Wednesday, 30 September 2009

Hari ini

Tanggal 30 september biasanya aku mengulas peristiwa Gerakan Untung dan aspek sejarah Indonesia. Tapi kali ini tidak, aku sama sekali tidak bisa menulis apa-apa. Mustinya hari ini juga aku menulis propose bisnis yang harus aku bawa ke Bandung besok. Tapi mesin inspirasi ini macet. Aku sama sekali tidak punya kemampuan untuk memperluas imajinasi-imajinasi.

Aku kehilangan CC yang menjadi bagian penting dalam semua tindakanku. Semoga ini tidak akan lama.

Hari ini juga Gempa di Sumatera Barat. Semoga kawanku Rika dan keluarganya selamat dan kampung Ulak Karang tiada mendapat musibah apa-apa, entahlah aku teringat kampung halaman Raisa. Semoga semua selamat tiada musibah apa-apa.

Sunday, 27 September 2009

Pekerjaan Yang Tak Aku Mengerti




Pekerjaan Yang Tak Aku Mengerti

Dalam sekian tahun aku menjalani kerja keras yang sungguh tiada henti. Kerja keras ini bukan saja dalam skala massif dilihat intens waktu, tapi lebih pada tekanan dan kekuatan mencari sumber-sumber sistem penghasilan yang kelak bisa memenuhi kebutuhan masa depan. Tapi setelah kemarin ada satu kemalasan besar yang datang dan imajinasi yang menopang dari inspirasi-inspirasi bisnis ini hilang kekuatannya. Aku sungguh merindukan CC, dia yang menjadi alasan kenapa aku harus kerja keras seperti ini, sampai-sampai dulu aku bekerja begitu tegang dan pernah bertanya apakah ini “pekerjaan yang tak aku mengerti”.

Dulu aku bisa mendengarkan dia menyemangati aku ketika aku sudah melemah menghadapi kehidupan, dulu dia rajin menanyai aku. Tapi hidup berubah, dia menjadi seorang yang seakan aku tak kenal, jelas aku salah ....tapi apakah kemudian kesalahan itu menjadi hakim keji. Aku begitu merindukan dia, dia di masa lalu yang datang untuk hari ini. Tuhan aku benar-benar merindukan dia.

Yang jelas aku benar-benar kehilangan alasan kenapa aku harus kerja keras, aku mencintainya ..... dan menunggu dia kembali. Kemudian kutemui alasan kenapa aku harus menantang dunia.

Tumbuh Bersama Dalam Hubungan





Act Like A Lady, Think like a Man ......

By Anton Djakarta

Dulu saya tidak begitu memperhatikan aspek tentang hubungan cinta, tentang hubungan romantis antara lelaki dan perempuan. Padahal sudahlah banyak wanita datang dan pergi dalam kehidupan ini, mungkin kalo dihitung yang nggak serius atau setengah serius bisa puluhan jumlahnya. Tapi kalau yang serius saya pikir enam orang, dan lima orang yang benar-benar saya ingat. Saya tak ingat motivasi apa yang terbangun dalam membangun hubungan, karena pernah ada pacaran yang sampai 11 tahun dan pernah ada yang hanya 3 bulan saja dan sudah menjadi watak saya jarang hubungan ini diketahui oleh siapapun, karena sudah menjadi karakter saya hubungan pribadi ini adalah soal pribadi, sahabat-sahabat terdekat saya jarang yang tau saya sedang berhubungan serius dengan seseorang, mereka tau-nya saya seorang yang tidak pernah serius. . Namun di akhir-akhir ini evaluasi terhadap hubungan itu menjadi bahan pikiranku. Kenapa hubungan ini tiada pernah menjadi satu tingkat yang stabil? Atau mengapa semua menjadi luntur oleh waktu.

Evaluasi ini perlu kulakukan karena aku harus belajar lagi tentang kesetiaan dan tentang tanggung jawab. Dulu di tahun 2007 pacarku mengirimkan aku email yang hebatnya aku baru baca beberapa hari lalu isi emailnya adalah :

Sometimes people come into your life and you know right away that they were meant to be there…to serve some sort of purpose, teach you a lesson or help figure out who you are or who you want to become. You never know who these people may be but you lock eyes with them, you know that very moment that they will affect your life in some profound way.

And sometimes things happen to you at the time that may seem horrible, painful and unfair, but in reflection you realize that without overcoming those obstacles you would never realize your potential, strength, will power or heart.
Everything happens for a reason. Nothing happens by chance or by means of luck. Illness, love, lost moments of true greatness and sheer stupidity all occur to test limits of your soul.

Without these small tests, life would be like a smoothly paved, straight, flat road to nowhere safe and comfortable but dull and utterly pointless.
The people you meet affect your life. The successes and downfalls that you experience can create who you are, and the bad experiences can be learned from. In fact they are probably the most poignant and important ones. If someone hurts you, betrays you or breaks your heart, forgive them because they have helped you learn about trust and the importance of being cautious to whom you open your heart.
If someone loves you, love them back unconditionally, not only because they love you, but also because they are teaching you to love and open your heart and eyes to little things. Make every day count. Appreciate everything that you possibly can, for you may never experience it again.

Talk to people whom you have never talked to before, and actually listen. Let yourself fall in love, break free and set your sights high. Hold your head up because you have every right to.
Tell yourself you are a great individual and believe in yourself, for if you don't believe in yourself, no one else will believe in you. Create your own life and then go out and live it.

Share this with anyone whom you believe has made a difference in your life!
"If you take your eyes off your goals, all you see is obstacles."


Ketika membaca email itu aku terkesiap. Benar-benar dijitak kepalaku ini, selama ini aku menjalani suatu hubungan karena mungkin harus dijalani saja, tapi aku tiada pernah berpikir bahwa suatu hubungan adalah bagaimana kita harus bersikap dewasa, memaknai sesuatu bersama dan berpikir bersama. Adalah Oprah Winfrey di acara tadi pagi yang membuat aku tertegun, saat itu Oprah membicarakan buku “Act like a Lady, Think Like A Man” ucapan yang membuat saya tersadar bukan dari ucapan pengarang buku itu, tapi ucapan salah satu bintang tamu Oprah, Justin Timberlake , Justin berkata : Hal terpenting dalam suatu hubungan adalah kesadaran bahwa kita tumbuh bersama. Kita harus sadar bahwa mungkin saja dalam 1 tahun ke depan kita berhadapan dengan orang yang berubah. Dan tidak mungkin semua sesuatu itu berjalan tanpa ada perubahan. Perlu adanya suatu kesadaran, kesadaran bahwa kita tumbuh bersama, berubah bersama”.

Suatu hubungan bukan merupakan permainan kepentingan, dan juga bukan merupakan suatu keadaan yang membuat kita merasa “terpaksa” menjalani hubungan itu, hubungan yang baik adalah tatkala kita mampu menjadikan hubungan itu suatu takdir. Dan bagaimana dengan pernikahan, banyak hal yang harus kita pikirkan, tapi adalah suatu menarik mengingat pengalamanku kemarin, bahwa aku terjebak pada suatu alasan pernikahan yang buruk. Target. Disini aku gagal melakukan meyakinkan pasanganku untuk tidak melakukan pernikahan dengan alasan-alasan buruk. Andai saja aku dulu pernah membaca buku psikologi tentang pernikahan maka ada 10 alasan buruk untuk menikah yang kemudian kerap menjadi pernikahan itu tidak benar. Sepuluh alasan ini aku kutip dari Media Perempuan Indonesia :

Sepuluh Alasan Buruk Untuk Menikah


1. Dikejar target
Pernah menargetkan akan menikah di usia tertentu sementara sekarang Anda sudah melampauinya? Jangan khawatir, setiap orang pasti punya target dan tidak perlu gusar jika akhirnya hal ini justru melemahkan semangat Anda untuk menemukan pasangan sejati dan benar-benar sesuai dengan kriteria Anda. Lebih baik, tetap menjalani hubungan dengan calon pasangan Anda, saling menjajaki dan memantapkan rencana. Namun jika Anda belum menemukannya juga, tentukan langkah-langkah strategis untuk memperluas pergaulan.

2. Tekanan sosial
Banyak teman dekat Anda sudah menikah, mempunyai anak bahkan beberapa pernah bercerai dan menikah untuk yang kedua kalinya. Hanya tinggal Anda dan beberapa teman saja yang belum menikah. Padahal apa yang salah dengan hal tersebut? Anda sebaiknya hidup sendiri daripada bersama seseorang dalam keterpaksaan. Tak perlu menurunkan kriteria pasangan hanya karena Anda ingin segera menikah.

3. Menikah karena uang
Menikah karena bisnis atau karena uang sebenarnya hal yang gawat. Menikahi seseorang hanya karena Anda takut hidup sengsara sementara ia bisa memberikan kehidupan berlimpah uang adalah alasan yang buruk. Jika pasangan Anda sampai tahu, ini bisa saja menyakiti perasaannya, apalagi jika ia mencintai Anda sepenuh hati. Materi memang perlu namun jika uang adalah dasar mengapa Anda menikahi seseorang, baiknya pikirkan lagi. Apalagi jika Anda berdua sama-sama menikah karena uang atau untuk melanjutkan dinasti kekayaan.

4. Ingin tinggalkan rumah orang tua
Biasanya hal ini dialami oleh perempuan yang jenuh tinggal bersama dengan orang tua yang akan banyak memperhatikan Anda bahkan hingga hal yang kecil-kecil. Meninggalkan rumah tidak berarti menanti datangnya pangeran yang akan memindahkan Anda ke istananya. Tetapi, jadilah pribadi yang mandiri, sementara sewalah rumah kecil atau kamar kos jika memang Anda butuh sendiri dan tahan diri hingga menemukan seseorang yang benar-benar mantap untuk menikah dan tinggal bersama dengan orang lain.

5. Orang tua menyukai calon Anda
Anda pasti akan senang jika calon pasangan Anda disukai oleh orang tua. Bersyukurlah dengan kondisi ini, namun jangan jadikan satu-satunya alasan menikah karena ingin menyenangkan orang tua. Ingat! Yang menikah dan akan berumah tangga adalah Anda, bukan orang tua. Ada bagusnya saran orang tua Anda dengarkan namun jangan pertimbangkan pernikahan terburu-buru karena hal tersebut. Anda hidup di jalan Anda sendiri, untuk urusan yang satu ini usahakan keputusan benar-benar ada di tangan Anda.

6. Inginkan anak
Banyak orang menikah karena alasan ingin mendapatkan keturunan sehingga perlu menikah muda di saat usia masih produktif untuk bereproduksi. Memang, dari sekian banyak alasan menikah, anak adalah satu alasan di antaranya. Namun apa yang terjadi jika Anda tak kunjung merasa cocok dengan pasangan, namun anak telah lahir. Ketika keinginan Anda sudah terpenuhi, Anda tetap akan berkutat dengan pasangan yang sama. Yang mungkin tidak pernah Anda inginkan. Tak ada orang yang sempurna, namun bukankah orang tua harus memberikan contoh saling mengasihi dan menghormati?

7. Menikahi selingkuhan
Selingkuh mungkin saja indah. Tapi menikahi selingkuhan Anda belum tentu sama indahnya karena kadang perselingkuhan terjadi jika keduanya menyukai tantangan. Hubungan yang diawali dengan jalan yang salah akan berakhir tak begitu baik pula. Ini tak akan jadi landasan yang kuat, karena seseorang yang mau berselingkuh dengan Anda biasanya tak akan punya beban untuk menyelingkuhi Anda.

8. Butuh ayah untuk anak Anda
Bagi seorang janda, jika Anda menemukan pria yang tepat ini adalah permulaan yang bagus. Tetapi jika ternyata dia bukan orang yang tepat untuk Anda bahkan anak Anda, ini akan jadi mimpi buruk sementara Anda sudah sangat ketakutan untuk menjadi janda untuk yang kesekian kalinya. Lebih baik bersabar mencari dan menanti seseorangyang tepat dengan menjadi orang tua tunggal yang sangat menyayangi dan memperhatikan anak.

9. Membuktikan diri
Jujurlah pada diri sendiri. Ini tak pernah jadi ide yang baik karena jika teman Anda curiga Anda adalah seorang pecinta sesama jenis, menikah tak akan membuat orang berhenti mencurigai. Dengan menikah Anda malah melibatkan orang lain ke dalam masalah Anda ini. Jika Anda benar pecinta sesama jenis, menikah bukanlah obat tepat, karena akan menyakiti pasangan.
 
10. Hamil di luar nikah
Seandainya Anda hamil di luar nikah, pikirkan untuk menikah dengan pasangan yang menghamili Anda apalagi jika tidak benar-benar saling mencintai. Pertimbangkan untuk menjadi orangtua tunggal, berkarier dan membesarkan anak daripada menikah dengan orang yang belum tentu Anda cintai. Lebih baik lagi jika Anda tidak melakukan seks sebelum menikah. (OL-08)



Dalam kasus ini aku terjebak pada poin no. 1 dan poin no. 2, tapi coba lihatlah no.7. Tentang perselingkuhan, anda tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan ketika menikah dengan dasar perselingkuhan dan menyakiti hati pasangan yang sudah berkorban dengan anda.

Pendewasaan dalam suatu hubungan memang diperlukan tapi jauh lebih penting adalah Komitmen dan Kesetiaan. Tanpa dua hal tersebut suatu hubungan tidak akan berjalan lama, komitmen adalah suatu keikhlasan dan tujuan yang tergambar di dalam pikiran atas suatu hubungan sementara kesetiaan adalah suatu sikap untuk tidak memperdulikan apapun namun dengan keyakinannya akan kesetiaannya tersebut ia bisa mengubah hubungan menjadi satu hal yang indah, karena kesetiaan itu adalah pengorbanan. Orang yang tidak setia dan mudah tergoda untuk mencobai alternatif seumur hidup akan melalui kehidupan yang sengsara karena perkawinan, pernikahannya menjadi kehidupan yang buruk soal ini sudahlah banyak contoh di depan mata kita.

Lalu bagaimanakah kesetiaan itu dihasilkan? Kesetiaan bukanlah definisi, tapi soal menjalani sesuatu, kesetiaan yang benar akan melihat bahwa suatu hubungan adalah persoalan membangun keseharian, ia tidak akan pernah luntur walaupun godaan menjadi pertempuran di ladang hangat, justru dengan pengorbanannya wanita akan menemukan kemuliaan hidup. Wanita yang hanya memburu kepentingannya justru kerap terjebak pada kesendirian. Carilah dilingkungan anda, banyak sekali kita menemukan hal ini.


ANTON DJAKARTA

Saturday, 26 September 2009

Sajak Sepi




Sepi

Ketika sepi menjadi dalang kehidupan
dan tatkala ia menang
maka kehidupan menjadi tak ada apa-apanya

Sepi seperti bulir pasir di tengah gurun
Awan sunyi
Sinar kelam
Bunyi api seperti suara air selokan

Sepi ini menikam

......"Lalu kemanakah masa lalu?"

Kenangan Kecil Tentang Becak



Becak

Bagi kita yang besar di tahun 80-an, pastilah sangat mengenal kendaraan ini. Dan seperti banyak orang di Jakarta, maka kenangan saya terhadap becak sungguh membekas. Saya sedang tak ingin membicarakan sosiologi becak sebagai perlawanan politik, atau kekuatan moralitas kaum becakisme dalam melawan Orde Baru, saat ini saya hanya ingin bicara tentang romantisme Becak. Kenangan saya tentang becak kalau tiada salah pada tahun 1978, saat itu saya diajak ibu saya ke Supermarket Hero Mampang. Nah, di jaman itu razia becak sangat marak. Seingat saya pada waktu itu saya naik diatas karung beras yang ditumpangi pada sebuah becak. Entahlah ingatan saya tiba-tiba becak itu langsung lari karena dikejar Kamtibmas dan saya tertinggal di atas becak itu. Saya yang masih berusia 4 tahun segera saja terbawa sampai pada Buncit Satu. Atau sekitar 700 meter dari Hero Mampang.

Itulah pertama kali perkenalan saya dengan becak dan sejak saat itu ada perasaan takut kalau saya diajak naik becak. Tak lama kemudian kenangan saya tentang tukang becak tidak saja pada trauma naik becak dikejar kamtibmas tapi kenangan pada bau khas abang becak. Kelak 28 tahun kemudian saya paham bahwa itu jenis bau keringat manusia yang berasal dari Tegal dan Brebes. Kesadaran ini saya dapatkan saat saya naik Taksi, kebiasaan saya selalu menanyakan pada sopir taksi asal dari daerahnya, setiap daerah Tegal atau Brebes maka bau badannya dan bau aroma sekitar ruangan taksinya mirip persis dengan bau Tegal. Sejak saat itu saya mengenal jenis-jenis bau manusia dilihat dari asal-usul. Hal inilah yang memasukkan logika saya pada kemampuan orang Dayak dalam membaui jenis-jenis orang dilihat dari asal-usulnya.

Kenangan becak yang menyeramkan menjadi kenangan romantis, saat saya bersekolah di Solo. Di satu malam saya tahun 1990 saya bersama teman saya Arif, pergi ke Keprabon untuk nonton film dan minum susu sapi. Entah mengapa saat itu Arif pergi bareng temannya yang lain dan saya ditinggal, tak jauh dari tempat saya duduk ada kawan SMA saya namanya Wenny. Nah, Wenny ini hitam manis dan saya sangat suka sejak awal melihatnya namun saat itu saya tiada pernah berani mengungkapkan. Inilah penyakit lama gagal mengungkapkan sesuatu pada orang yang saya sukai (penyakit itu sembuh sejak 1998-an). Saya lupa ceritanya gimana, hanya saja saat itu cuaca sedemikian cerahnya dan bulan terang sekali. Aku dan Wenny akhirnya naik becak mengantarkan Wenny yang rumahnya di dekat kampung Punggawan. Ingatan itu samar-samar karena setelah itu saya tak begitu memperhatikan Wenny, setelah datangnya Maria sebagai adik kelas di Kelas 1 SMA. Nah, entahlah kemarin aku mengenang kejadian itu suatu kejadian yang romantis, sampai-sampai tadi siang aku ke Depok hanya untuk menumpang becak.

Di Bandung pada bulan April lalu aku-pun naik becak dari Pasar Baru menuju ke jalan Perintis Kemerdekaan. Ini hanya kenangan kecil tapi sungguh aku tiba-tiba teringat, entahlah dimana Wenny berada saat ini, terakhir aku berjumpa dan ini kutulis di catatan harianku pada tanggal 12 November 1990. Berarti itu satu hari menjelang hari Ulang Tahunku ke 16. Ah......mungkin anaknya sudah lima.

Friday, 25 September 2009

Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana



Hal-Hal Sederhana

Dulu aku hanya paham bahwa sebuah cinta dapat ditemukan pada suatu yang besar, pada suatu yang agung. Idealisasiku tentang cinta ini mungkin terpengaruh pada novel-novel atau film yang aku lihat. Tapi ada satu hal yang merubah pandanganku ini, pertama pandangan secara persepsi dan kedua pandangan berdasarkan pengalaman. Pertama, persepsi. Sejak nonton film Tom Hanks “You,ve got mail” dalam film itu berkisah bahwa cinta bisa saja dipertemukan antara dua pikiran yang tidak pernah bertemu secara fisik dan kisah pikiran ini adalah soal sederhana bukan soal rumit bagaimana mengubah dunia. Ini cinta yang ideal tapi membumi dalam realitas. Kemudian yang kedua berdasarkan pengalamanku. Sebelum beranjak dari perenungan hal yang kedua aku akan kisahkan sebentar sebuah pepatah jawa yang paling terkenal : Witing Tresno Jalaran Soko Kulino
bahwa cinta itu bisa tumbuh pada saat kita mengalami hal-hal yang biasa kita lakukan bersamanya.

Hal-hal kecil itu bisa tumbuh saat aku bersama dia, seperti : saat aku menunggu dia di taksi di bawah pohon rambutan, saat aku ingin makan dia yang layani, saat aku akan antre makanan dia yang melakukan dan aku disuruh duduk menunggu, saat aku bermain game di samping bioskop, dia sanggup menunggu disampingku, saat dia berjalan dia terus menunggu dan sebuah rutinitas di sabtu atau minggu kita ke sebuah tempat, saat dia memelukku dan saat dia rebah di bahuku. Hal-hal rutin itu justru yang menjadi benteng terbesar untuk aku melupakannya.

Padahal peristiwa diantara kami bukanlah soal yang sederhana apalagi ditambah orang-orang yang tidak mengerti apa-apa diantara kami dan menghancurkan hubungan ini hanya karena gengsinya merasa rusak tanpa tau perasaan kami, bila mengingat itu maka tumbuhlah menara kebencian, tapi bila mengingat hal-hal kecil dimana dia mencintaiku dengan tulus, maka menara itu tersingkap kabut bahkan runtuh pelan-pelan. Maka ketika aku menuliskan hal-hal sederhana ini benarlah ucapan Sapardi Djoko Damono.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

(Sapardi Djoko Damono)


Mungkin aku hanyalah isyarat atas hubungan ini, mungkin aku hanya api yang membakar atas hubungan ini, tapi isyarat itu telah menjadi hujan bagi keteduhan dirimu, api itu menjadikan abu bagi kayu yang melekatkan antara dua hati kita. Semua mungkin berlalu, mungkin juga tidak ataukah ini awal dari sebuah permulaan, atau akhir dari sebuah awal?

Thursday, 24 September 2009

Doa Malam Ini




Doa Untuk Esok

Tuhan
Telah kau jadikan manusia dengan lupa
telah kau sempurnakan manusia dengan akal

aku berdoa
padaMU Tuhan

Bahwa perbuatan selalu dibalas dengan perbuatan
Bahwa kemunafikan akan terbuka aibnya dengan cara memalukan
karena itulah hukum alam
itulah ketentuan

Aku Paham
Tuhan
Apa yang terjadi karena engkau menyelamatkanku
tapi aku tak pernah bisa bersyukur atas rahasiamu

Tuhan
Aku berdoa
agar esok aku bisa hidup seperti biasa
awan biru dan garis langit dengan sejuta seloka
menjadi mahkota di langit-langit kehidupan

Tuhanku
Dalam doaku
aku hanya memohon
agar aku bisa lagi tenang menulis
agar sejarah bisa aku catat dalam sastra
Tuhanku
Malam kelam, Bintang Lenyap dalam kerlipan
Matahari pagi nanti datang
embun menitis pelan
lalu angin pagi bertiup
disanalah
Aku bisa menemukan kehidupan yang biasa
yang aku senangi sejak awal mulanya
Menulis .....menulis dan menulis

Hal Paling Aku Sesali





Hal Paling Aku Sesali

Ada beberapa hal yang aku sesali dalam hidup ini, namun tiada pernah lebih dari tahun 2009. Lost of CC adalah sebuah peristiwa yang berat. Aku harus menjalani kehidupan tanpanya, sendirian. Aku mencintainya tapi dengan cara yang salah. Di tengah kesulitan dalam hidup ini aku harus tegar sendirian karena pekerjaan begitu menumpuk. Tanggung jawabku tak bisa berhenti disini, bisnis harus tetap aku kerjakan, kantor harus segera dibuka dan aku harus menyibukkan diriku. Setiap kesendirian adalah musuh yang harus dihentikan dan penyesalan di hati ini musti aku hancurkan sampai lumat. Dulu aku pernah membaca buku Dale Carnegie tentang cara pandang sempit, artinya begini : Kita harus mengerjakan hal-hal paling dekat dan lupakanlah hal-hal yang jauh, tutup semua kenop masa lalumu dan khayalan masa depanmu. Kamu tak bakalan tau masa depanmu, dan masa lalumu adalah kenangan saja. Lakukan yang terbaik untuk hari ini, jam ini tidak ada lagi keluh kesah, lupakan semua.

Tak sengaja juga aku membaca dari sebuah blog yang berisi : Hidup Tanpa Penyesalan, aku tiada bisa tidur semalaman dan ketika membaca blog ini, isinya sangat luar biasa. http://ananta.wordpress.com/2006/11/28/hidup-tanpa-penyesalan/ isinya begini :

Pikiran ku terusik oleh rangkaian kata itu, “Hidup Tanpa Penyesalan”. Bisakah melakukannya? Selalu saja ada hal yang kita sesali. Baik itu perkataan yang diucapkan, tindakan yang dilakukan, pilihan yang diambil, bahkan atas kejadian yang sebenarnya bukan atas kuasa kita.

Hidup tanpa penyesalan, berarti tidak melakukan sesuatu yang kelak akan mendatangkan penyesalan. Tiada yang tahu apa yang akan terjadi esok hari. Bisa jadi penyesalan hari ini tidak bisa lagi diperbaiki, sebab kesempatan itu telah berlalu, atau bahkan tidak pernah tiba. Justru menambah dalam penyesalan. Karena itu senantiasa melakukan tindakan yang terbaik adalah keharusan. Menjalani hidup sebaiknya hari ini, demi kebaikan di masa yang akan datang.

Menjalani hidup tanpa penyesalan memang tidak mudah. Lalu bagaimana bila penyesalan itu akhirnya terjadi?

Bila penyesalan itu tanpa bisa dihindari timbul, maka ada dua pilihan yang bisa diambil. Pertama tenggelam semakin dalam pada lautan penyesalan. Menyiksa diri lebih lanjut. Atau yang kedua, yang merupakan suatu hal penting yang harus selalu kita ingat, yaitu menyadari bahwa segala sesuatu yang telah terjadi pada diri, baik atau pun buruk, itu adalah yang terbaik untuk kita.

Inilah indahnya hidup yang kita jalani. Sesungguhnya tiada ciptaan-Nya yang sia-sia (Q.S Ali ‘Imran 191). Bila hal ini telah tertanam di hati, maka kita dapat melihat
bahwa terdapat hikmah pada segala hal. Bahkan pada suatu kemalangan yang menimpa. Karena ujian hidup merupakan sarana pendidikan dari Allah, agar menjadi manusia yang lebih baik.

Jadi, ternyata sederhana sekali cara untuk menjalani hidup tanpa penyesalan itu. Cukup jalani hidup dengan sebaiknya. Dan ketika cobaan itu datang, jadikan batu loncatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Lalu adakah hal yang masih patut disesali?

“Maka nikmat Tuhan-mu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S Ar-Rahman)

Walaupun aku tak ikhlas atas kehilangan dirinya, karena itu menyangkut kenangan atas kerja keras dan impian-impian tentang masa depan yang ingin kubangun, tapi hidup harus kujalani. Dalam dera batin yang sangat hebat ini, mudah-mudahan apa yang kualami selama 2009 tiada lagi bisa terulang, aku hanya ingin sendiri dan menyibukkan dengan bisnis dan kegiatan susastra. Adakah malam ini akan menjadi senjata sepi yang menikamku....aku hanya teringat Dale Carnegie, Jadilah Hari Ini Untuk Hari Ini, aku memang menyesal dan tiada ikhlas atas kepergian kekasihku CC tapi inilah hidup. Aku harus hentikan dera ini dengan melakukan prinsip-prinsip itu. Hiduplah dalam jangka pendek!

Secuplik Kecil Sejarah Amerika Serikat







Secuplik Kecil Sejarah Amerika Serikat


Oleh : DH Nugrahanto
(ANTON)

Ketika kita bicara
tentang Amerika Serikat di tahun-tahun ini maka kita bicara tentang
kebencian kita terhadap George W Bush, kebencian terhadap invasi Irak
dan kebencian-kebencian yang melandasi pemikiran tentang nafsu
hegemoni Amerika dalam menguasai, pernahkah kita berpikir
Amerika tentang sumbangannya terhadap kemajuan peradaban, ataukah
kita pernah berpikir Amerika yang memberikan ilham terhadap paham
pembebasan manusia.

Kita kerap menuduh
Amerika sebagai biang dari segala bentuk kekacauan di muka bumi ini,
kita juga menganggap Amerika adalah agresor dari segala bentuk
konflik yang terjadi. Tapi ketika kita mendudukkan Amerika dalam
porsi sesungguhnya apakah kita akan berterima kasih atau malah tak
tahu berterima kasih.

Baiklah kita lihat
Amerika dari sisi historisnya. Amerika Serikat pada awalnya adalah
sebuah koloni dari berbagai kerajaan Eropa seperti: Spanyol, Swedia,
Belanda, Inggris dan Perancis. Perancis kemudian lebih menyingkir ke
wilayah-wilayah utara yang sekarang kita sebut Kanada, ada juga
sedikit peninggalan Perancis di wilayah Selatan seperti New Orleans
dan komunitas itu di kenal sebagai cajun. Belanda yang pada awalnya
menduduki Pantai Timur dan beberapa pelabuhan di wilayah laut timur
Amerika, kemudian dan mendirikan sebuah kota yang kelak bernama New
Amsterdam, pada gilirannya kelompok dagang Belanda lebih menghendaki
agar Asosiasi Dagang Belanda lebih berkonsentrasi di Hindia Timur
(Indonesia) ketimbang melakukan kegiatan perdagangan di New Amsterdam
dimana pada waktu itu jumlah penduduknya masih sedikit, belum
terbentuk sistem masyarakat yang rapi dan alamnya masih begitu buas.
Lalu Belanda menawari Inggris untuk menduduki New Amsterdam dengan
kompensasi tertentu, barulah kemudian Inggris mengganti New Amsterdam
menjadi New York, kini New York menjadi kota terbesar di dunia.
Imigran pertama yang datang ke Amerika adalah orang-orang dari
Inggris, mereka rata-rata lari dari negeri Inggris karena adanya
penekanan-penekanan keagamaan, ketidaksetujuan mereka terhadap sistem
monarki di Inggris, dan mencari penghidupan yang lebih baik. Pihak
kerajaan Inggris-pun menyetujui imigrasi warganya ke Amerika, bahkan
mendukung penuh, pemikiran kerajaan Inggris pada waktu itu adalah
agar tersedianya ruang yang lebih luas bagi imperium Inggris,
terciptanya kebudayaan Anglo-Saxon di Amerika untuk mengimbangi
kebudayaan Spanyol-Porto (Latin) di selatan dan kebudayaan Prancis
(continental) di utara.

Lambat laun sejak
terdesaknya Perancis dan Spanyol juga beberapa suku Indian oleh bala
tentara Inggris, maka kekuasaan Inggris di Pantai Timur semakin kuat,
Spanyol menyingkir ke selatan dan menduduki wilayah-wilayah selatan
untuk beberapa lama seperti : New Mexico, Florida dan Texas. Belanda
angkat kaki dari Amerika Serikat walaupun sebelumnya sempat
mendirikan sebuah koloni tersendiri yang bernama : United Netherlands
dan terbagi di dalam tujuh provinsi (De Zeven Province), karena
Belanda gagal mendatangkan imigran asli dari tanah Belanda ke
Amerika, maka pendukung United Netherlands tidak begitu banyak dan
sekuat pendukung loyalis Kerajaan Inggris, di tahun 1621 Inggris
menyerang Belanda, wilayah Belanda (sekarang terletak di sepanjang
sungai hudson dan sungai delaware) langsung dikuasai Inggris , ada
tiga pelabuhan penting yang di kuasai Belanda pada waktu itu, Fort
Amsterdam (sekarang New York City), Fort Orange (Sekarang Albany),
Fort Nassau (Philadelphia). Inggris melancarkan serangan dan Belanda
menyerah kemudian melakukan perundingan yang bersifat barter. Lalu
Swedia pernah juga sebentar menguasai Tanjung Delaware, tapi tak lama
kemudian juga diserang Inggris, yang paling hebat adalah pertempuran
antara Perancis dan Inggris, beberapa kali terjadi perang besar di
antara dua kolonialis tersebut, yang terbesar adalah “King James
War” dan akhirnya setelah terjadi konflik selama 38 tahun,
dilakukanlah pertemuan penting di Eropa untuk membagi koloni-koloni
di Amerika, Inggris mendapat 13 koloni, Perancis berhak atas wilayah
Kanada, dan menyerahkan Florida ke tangan Spanyol, dan Perancis juga
mendapatkan sisi barat wilayah sungai Mississippi.

Tiga belas koloni yang
dikuasai Inggris kemudian berkembang pesat, banyak imigran datang,
dan membangun wilayah-wilayah baru. Inggris mendapatkan keuntungan
dari kegiatan dagang di koloni mereka. Pada abad 17 di Eropa muncul
pemikiran-pemikiran tentang mencerahkan masyarakat, banyak ahli
filsafat, kaum budayawan dan ilmuwan mengembangkan konsep pemikiran
tentang kebebasan berpikir, berusaha, beragama dan bebas dari rasa
takut. Konsep kebebasan yang berakar dari pemikiran-pemikiran kuno
Yunani yang sempat terkubur pada era kegelapan dimana kaum agamawan
dan raja-raja begitu menguasai masyarakat sehingga tidak ada lagi
ruang kebebasan bagi rakyat jelata. Agama menjadi sebuah bentuk
keyakinan yang dipaksakan,sementara kekuasaan monarki terlalu
absolut dan kebebasan bukanlah milik pribadi individu adalah tema
sentral yang digugat oleh pembaharu-pembaharu tersebut. Kota Paris
menjadi pusat pemikiran tentang kebebasan individu, di Paris-lah
konsep sebuah negara demokrasi modern di kembangkan. Wacana yang
berkembang ternyata juga mempengaruhi lapisan elite dari Amerika yang
kerap berkunjung ke Paris, sebut saja nama-nama : Alexander Hamilton,
Benjamin Franklin, James Adam, Thomas Jefferson dll, kalangan elite
Amerika masih melihat Paris sebagai kiblat budaya, sehingga walaupun
Inggris sebagai negeri induk Amerika, namun orang-orang Amerika lebih
tertarik ke Paris, Perancis.

Pada tahun 1776, seorang
pemikir ekonomi Skotlandia, Adam Smith merilis buku berjudul “The
Wealth of Nation”inti dari buku ini adalah menciptakan kebebasan
penuh bagi dunia perdagangan, mencela campur tangan pemerintah,
menganjurkan spesialisasi dalam dunia pekerjaan, menyerukan untuk
menghilangkan tarif impor dan yang terpenting ia melihat ke depan
bahwa kemakmuran negara bisa diciptakan dengan semangat kebebasan
bukannya menimbun emas, kebebasanlah yang membuat orang akan menjadi
dirinya sendiri, menemukan bentuk individualitas yang paling utuh.
Pandangan Adam Smith serta merta mendapat dukungan dari David Hume
(sejarawan Inggris),Voltaire (ahli filsafat Perancis) dan Benyamin
Franklin (tokoh kemerdekaan AS). Paham Smithian akhirnya menjadi
inspirasi oleh intelektual Amerika untuk menciptakan sebuah
eksperimen negara yang berbasis pada nilai-nilai kebebasan.
Amerika-lah yang pertama kali di abad 18, mencetuskan ide negara
Republik, walaupun Perancis setelah kejatuhan Louis XVI menjadi
negara republik, namun Perancis hanya berhenti pada sistem oligarki,
dimana kekuasaan digenggam hanya pada kelompok-kelompok tertentu.

