Monday, 26 October 2009

Sajak Menangkap Penyair

Sajak Menangkap Penyair

by. Anton Djakarta

Kutangkap dirimu, agar kata-katamu mati
karena kau berani melawan pemerintah dengan pamflet gelap air mata
karena kau berani menunggungi para Jenderal dengan sajak tanpa rupa

Kutangkap dirimu dan kubawa ke bui
seperti para pengarang di Pulau Buru
seperti para penjudi nasib politik yang mati di tahun enam lima

Kusekap puisi-puisimu dalam perintah radiogramku
melarang kamu mensajak
karena pemerintah tak butuh sajak, pemerintah butuh beras untuk rakyat
sajakmu sajak wangi kopi, sementara kerja negara membutuhkan kepatuhan, penguasa tak butuh wangi kopi tapi butuh sendiko dawuh agar tentram negeri ini.

Sajakmu meresahkan, membangkitkan rakyat dari ketakutan
menginspirasi gerilyawan kapiran, membangunkan tukang becak untuk melawan
Maka demi ketertiban
kutangkap kamu dan kularang kamu bersajak

Ini kuberi waktu
bersajaklah tentang rembulan atau wanita cantik dengan sudut mata angsa
jangan kau bersajak tentang rumah kardus pinggir kali, kerna itu meresahkan
Jikalau pamflet gelapmu masih menjadi bahan kopian mahasiswa maka kami tak ragu
Membuimu seperti manusia-manusia di Pulau Buru.....

Aku ingatkan kamu, Penyair berwajah bulan
agar kamu jangan melawan pemerintah
kerna negeri ini dibangun dengan rasa sopan
maka berbuatlah seperti manusia yang tau aturan.

Bila kamu masih bersajak dengan pamflet gelap dan mengosongkan gudang-gudang nyali para tukang becak, mahasiswa dan guru maka kami tak segan menangkapmu, menjeblosakmu ke dalam bui.

1 comment:

Sutarmini said...

semangat mas anton negeri ini butuh jiwa2 yang visioner seperti dirimu semoga menular
Sutarmini-Yogyakarta

Tak mampu.

Tak mampu aku ingkar
Semakin ingkar semakin dikejar
Tak mampu aku sembunyi
Semakin sembunyi terasa sunyi

Aku adalah laskar lelah
Aku adalah pendekar nyaris menyerah
Dalam tetes tetes kekuatan
Aku masih berharap izinkan pulang membawa kemenangan

Temaram senja kian kentara
Menapaki hati yang seharusnya semakin tertata
Dalam keremangan ini ku masih mencari
Dan mungkin tak pernah ku temui

Aku tak peduli meski sebentar harus pulang
Satu asa tak boleh hilang
Ijinkan aku pulang tak memikul hutang

Bila dikau rinduku
Terlarang menunggu selalu
Pastikan hati tak luka terlalu

Aku bukan perawan setia yag tak ingkar
Karena aku masih punya yang harus di kejar

Bila itu ada di dasar hatimu
Ajari aku menyelami
Bila akhir pencarian di cintamu
Pada Tuhan ku berserah
Tak mampu ku ingkar sembunyi dalam rinduku ini

JULI 2009