lagu ini digemari luar biasa, rekamannya dicari-cari.

Di sebuah toko musik bernama NEM’S di pusat kota Liverpool beberapa orang mencarikan lagu rekaman ini, Brian Epstein pemilik toko berulang kali bingung “My Bonnie” dengan Tony Sheridan dan Beatles itu siapa? Lalu Brian Epstein cari tau siapa sesungguhnya The Beatles. Ia lalu mendapatkan informasi bahwa Beatles manggung di Cavern, malamnya Brian mendengarkan mereka Beatles bernyanyi : Brian Epstein terpesona atas lagu-lagu yang dinyanyikan The Beatles.

Akhirnya Brian menawarkan Beatles rekaman, tape rekaman itu kemudian disebarkan ke studio-studio rekaman, demo itu banyak ditolak studio rekaman besar termasuk Decca Records, - Semuanya menolak.

Suatu saat Brian duduk di sebuah kafe, siang itu udara London amat panas. Ia meneguk coca cola dingin. Tak lama datang seseorang yang rupanya ia kenal tapi ia agak lupa. Orang itu memesan segelas vodka. Orang itu juga memandang Brian dan mengangguk, lalu orang itu bertanya pada Brian :”Anda pemilik toko kaset itu kan?” lalu Brian mengangguk. “Oh ya.....”

“Anda pelanggan saya” teriak Brian senang. “Ya saya George Martin” rupanya George Martin sekarang berprofesi sebagai produser. Brian bercerita soal Beatles, lalu George setuju “datanglah ke Studio rekaman EMI Records” kita uji mereka. Lalu Beatles datang dan memainkan lagu-lagu, George hanya melihat sejenak dan berkata singkat “Oke kita ganti pemain drum-nya Pete Best dengan orang yang saya kenal Ringo Starr”.

Single Love Me Do dan Please, Please Me akhirnya menjadi single pertama Beatles yang mengubah wajah dunia musik dunia.

Saturday 3 December 2011

Negeriku Cantik Indonesia


Indonesia ini tanah yang cantik, dari ujung pelabuhan Sabang sampai dengan Dasar laut di Raja Ampat, dari gunung bukit barisan, sampai Tanah Merah Irian Barat, kita ini bangsa yang tak perlu merusak alam dengan menggaruk tanah untuk batubara, merusak unsur hara tanah untuk kebun-kebun kelapa sawit, mengirim anak-anak bangsa ini ke luar negeri untuk jadi TKI atau TKW domestik yang kemudian kerap di...lecehkan, cukup dengan jual keindahahan alam, kita bangun jaringan keindahan-keindahan itu dari pelabuhan Sabang sampai Laut Aru, semua alam kita indah.

Kita ciptakan sorga di muka bumi, tanah hijau, penduduknya yang senang tertawa. Bohong besar dengan industrialis yang menghancurkan pertanian-pertanian rakyat, jangan malu kita jadi bangsa petani dan bangsa nelayan, karena kelak dunia akan bergantung pada pangan, karena kelak dunia bergantung pada sumber-sumber air bersih, karena kelak dunia akan bergantung pada kebutuhan energi terbarukan seperti sinar matahari : Kitalah pemilik sumber-sumber semua itu.

Cukup gunakan keindahan alam, turisme dan pangan sebagai alat modal kita tanpa kita harus merusak alam, membunuhi orang-orang utan, menghancurkan kelestarian tanah dan rimba. Kitalah pemilik masa depan, tinggalkan doktrin Suhartorian dan anak didiknya kaum Neoliberalisme yang ingin merusak pasar-pasar rakyat kita, kita kembangkan budaya sendiri, pasar sendiri, pendidikan gratis untuk semua orang, kesehatan yang murah. Dengan biaya negara kita didik sejuta dokter gratis, produksi sebanyak-banyaknya klinik-klinik kesehatan gratis, kantong-kantong kapitalis cukup diberikan pada tempat-tempat tertentu : Batam, Jakarta, Semarang, Surabaya dan Makassar. Diluar wilayah kantong kapitalis berlakukan sistem sosialis, biarlah wilayah Sosialisme Indonesia mengepung kantong-kantong kapitalis itu. Berlakukan Ekonomi Gotong Royong. Seperti apa yang dipesankan Bung Hatta pada kita : Ekonomi yang menciptakan kesejahteraan bersama, membagi kebahagiaan bersama, ekonomi dimana yang satu tidak menindas yang lainnya dengan modal besar melawan modal kecil. Pada akhirnya ekonomi yang baik adalah ekonomi yang menumbuhkan kemanusiaan itu sendiri.

Catatan Lisa Pease Tentang Freeport


Lisa Pease menulis artikel berjudul “JFK, Indonesia, CIA, and Freeport” dan dimuat dalam majalah Probe. Tulisan bagus ini disimpan di dalam National Archive di Washington DC. Dalam artikelnya, Lisa Pease menulis jika dominasi Freeport atas gunung emas di Papua dimulai sejak tahun 1967, namun kiprahnya di Indonesia sudah dimulai beberapa tahun sebelumnya. Freeport Sulphur, demikian nama perusahaan itu awalnya, nyaris bangkrut berkeping-keping ketika terjadi pergantian kekuasaan di Kuba tahun 1959. Saat itu Fidel Castro berhasil menghancurkan rezim diktator Batista. Oleh Castro, seluruh perusahaan asing di negeri itu dinasionalisasikan. Freeport Sulphur yang baru saja hendak melakukan pengapalan nikel produksi perdananya terkena imbasnya. Ketegangan terjadi. Menurut Lisa Pease, berkali-kali CEO Freeport Sulphur merencanakan upaya pembunuhan terhadap Castro, namun berkali-kali pula menemui kegagalan. Di tengah situasi yang penuh ketidakpastian, pada Agustus 1959, Forbes Wilson yang menjabat sebagai Direktur Freeport Sulphur melakukan pertemuan dengan Direktur Pelaksana East Borneo Company, Jan van Gruisen.

Dalam pertemuan itu Gruisen bercerita jika dirinya menemukan sebuah laporan penelitian atas Gunung Ersberg (Gunung Tembaga) di Irian Barat yang ditulis Jean Jaques Dozy di tahun 1936. Uniknya, laporan itu sebenarnya sudah dianggap tidak berguna dan tersimpan selama bertahun-tahun begitu saja di Perpusatakaan Belanda. Van Gruisen tertarik dengan laporan penelitian yang sudah berdebu itu dan membacanya. Dengan berapi-api, Van Gruisen bercerita kepada pimpinan Freeport Sulphur itu jika selain memaparkan tentang keindahan alamnya, Jean Jaques Dozy juga menulis tentang kekayaan alamnya yang begitu melimpah. Tidak seperti wilayah lainnya di seluruh dunia, maka kandungan biji tembaga yang ada di sekujur Gunung Ersberg itu terhampar di atas permukaan tanah, jadi tidak tersembunyi di dalam tanah. Mendengar hal itu, Wilson sangat antusias dan segera melakukan perjalanan ke Irian Barat untuk mengecek kebenaran cerita itu. Di dalam benaknya, jika kisah laporan ini benar, maka perusahaannya akan bisa bangkit kembali dan selamat dari kebangkrutan yang sudah di depan mata. Selama beberapa bulan, Forbes Wilson melakukan survei dengan seksama atas Gunung Ersberg dan juga wilayah sekitarnya. Penelitiannya ini kelak ditulisnya dalam sebuah buku berjudul The Conquest of Cooper Mountain. Wilson menyebut gunung tersebut sebagai harta karun terbesar yang untuk memperolehnya tidak perlu menyelam lagi karena semua harta karun itu telah terhampar di permukaan tanah. Dari udara, tanah di sekujur gunung tersebut berkilauan ditimpa sinar matahari. Wilson juga mendapatkan temuan yang nyaris membuatnya gila. Karena selain dipenuhi bijih tembaga, gunung tersebut ternyata juga dipenuhi bijih emas dan perak! Menurut Wilson, seharusnya gunung tersebut diberi nama Gold Mountain, bukan Gunung Tembaga. Sebagai seorang pakar pertambangan, Wilson memperkirakan jika Freeport akan untung besar dan dalam waktu tiga tahun sudah kembali modal. Piminan Freeport Sulphur ini pun bergerak dengan cepat. Pada 1 Februari 1960, Freeport Sulphur menekan kerjasama dengan East Borneo Company untuk mengeksplorasi gunung tersebut. Namun lagi-lagi Freeport Sulphur mengalami kenyataan yang hampir sama dengan yang pernah dialaminya di Kuba. Perubahan eskalasi politik atas tanah Irian Barat tengah mengancam. Hubungan Indonesia dan Belanda telah memanas dan Soekarno malah mulai menerjunkan pasukannya di Irian Barat. Tadinya Wilson ingin meminta bantuan kepada Presiden AS John Fitzgerald Kennedy agar mendinginkan Irian Barat. Namun ironisnya, JFK malah sepertinya mendukung Soekarno. Kennedy mengancam Belanda akan menghentikan bantuan Marshall Plan jika ngotot mempertahankan Irian Barat. Belanda yang saat itu memerlukan bantuan dana segar untuk membangun kembali negerinya dari puing-puing kehancuran akibat Perang Dunia II terpaksa mengalah dan mundur dari Irian Barat. Ketika itu sepertinya Belanda tidak tahu jika Gunung Ersberg sesungguhnya mengandung banyak emas, bukan tembaga. Sebab jika saja Belanda mengetahui fakta sesungguhnya, maka nilai bantuan Marshall Plan yang diterimanya dari AS tidak ada apa-apanya dibanding nilai emas yang ada di gunung tersebut. Dampak dari sikap Belanda untuk mundur dari Irian Barat menyebabkan perjanjian kerjasama dengan East Borneo Company mentah kembali. Para pimpinan Freeport jelas marah besar. Apalagi mendengar Kennedy akan menyiapkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar 11 juta AS dengan melibatkan IMF dan Bank Dunia. Semua ini jelas harus dihentikan! Segalanya berubah seratus delapan puluh derajat ketika Presiden Kennedy tewas ditembak pada 22 November 1963. Banyak kalangan menyatakan penembakan Kenndey merupakan sebuah konspirasi besar menyangkut kepentingan kaum Globalis yang hendak mempertahankan hegemoninya atas kebijakan politik di Amerika.

