Sunday, 16 October 2011

Sepuluh Novel Terbaik Indonesia


Novel terbaik di Indonesia menurut saya :

1. Para Priyayi Jilid 1
2. Gadis Pantai.
3. Harimau-Harimau.
4. Bukan Pasar Malam
5. Keluarga Gerilya
6. Laskar Pelangi
7. Atheis
8. Hujan Kepagian
9. Ali Topan Anak Jalanan
10. Corat Coret Bawah Tanah

Sepuluh Novel ini semuanya menceritakan kegelisahan manusia Indonesia dengan dirinya, pranata masyarakat dan Konsep Tuhan. Manusia Indonesia pada hakikatnya gemar mencari dan ujung-ujungnya menemukan dirinya kesepian diantara soal-soal yang membekukan pikirannya. Diantara sepuluh novel ini, para Priyayi menembus urutan tertinggi karena dalam novel ini Khayam bukan saja membongkar realisme, tapi juga memaknai realisme itu dalam jalan ceritanya, inilah yang tidak bisa dilakukan Pram atau Idrus, Pram sangat pandai mendeskripsikan realisme, menceritakan persoalan-persoalan, membangun kegelisahan tapi Pram amat jarang menceritakan kenapa realisme bisa terjadi dalam jalan ceritanya, demikian juga Idrus yang amat pandai bermain arsitektur ruang cerita tapi selalu gagal menembus ruang itu sendiri.

Tapi diantara semuanya, yang paling pandai menggambarkan hati manusia adalah Mochtar Lubis melalui novel Harimau-Harimau, ia bermain di susunan karakter dan perpindahan karakter dengan cepat, inilah kenapa Mochtar Lubis dengan mudah menggambarkan manusia Indonesia dalam sebuah catatannya di tahun 1970-an.

Laskar Pelangi mendapat tempatnya sendiri dalam khasanah dunia sastra Indonesia, sebenarnya ini novel sangat biasa dalam tuturan cerita, bahkan di bagian akhir sepertinya Andrea Hirata gagal memegang kendali arus cerita terutama soal mencari barang klenik yang amat berlebihan untuk anak seusia karakter di dalam novel itu, tapi arti penting novel ini adalah ia mampu mengangkat kegelisahan manusia Indonesia dibawah sistem sosial yang tidak adil dibawah Orde Baru. Kemampuannya menggambarkan sistem Orde Baru dengan amat manis, mulai dari ikon kebudayaannya yang diambil justru dari Oma Irama, ikon ketimpangan kekayaan yaitu : biaya sekolah membuat novel ini membuka klep-klep alam bawah sadar manusia Indonesia, masyarakat berbondong-bondong membeli novel itu dan merasakan bahwa dirinya berada dalam pusaran cerita itu, andai saja novel ini mampu menjelaskan kenapa sistem Orde Baru bisa terjadi dalam jalan ceritanya, bisa jadi inilah novel paling raksasa dalam sejarah sastrra Indonesia, tapi rupanya Andrea hanya ingin bercerita soal nostalgia, bukan soal membongkar kegelisahan-kegelisahan masyarakatnya.

Anton, 2011 : Catatan Pagi.

No comments: