Monday 9 April 2012

Membaca The Old Man and The Sea



Dari novel-novel Amerika yang bernada cepat, staccato dan memiliki kalimat sederhana tapi jelas, karangan Hemingway yang berjudul "The Old Man and The Sea" adalah novel yang menurutku amat sempurna. Caranya bercerita, bertutur tentang lingkungan, suasana hati dan alam amat lugas tapi memiliki sentuhan yang amat dalam.

Kisah ini bermula dari seorang nelayan bernama Santiago, seorang nelayan tua tapi amat disegani, reputasinya tinggi. Namun dalam beberapa bulan dia tak mendapatkan tangkapan ikan, sudah 85 hari ia berlayar dan tak mendapatkan ikan barang seekorpun. Nasibnya kurang beruntung, ada seorang anak muda Manolin namanya yang belajar pada Santiago. Manolin terpesona dengan kemampuan Santiago dalam melakukan pekerjaannya. Manolin melihat ada jiwa dalam setiap gerak kerja Santiago. Tapi nasib sial sedang menimpa Santiago, ia tak segera mendapatkan tangkapan ikan. Ia menjadi kuyu dan kering, tiap hari ia hanya duduk di gubuknya yang kecil dan kumuh. Manolin datang dan hanya menemani, mereka berdua hanya bercerita tentang bisbol dan segala hal yang menarik, terkadang Manolin membersihkan semua peralatan, membawa makanan pada si Tua Santiago, dalam diri Manolin ada kekaguman tersembunyi. Suatu hari ayah Manolin menyuruh untuk menjauhi Santiago yang tidak pernah mendapatkan ikan, tapi Manolin menolak, baginya Santiago memiliki semangat yang tak terlihat, sebuah api yang tersimpan dalam rumah, api yang dapat membakar apa saja.

Suatu hari Santiago bercerita pada Manolin, bahwa dirinya akan berlayar jauh ke Tanjung Meksiko, ia akan mendapatkan tangkapan besar, mendapatkan ikan raksasa, Santiago merasa dirinya mampu. Manolin hanya diam. Suatu hari Santiago benar-benar berlayar sendirian dengan perahu kecilnya, ia berlayar jauh ke Teluk Meksiko. Perjalanan awalnya tenang namun ketenangan itu tak berlangsung lama ketika kailnya terkait, Santiago berpikir ini adalah ikan marlin, ia merasa mendapatkan tangkapan besar, pikirannya tepat ternyata itu benar ikan Marlin raksasa. Maka pertarunganpun dimulai, Santiago menguras tenaga menarik Marlin itu, tapi sang Marlin menarik ke tempat lain, Marlin melawan nasibnya untuk menolak mati, sementara Santiago terus mengikuti apa mau Marlin, ketika ia memaksa untuk menarik Pancingnya dan menghentak Marlin maka ia terluka, satu hari penuh Santiago bertarung dengan Marlin tersebut dan menjadikan tenaganya terkuras habis, tapi Santiago dilahirkan sebagai Nelayan hebat, ia tak akan mundur dan menyerah kalah, tarik menarik terus terjadi, sang Marlin meloncat-loncat dan menarik perahu kecil Santiago.

Di hari kedua sang Marlin memperhebat perlawanannya, ia melawan dan menggedor perahu Santiago, ia membawa perahu Santiago ke arah maunya Si Marlin. Santiago tarik ulur, disinilah kemudian Santiago mendapatkan makna hidup, mata tuanya melihat pada Marlin dengan rasa tunduk yang amat sangat, ia menghormati sang Marlin, dan menyebutnya sebagai 'Saudaraku'. Santiago berpikir "Marlin ini terlalu terhormat untuk dimakan, tak seorang pun pantas memakan ikan yang terhormat ini"

Di hari ketiga, Santiago terus berjuang melawan desakan Marlin, sang Marlin sudah mulai kelelahan ia mengitari perahu, ia berputar-putar terus, dan mendekat pada dinding perahu, disaat itulah Santiago menikamnya dengan Harpun, sang Marlin mati dalam kehormatannya. Santiago menghembuskan nafas lega sekaligus penghormatan, dengan telaten ia mengikat tubuh Marlin di samping kapal kecilnya. Tapi sial bagi Santiago, darah Marlin berkucuran memancing penciuman Hiu. Pertama kali yang datang Hiu Mako, menyerang Kapal Santiago, dengan gesit Santiago menikam hiu tersebut. Lalu datang hiu-hiu lain, harpunnya habis, Santiago membuat harpun dari pisau dan menikam hiu lainnya yang datang memburu. Di malam waktu, hiu-hiu itu memakan tubuh Sang Marlin. Santiago menuju kampungnya dalam kelelahan yang luar biasa, ia menjadi pemenang atas pertarungannya tapi bukan pada nasib beruntungnya, Tubuh Sang Marlin habis dimakan hiu tersebut sehingga tinggal tulang belulang sang Marlin.

Santiago menaruh Tulang Belulang Marlin di tepi laut, ia pulang ke gubuknya, ia tertidur amat pulas, pulas sekali. Manolin yang sejak kepergian Santiago merasa hatinya tak enak dan terus menangis di pinggir laut, merasa lega saat melihat Santiago tertidur pulas. Pagi-pagi sekali Manolin membawakan surat kabar dan membikinkan kopi panas, lalu Santiago terbangun dan bercerita pada Manolin "Saya memimpikan Singa Afrika yang Besar".........

Novel ini memang luar biasa, kata-katanya singkat tapi Hemingway mampu menjelaskan dengan luar biasa, hubungan di tiap ruang penceritaan. Antara si Tua Santiago, Perjuangan Hidup Sang Marlin, Anak Muda bernama Manolin dan Kehormatan...........



ANTON DH NUGRAHANTO

2 comments:

atik said...

Aku juga sudah membaca novelnya...
bahasanya sederhana & jujur tapi sangat berenergi...

Anonymous said...

hmmm bgus. bkin smngat hdup