Presiden Johnson yang menggantikan Kennedy mengambil siap yang bertolak-belakang dengan pendahulunya. Johnson malah mengurangi bantuan ekonomi kepada Indonesia, kecuali kepada militernya. Salah seorang tokoh di belakang keberhasilan Johnson, termasuk dalam kampanye pemilihan presiden AS tahun 1964, adalah Augustus C. Long, salah seorang anggota dewan direksi Freeport. Tokoh yang satu ini memang punya kepentingan besar atas Indonesia. Selain kaitannya dengan Freeport, Long juga memimpin Texaco, yang membawahi Caltex (patungan dengan Standard Oil of California). Soekarno pada tahun 1961 memutuskan kebijakan baru kontrak perminyakan yang mengharuskan 60 persen labanya diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Caltex sebagai salah satu dari tiga operator perminyakan di Indonesia jelas sangat terpukul oleh kebijakan Soekarno ini. Augustus C. Long amat marah terhadap Soekarno dan amat berkepentingan agar orang ini disingkirkan secepatnya. Mungkin suatu kebetulan yang ajaib. Augustus C. Long juga aktif di Presbysterian Hospital NY di mana dia pernah dua kali menjadi presidennya (1961-1962). Sudah bukan rahasia umum lagi jika tempat ini merupakan salah satu simpul pertemuan tokoh CIA. Lisa Pease dengan cermat menelusuri riwayat kehidupan tokoh ini. Antara tahun 1964 sampai 1970, Long pensiun sementara sebagai pimpinan Texaco. Apa saja yang dilakukan orang ini dalam masa itu yang di Indonesia dikenal sebagai masa yang paling krusial. Pease mendapakan data jika pada Maret 1965, Augustus C. Long terpilih sebagai Direktur Chemical Bank, salah satu perusahaan Rockefeller. Agustus 1965, Long diangkat menjadi anggota dewan penasehat intelijen kepresidenan AS untuk masalah luar negeri. Badan ini memiliki pengaruh sangat besar untuk menentukan operasi rahasia AS di negara-negara tertentu. Long diyakini salah satu tokoh yang merancang kudeta terhadap Soekarno, yang dilakukan AS dengan menggerakkan sejumlah perwira Angkatan Darat yang disebutnya sebagai Our Local Army Friend. Salah satu bukti adalah sebuah telegram rahasia Cinpac 342, 21 Januari 1965, pukul 21.48, yang menyatakan jika kelompok Jenderal Suharto akan mendesak angkatan darat agar mengambil-alih kekuasaan tanpa menunggu Soekarno berhalangan.

Mantan pejabat CIA Ralph Mc Gehee juga pernah bersaksi jika hal itu benar adanya. Awal November 1965, satu bulan setelah tragedi 1 Oktober 1965, Forbes Wilson mendapat telpon dari Ketua Dewan Direktur Freeport, Langbourne Williams, yang menanyakan apakah Freeport sudah siap mengeksplorasi gunung emas di Irian Barat. Wilson jelas kaget. Ketika itu Soekarno masih sah sebagai presiden Indonesia bahkan hingga 1967, lalu darimana Williams yakin gunung emas di Irian Barat akan jatuh ke tangan Freeport? Lisa Pease mendapatkan jawabannya. Para petinggi Freeport ternyata sudah mempunyai kontak tokoh penting di dalam lingkaran elit Indonesia. Mereka adalah Menteri Pertambangan dan Perminyakan Ibnu Soetowo dan Julius Tahija. Orang yang terakhir ini berperan sebagai penghubung antara Ibnu Soetowo dengan Freeport. Ibnu Soetowo sendiri sangat berpengaruh di dalam angkatan darat karena dialah yang menutup seluruh anggaran operasionil mereka. Sebab itulah, ketika ketika UU No. 1/1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) yang draftnya dirancang di Jenewa-Swiss yang didiktekan Rockefeller, disahkan tahun 1967, maka perusahaan asing pertama yang kontraknya ditandatangani Suharto adalah Freeport. Inilah kali pertama kontrak pertambangan yang baru dibuat. Jika di zaman Soekarno kontrak-kontrak dengan perusahaan asing selalu menguntungkan Indonesia, maka sejak Suharto berkuasa, kontrak-kontrak seperti itu malah banyak merugikan Indonesia. Untuk membangun konstruksi pertambangan emasnya itu, Freeport menggandeng Bechtel, perusahaan AS yang banyak mempekerjakan pentolan CIA. Direktur CIA John McCone memiliki saham di Bechtel, sedangkan mantan Direktur CIA Richards Helms bekerja sebagai konsultan internasional di tahun 1978. Tahun 1980, Freeport menggandeng McMoran milik “Jim Bob” Moffet dan menjadi perusahaan raksasa dunia dengan laba lebih dari 1,5 miliar dollar AS pertahun. Tahun 1996, seorang eksekutif Freeport-McMoran, George A. Maley, menulis sebuah buku berjudul “Grasberg” setebal 384 halaman dan memaparkan jika tambang emas di Irian Barat itu memiliki depost terbesar di dunia, sedangkan untuk bijih tembaganya menempati urutan ketiga terbesar. Maley menulis, data tahun 1995 menunjukkan jika di areal ini tersimpan cadangan bijih tembaga sebesar 40,3 miliar pon dan emas sebesar 52,1 juta ons. Nilai jualnya 77 miliar dollar AS dan masih akan menguntungkan 45 tahun ke depan. Ironisnya, Maley dengan bangga juga menulis jika biaya produksi tambang emas dan tembaga terbesar dunia yang ada di Irian Barat itu merupakan yang termurah di dunia. Istilah Kota Tembagapura itu sebenarnya salah. Seharusnya Emaspura. Karena gunung tersebut memang gunung emas, walau juga mengandung tembaga. Karena kandungan emas dan tembaga terserak di permukaan tanah, maka Freeport tinggal memungutinya dan kemudian baru menggalinya dengan sangat mudah. Freeport sama sekali tidak mau kehilangan emasnya itu dan membangun pipa-pipa raksasa dan kuat dari Grasberg-Tembagapura sepanjang 100 kilometer langsung menuju ke Laut Arafuru di mana telah menunggu kapal-kapal besar yang akan langsung mengangkut emas dan tembaga itu ke Amerika. “Perampokan legal” ini masih terjadi sampai sekarang. Kisah Freeport merupakan salah satu dari banyak sekali kisah sedih tentang bagaimana kekayaan alam Indonesia, oleh para penguasanya malah digadaikan bulat-bulat untuk dirampok imperialisme asing, demi memperkaya diri, keluarga, dan kelompoknya sendiri. Kenyataan memilukan ini masih berlangsung sampai sekarang. Pertemuan Mafia Berkeley dengan Rockefeller dan kawan-kawannya di Jenewa-Swiss di bulan November 1967 menjadi bukti tak terbantahkan tentang permufakatan tersebut. Di saat itulah, rezim Jenderal Soeharto mencabut kemerdekaan negeri ini dan menjadikan Indonesia kembali sebagai negeri terjajah. Ironisnya, penjajahan asing atas Indonesia diteruskan oleh rezim yang tengah berkuasa saat ini yang ternyata “jauh lebih edan” ketimbang Jenderal Soeharto dulu.