Thursday 24 September 2009

Ujang Pantry (Sebuah Catatan Lama)

Ujang Pantry : The Best TV Movie in this
week!!! (Sebuah Catatan Lama)

Gurauan tentang
kejamnya benturan antar kelas pada masyarakat Indonesia yang biasanya
menghasilkan cerita-cerita keji macam pembantaian G 30 S, atau novel-novel
realis karya Pramoedya Ananta Toer kini tak perlu menjadi sebuah cerita serius
bila kita menonton sinetron Ujang Pantry yang ditayangkan MTV minggu malam
(8/10/06).

Sinetron yang
digarap apik ini lancar bercerita tentang bagaimana kelas-kelas di masyarakat
sulit bertemu bila dihadapkan pada hubungan kemanusiaan, karena korelasi
kemanusiaan di Indonesia memiliki nilai
sensitivitasnya yang tertinggi justru pada kelas-kelas sosial dalam masyarakat.
Tidak seperti Notting Hill atau Pretty Woman film Hollywood yang mengangkat
tema perbedaan kelas dalam masyarakat yang cenderung egaliter, di sinema Ujang
Pantry kejadian yang dialami Nadine (diperankan dengan sangat sensual oleh
Dinna Olivia) yang hamil akibat
berhubungan seks dengan Ujang (diperankan dengan sangat lugu oleh Agus Ringgo)
tanpa sengaja karena Nadine mabuk berat sangat sulit kita bayangkan jika itu
terjadi di dalam masyarakat kita. Persoalan terbesarnya bukan pada kesalahan
melakukan hubungan seks di luar nikah itu, tapi pada berapa besar sanksi sosial
yang dihadapi kelas atas, dan ketakutan dari si kelas bawah. “apa karena aku
miskin” kata Ujang pada Nadine yang pada awalnya menampik Ujang, kata-kata itu
memiliki makna yang dalam tentang bentuk pengakuan adanya perbedaan kelas itu.

Beruntung bagi si
Ujang di akhir cerita ada kecenderungan Nadine menerima kehadiran si Ujang,
mungkin hal ini ditentukan oleh beberapa faktor, pertama : ketidakjelasan ayah
Nadine (Biasanya kaum lelaki lebih sadar gengsi ketimbang si Ibu yang banyak
menggunakan hati), kedua dan ini yang terpenting Nadine terlihat sekali
berpendidikan barat dan berasal dari keluarga yang sadar demokrasi.
Komunikasi-komunikasi Nadine dengan lingkungan di kelasnya yang notabene
lingkungan produk barat yang egaliter mendorong Nadine untuk lebih mengakui
Ujang sebagai manusia dan ini jelas tidak akan terbentuk bila Nadine hidup pada
lingkungan yang represif dan tidak sadar ada hubungan kemanusiaan di balik
sekedar hubungan kelas sosial.

Bagaimana kerasnya
manusia membentuk sistem kelas masyarakat atau usaha masyarakat yang dibangun
tanpa kelas kedua-duanya akan gagal bila dihadapkan pada hubungan kemanusiaan,
saya jadi teringat film “Enemy at The gates” yang menyindir sistem komunis
dalam salah satu dialog yang menarik antara Danilov dengan Vassili si sniper
legendaris itu yang rebutan cewek cantik (seingat saya diperankan Rachel
Weisz), namun cewek itu lebih menyukai Vassili. “Saya sadar tidak semua hal
memiliki nilai yang sama dan harus sama rasa sama rata, seperti cinta yang
punya nilainya tersendiri” kata Danilov mengakui bahwa wanita itu lebih memilih
Vassili. Dan Danilov menghancurkan hukum besi Marx itu tentang harga.





ANTON DJAKARTA



Minggu, 8 Oktober
2006

No comments: