Friday, 25 November 2011

Menyelamatkan Perkawinan



Menyelamatkan Perkawinan

Pada suatu malam di sebuah kafe yang sepi ada seorang suami
yang merasa bosan dengan kehidupan perkawinannya, ia curhat dengan sahabatnya….”Aku sudah tidak mencintai isteriku lagi”

Sahabat itu menjawab dengan mata teduh “pulanglah dan
cintailah dia”

Suami itu mendesah dan memainkan sendok kecil untuk mengaduk
cappucino, “Kamu tidak mengerti, aku sudah tidak punya perasaan cinta lagi, aku
merasa hampa di depan dia”. Sahabat itu tersenyum dan berkata lagi “Pulanglah
dan cintailah dia”. Suami itu menggelengkan kepala matanya menatap ke
langit-langit kafe. “Sahabatku, bila aku pulang ke rumah dan berkata cinta
padanya, berarti aku membohongi diriku sendiri, aku sudah tidak memiliki
perasaan itu lagi…dan bila itu aku lakukan, aku sudah tidak jujur…” kata suami
itu dengan nada suara yang lemah.

“Apakah ibumu mencintaimu?” kata sahabat itu. “Tentunya”
jawab suami itu tegas. “Satu minggu setelah kau keluar dari Rumah Sakit
bersalin, dan kau menangis ditengah malam terus-terusan, kau berteriak di saat
bayi dan ibumu kurang tidur, berjalan di lantai yang dingin dan mengganti
popokmu, apakah ia menikmati ini semua?”

Suami itu termenung dan menggelengkan kepala lalu ia
menunduk dan menjawab pelan. “Tidak”

Sahabat itu berkata lagi “Kalau begitu apakah secara emosi
ibumu tidak mencintaimu lagi?”….



“Sahabatku, ukuran mencintai itu bukan karena ibumu
menikmati mengganti popokmu di tengah malam melainkan karena ibumu ‘RELA’
melakukan itu walaupun hal itu tidak disukainya. Nah, pernikahan tidak hanya
didasari rasa cinta, tapi ia lebih dari itu pernikahan adalah nama lain dari
‘KOMITMEN’…saat pertama kali kau menikahi isterimu pasti karena kau
mencintainya, kau menyayanginya, kau melihat matanya seperti pagi yang indah,
dan gunung biru di tengah musim semi….namun cinta yang menggebu-gebu akan padam
seiring berjalannya waktu.

Tapi, kawan ingat KOMITMEN yang menjadikan cinta
menggebu-gebu itu menjadi cinta yang matang dan dewasa….

“Lalu apa yang disebut cinta sejati, kawan?...cinta sejati
adalah cinta yang tumbuh dalam hati dan tidak didasari kecurigaan, hitungan
untung rugi, cinta yang rela berkorban demi orang yang dikasihinya, cinta yang
menembus batas-batas halangan dengan sikap ikhlas. Ada orang berkata “aku cinta kamu”..berarti :
“Aku ingin memilikimu dan biarlah kamu sebentuk apa yang aku pikirkan” itu
adalah cinta yang egois, itu adalah perasaan yang kau lakukan secara sepihak
tanpa memikirkan hak dari pasanganmu, dan ingat sebuah keluarga tidak hanya
tentang kau dan dia, kau dan cintamu, tapi keluarga juga menyangkut
kenangan-kenangan yang akan diceritakan anak-anakmu di masa depan, kenangan tentang kebahagiaan keluarga, kenangan tentang kehangatan rumah tangga dan kenangan bagaimana bapaknya mencintai ibunya dengan caranya yang khas. Pahamilah komitmen
dalam pernikahanmu karena komitmenmu itulah yang membuatmu menjadi dewasa dalam
menumbuhkan hubungan.

Komitmen itu harus kau jalani melampaui perasaan
kekanak-kanakanmu, perasaan bosanmu dan perasaan hampamu, jalani itu dan
pulanglah, cintai isterimu sepenuh hati seperti kau bertanggung jawab terhadap
kehidupan”….

1 comment:

Kasamago said...

Semua kehidupan akan menemui titik jenuh.. namun selama itu di dasari bara komitmen dan tanggung jawab.. kehidupan akan terus menyala meski dikelilingi titik 2 kejenuhan..

Makjleb