Thursday, 17 November 2011

Sukarno dipenjara untuk Kemerdekaan Bangsanya




Setelah Sukarno membaca Indonesia Menggugat hakim tetap memutuskan Sukarno bersalah dan ia harus dipenjara di Sukamiskin. Sukarno adalah seorang Sarjana Teknik Arsitektur, saat itu Kota Bandung sedang menggeliat menjadi kota besar bahkan Bandung mendapat predikat kota kolonial terbaik di dunia pada perlombaan tata ruang kota di Afrika Selatan pada tahun 1928. Profesi Arsitektur saat itu booming, Sukarno ditawari menjadi pegawai pemerintah untuk mendesain bangunan-bangunan pemerintah, sarana umum seperti jembatan dan desain taman kota. Tapi Sukarno menolak, walaupun ia ditawari gaji : 5.000 gulden, namun Sukarno berkata pada orang yang menawarinya "Saya memang akan hidup enak dengan gaji seperti ini, saya bisa menyenangkan orang tua saya, saya bisa bahagia membangun rumah tangga tanpa kekurangan sedikitpun. Tapi bila saya terima ini, bangsa saya tidak akan berubah. Dan mimpi-mimpi saya seperti akan menjadi tergadaikan hanya untuk kesenangan pribadi. Bagi saya Tuan, perjuangan untuk bangsa ini, diatas segala-galanya. Saya hidup diatas landasan mimpi saya, dan dengan begitu saya tidak mengkhianati mimpi-mimpi saya dan mimpi jutaan orang dari bangsa ini, bangsa yang bermimpi memiliki kebebasannya".


Ia yang berjuang demi bangsanya, rela masuk bui pada sel kecil sempit dan bau, ia rela mengorbankan kesenangan-kesenangan pribadinya. Dia hanya bisa berolahraga menghangatkan dirinya dengan matahari hanya satu jam lalu dikurung lagi. Inilah watak manusia sesungguhnya, ia berjuang demi mimpi dan Sukarno hanyalah satu dari representasi ribuan manusia Indonesia yang rela dikurung badannya demi sebuah bangsa. Mereka menolak kesenangan dunia, mereka bersatu menderita demi mimpi yang mereka inginkan.

Lalu kemanakah bangsa yang diimpikan Sukarno ini? Bangsa yang sudah didirikan dengan pengorbanan bui, buang dan bunuh ini. Puluhan tahun setelah Sukarno mati, puluhan tahun setelah apa yang diimpikannya berhasil, rakyat negeri ini hanya melihat dagelan-dagelan politik yang isinya pembohongan semua. Dari Presiden sampai pegawai sekecil-kecilnya memamerkan cara terampil berkorupsi, tak ada gairah perjuangan, gairah hidup menderita demi terwujudnya mimpi, semua senang-senang menghamburkan uang rakyat, uang yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan umum.

Pada diri Sukarno, pada ribuan orang yang hidup di Digoel, Pada kematian-kematian di masa Orde Baru yang berjuang menggulingkan pemerintahan fasis, hendaknya Presiden SBY merasa malu, bahwa negerinya berjalan seolah tanpa etika.

1 comment:

BUDI SUHARKAT said...

SBY tdk bs di limpahkan ata segala masalah terkini di negeri ini, tp Suharto lah yang medtindibsalahkan krn membangun negara dgn ksyu2 yg kropos krn melahirkan dan membiarkan rayap bahkan dirinya pun begitu.
BERBEDA dgn Sukarmo yg sdng melakukkan national and character building. Dulu kita miskin harta tp kaya harga diri... beda sejak Suharto berkuasa... uang jd bamyak tp tanpa harga diri. Uang itu pun hasil ngutang