Tuesday, 15 November 2011

Kesadaran Politikus


Yang jelas politikus-politikus sekarang semasa ia kanak-kanak atau semasa muda tidak pernah membacai buku atau setidak-tidaknya mengerti jiwa dari sejarah. Orang yang terbiasa baca banyak buku ia akan punya kesadaran, yaitu kesadaran dialektis. Kesadaran dialektis adalah kesadaran dirinya dengan lingkungan, dirinya dengan masyarakat dan dirinya dengan ruang abstraksi yang bermain.

Orang yang suka politik tapi ia melandasi dirinya dengan banyak baca buku, pasti sudah terlihat apa yang ia bicarakan adalah visi, ia selalu bicara mimpi, ia selalu bicara ide-ide, ia kerja keras untuk wujudkan ide itu. Bukan bicara teknik apalagi teknik patgulipat garong duit negara dan berkelit. Apa yang banyak bermunculan sekarang tidak layak sebenarnya kita sebut politikus karena politikus itu memiliki definisi : Intelektual, idealis, memiliki tujuan jelas dan bertugas membawa masyarakatnya ke dalam alam kemakmuran. Yang muncul di TV-TV atau dalam perdebatan-perdebatan umum tak lebih dari tukang omong komidi putar, ia mungkin bersekolah tapi tingkat kecerdasannya tak lebih dari anak umur 6 tahun, ia menguraikan tapi uraiannya adalah kebohongan, kemunafikan dan pembodohan bukan pencerahan yang membuat pendengar merenung dalam-dalam.

Para tukang omong di Parlemen ini jelas tidak akan punya 'otak' untuk memahami keadaan-keadaan masyarakat, ia tidak akan merasa bersalah misalnya : Mengendarai mobil seharga 7 milyar sementara ia sendiri melihat rakyat berjuang keras dibawah sengat matahari, hujan dan tumplek blek kacaunya sistem transportasi yang membuat rakyat harus menguraskan daya hidupnya hanya untuk sampai ke rumah dari tempat-tempat kerjanya.

Rasa bersalah itu letaknya di hati....ketika manusia belum sempurna proses kemanusiaan di dalam dirinya, janganlah kita menuntut terlalu banyak untuk dia bersikap seperti manusia.

No comments: