Monday, 26 October 2009

Sajak Menolak Pembangunan Trotoar

by. Anton Djakarta


Membangun trotoar hanya mengajarkan rakyat berjalan kaki
bau badan hasilnya nanti
tidak seperti masyarakat penuh gengsi
tak ada jalan penuh mobil berharga jeti-jeti
Maka itu atas nama kehidupan yang santun
Dan rasa sopan yang diajarkan oleh orang tua kita
Bahwa bau badan adalah dosa dalam pergaulan
dan kita dipaksa menjadi wangi seperti bunga taman
Tolak trotoar
dan duduklah manis di dalam mobil

Agar Investasi Jepang terjaga
Agar Para menteri terus dapat uang komisi
dan susunan masyarakat seperti sedia kala
Susunan masyarakat berlandaskan hukum babu
maka trotoar haram hukumnya

Trotoar adalah saksi kehidupan paling sejati
kita bisa melihat ruang dengan seksama
tapi kita sudah biasa diasingkan
dari lingkungan, dari kehidupan

Maka tolaklah Trotoar lewat regulasi para pemimpin kota
karena itu bisa mengurangi impor kendaraan
jangan biarkan manusia kota mengenali kehidupan
karena dia bisa dijauhkan dari alam benda.

Biarlah kota berkembang seperti ruang kapal yang kacau
tidak jelas arah, tidak jelas ruang
bertumbuh tanpa hitungan
karena setiap hitungan adalah pelarangan
dan pelarangan selalu menghasilkan uang
bagi birokrat yang terbiasa patuh memuja pantat atasan

Tolak trotoar jalan
karena membangun trotoar bisa mengurangi impor kendaraan buatan Jepang.
Kurangnya impor membuat modal asing menyusut
apalah jadinya dunia pejabat tanpa modal asing
tak bisa lagi beri sangu anak bini ke singapur beli arloji dan ali-ali.

Trotoar yang lebar
hanya menjadikan rakyat malas membeli mobil
jalan yang rapi
hanya membuat rakyat senang naik bis dan jalan kaki

Itu tidak baik buat masa depan penguasa
karena tak ada lagi pajak masuk pada kas mereka
tolaklah trotoar dan laranglah orang naik sepeda
kerna itu membahayakan modal asing
modal yang dibina pejabat dengan rasa penting.

No comments: