Friday 25 September 2009

Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana



Hal-Hal Sederhana

Dulu aku hanya paham bahwa sebuah cinta dapat ditemukan pada suatu yang besar, pada suatu yang agung. Idealisasiku tentang cinta ini mungkin terpengaruh pada novel-novel atau film yang aku lihat. Tapi ada satu hal yang merubah pandanganku ini, pertama pandangan secara persepsi dan kedua pandangan berdasarkan pengalaman. Pertama, persepsi. Sejak nonton film Tom Hanks “You,ve got mail” dalam film itu berkisah bahwa cinta bisa saja dipertemukan antara dua pikiran yang tidak pernah bertemu secara fisik dan kisah pikiran ini adalah soal sederhana bukan soal rumit bagaimana mengubah dunia. Ini cinta yang ideal tapi membumi dalam realitas. Kemudian yang kedua berdasarkan pengalamanku. Sebelum beranjak dari perenungan hal yang kedua aku akan kisahkan sebentar sebuah pepatah jawa yang paling terkenal : Witing Tresno Jalaran Soko Kulino
bahwa cinta itu bisa tumbuh pada saat kita mengalami hal-hal yang biasa kita lakukan bersamanya.

Hal-hal kecil itu bisa tumbuh saat aku bersama dia, seperti : saat aku menunggu dia di taksi di bawah pohon rambutan, saat aku ingin makan dia yang layani, saat aku akan antre makanan dia yang melakukan dan aku disuruh duduk menunggu, saat aku bermain game di samping bioskop, dia sanggup menunggu disampingku, saat dia berjalan dia terus menunggu dan sebuah rutinitas di sabtu atau minggu kita ke sebuah tempat, saat dia memelukku dan saat dia rebah di bahuku. Hal-hal rutin itu justru yang menjadi benteng terbesar untuk aku melupakannya.

Padahal peristiwa diantara kami bukanlah soal yang sederhana apalagi ditambah orang-orang yang tidak mengerti apa-apa diantara kami dan menghancurkan hubungan ini hanya karena gengsinya merasa rusak tanpa tau perasaan kami, bila mengingat itu maka tumbuhlah menara kebencian, tapi bila mengingat hal-hal kecil dimana dia mencintaiku dengan tulus, maka menara itu tersingkap kabut bahkan runtuh pelan-pelan. Maka ketika aku menuliskan hal-hal sederhana ini benarlah ucapan Sapardi Djoko Damono.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

(Sapardi Djoko Damono)


Mungkin aku hanyalah isyarat atas hubungan ini, mungkin aku hanya api yang membakar atas hubungan ini, tapi isyarat itu telah menjadi hujan bagi keteduhan dirimu, api itu menjadikan abu bagi kayu yang melekatkan antara dua hati kita. Semua mungkin berlalu, mungkin juga tidak ataukah ini awal dari sebuah permulaan, atau akhir dari sebuah awal?

No comments: