Friday, 21 October 2011

Apa Itu Marhaen?




Bagi sebagian besar orang dan bahkan intelektual sejarah mengartikan Marhaen Bung Karno sebagai akronim dari : Marx, Hegel dan Engels. Padahal menurut Sukarno sendiri Marhaen adalah nama orang, ini sama saja dengan Doel, Ahmad atau Bodin yang jamak dalam masyarakat Indonesia.

Lalu apa itu Marhaen? sebuah kelas sosial yang kerap diucapkan Sukarno sebagai pendukung terbesar garis politiknya. Sukarno berkata "Marhaen adalah orang yang punya modal tapi teramat kecilnya, ia punya gerobak sendiri, ia punya pacul sendiri dan ia punya tanah sendiri, tapi amat kecil, amat terbatas ia tidak mungkin disejahterakan oleh sistem" itulah Marhaen dalam pengertian Sukarno. Dan oleh Sukarno pula "Di Indonesia tidak ada kelas buruh yang murni, tidak ada kelas borjuis yang murni, mayoritas di Indonesia adalah Marhaen dan masyarakat Indonesia tidak mengenal pertentangan kelas seperti yang dipikirkan oleh para pengikut Marx". tentunya Sukarno agak sedikit mendangkalkan makna penentangan kelas Marxian, tapi sebagai sebuah struktur penjelasan ekonomi modal maka pemikiran Sukarno sangat luar biasa.

Sukarno menghendaki ekonomi modal yang kuat, negara bisa menjalankan revolusi sosialnya tanpa harus merampas hak-hak modal rakyat. Negara menjadi agen kesejahteraan umum, para dokter bekerja untuk kebaktian pada kesehatan masyarakat bukan uang, para guru bekerja sebagai bagian kebaktian bekerja untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bukan uang, dan para intelektual kita merumuskan masalah-masalah kehidupan untuk pencerahan bukan uang itulah makna kehidupan bagi Sukarno, dan Marhaen sebagai penopang ekonomi dari lautan masyarakat ini menjadi peran utama dalam distribusi kesejahteraan masyarakat, mereka mudah mendapat modal dari Bank Negara, anak-anak mereka sekolah gratis, kesehatan gratis dan negara menjadi sponsor utama pencerdasan masyarakat, negara menghindari dirinya menjadi agen kekerasan sekaligus menahan serbuan taktik penjajahan modal asing, atau menggelembungnya raksasa pengusaha nasional yang ingin mengakuisisi negara.

Inilah arti penting menghidupkan kembali apinya Sukarnoisme.


Anton Djakarta 2011.

2 comments:

wisnuops said...

Biasanya untuk menguatkan klaim Bung Karno bahwa Marhaen itu adalah nama orang, harusnya bisa ditemukan juga seseorang di Indonesia (siapapun dia) yang juga bernama Marhaen.

Pada kenyataannya, nama Marhaen nggak pernah dikenal di Indonesia. Itu nama yang sama sekali asing. Oleh karena itu, sejarahwan berkesimpulan kalau Bung Karno mengarang nama itu. Kalau kemudian menebak bahwa Marhaen itu akronim dari Marx, Hegel, dan Engels mungkin agak kejauhan sih. Tapi ya bisa jadi.

Anonymous said...

Marhaen itu disebutkan dlm autobiografinya soekarno sendiri, terkait tidak pernah ditemukan ya jelas lha wong itu tahun berapa?? Indonesia saja belum berdiri dan itu rakyat jelata yg sangat jauhh hidup dari perkotaaan masa mau dituduh tidak pernah ada? yg bahkan yg membuat namanya terkenal saja mengakuinya