Perang Sastra Atau Kentut?
ANTON DJAKARTA
Di satu sore ketika Matahari tidak lagi menjadi Panglima
Pram berdiri dengan dada sentosa memandang ke arah dewan sastra yang berkalung kemboja
"Sastra Malammu bukan untuk mimpi dimasa depan, maka negara menghukummu sebatas sperma kerbau"
Maka sastra tak lagi jingga Blora di mata Pram
Ia terbentuk dari satu titik ke titik lain
Dengan dada sentosa melihat masa depan
Ia jadikan sastra gagang samurai untuk merubah masjarakat
Seribu Humanis menyerbu
Dan malam menjadi hantu
Polemik berakhir di Pulau Buru
Hilang sudah matahari sastra bermutu
Di kemudian waktu
Ketika Pram sudah tidak lagi membakar sampah di Citayam
Dan lagu gagahnya hanya terdengar sebagai Darah Juang di Pemakaman
Polemik Datang....
Hanya sayang
Polemik sastra bukan seperti gending perang Pram lawan Jassin
Tapi sastra berpolemik dalam detik demi detik ini
seperti kentut yang bertalu-talu
Keras tapi tidak bermutu......
Maka diamlah Satre karena mesin ketiknya diganti butut oleh Orde Baru
No comments:
Post a Comment