Pada tahun 1773, Inggris
mulai melihat bahwa koloninya sudah mulai membangkang, Raja Inggris
pada waktu itu, King George memerintahkan 15 agen intelijennya untuk
menyelidiki perkembangan di Amerika. Setelah mendapatkan keterangan
yang detail maka pihak intelijen Inggris menyimpulkan bahwa kondisi
di Amerika tidak begitu parah seperti yang dibayangkan, bahkan
kelompok-kelompok yang anti Inggris hanya berpusat di sekitar
Virginia, Massachusets dan Boston sementara kaum loyalis Inggris
masih menguasai industri-industri dan pertanian besar di seluruh
Pantai Timur dan beberapa wilayah di Selatan.Dugaan intelijen Inggris
ternyata sepenuhnya keliru, gerakan anti Inggris punya pengaruh besar
di mana-mana, bahkan radiusnya sampai ke Perancis, Benjamin Franklin
seorang tokoh gerakan anti Inggris malah berhasil menggalang dukungan
resmi dari pemerintahan Perancis untuk mendukung kemerdekaan Amerika.

Pada tahun 1775, King
George mengirim Jenderal Cornwallis untuk menangkap kelompok anti
Inggris, tak disangka armada Jenderal Cornwallis mendapat serangan di
sekitar pelabuhan New York oleh armada John Paul Jones. Saat Jones
menahan serangan armada Inggris, George Washington seorang mantan
perwira Angkatan Darat koloni dan petani kaya dari Virginia,
mensponsori pertemuan dengan beberapa perwira penting di koloni
Amerika, hadir pula Thomas Jefferson, di pertemuan itu disepekati
bahwa eksperimen negara Amerika harus segera dilaksanakan, dan
kemerdekaan Amerika adalah jalan satu-satunya, maka di gabungkanlah
kekuatan 13 koloni menjadi satu dan bernama United States of America,
yang disingkat USA. Kelompok Washington yang kemudian hari di sebut
sebagai ‘Patriot’ bertempur dengan Inggris yang dibantu kaum
loyalis. Pertempuran awalnya tidak seimbang karena banyak milisi yang
dimiliki USA tidak mampu bertempur dan tidak mengerti formasi perang,
oleh George Washington dibuatlah pelatihan cepat tempur dan hasilnya
sangat bagus, milisi akhirnya terlatih. Pasukan semi militer- milisi
merupakan tulang punggung USA, di bawahnya ada pasukan sukarelawan
mereka ini di pimpin oleh perwira-perwira didikan militer koloni.

Kelompok Loyalis tidak
menyerah begitu saja di bangunnya enam divisi tempur darat dan
ditempatkan di lima titik di sekitar Virginia dan New York, lalu dua
belas armada laut malah menyusup ke lake Erie untuk menyergap milisi
koloni dari belakang. Sir William Howe menerapkan taktik sergap
menuju arah New York dan berhasil menguasai New York dalam tempo enam
minggu, Jenderal Washington mundur, dari situ Jenderal washington
menyuruh Kapten Dan White untuk meminta bantuan ke Kanada, namun
komunitas Quebec menolak membantu kaum pemberontak, akhirnya Dan
White mendapatkan bantuan malah dari negeri Perancis sendiri, ia pun
bertolak ke Perancis dan bertemu bangsawan muda Lafayette, Lafayette
lantas menyiapkan armadanya dan pergi ke Amerika. Sementara di Lake
Erie, pasukan Jenderal Gage berhasil mengepung Virginia, namun
Washington diam-diam menyuruh Admiral John Paul Jones menunggu sampai
pasukan Jenderal Gage tiba di Ohio.

Sesampainya di Ohio,
pasukan Jenderal Gage mendapatkan serangan mendadak dari pasukan
Admiral John Paul Jones, yang dibantu William Clinton dari pasukan
milisi. Jenderal Gage pun menyerah dan pasukan John Paul Jones
mengumpulkan kekuatan untuk bersatu dengan Lafayette menyerang
Jenderal Cornwallis di Yorktown.

Gabungan kekuatan
Washington, John Paul Jones dan Lafayette melakukan pengepungan di
tiga penjuru, Washington dari belakang bersama pasukan milisi, John
Paul Jones dari arah laut dan bersiap sebagai pasukan pembuka
sementara Lafayette langsung masuk dari arah laut terbuka, Jenderal
Cornwallis terkejut ketika mendapat serangan mendadak dari segala
penjuru, maka disuruhnya pasukan bersiap dalam formasi pertempuran
laut, tak dinyana dari belakang Jenderal Washington berhasil
menyergap Cornwallis, dan membuat pintu masuk ke benteng Cornwallis,
sementara pasukan John Paul Jones di pukul mundur oleh Cornwallis
sampai di tengah laut, tiba-tiba Lafayette menyerang dari arah
samping dan membuat armada Cornwallis berantakan, sembilan pasukan
khusus Washington berhasil menyusup ke Benteng Cornwallis dan menawan
lima belas perwira kunci Cornwallis lalu menyembunyikannya di bawah
tanah. Jenderal cornwallis pun menyerah. Dan Amerika Serikat
dinyatakan berdiri secara sah.

ANTON DJAKARTA

Selamat Pagi Djakarta




Selamat Pagi..Djakarta



Kubuatkan kopi
Dan sedikit makanan basa basi
Lalu kumainkan lagi
Sebait lagu usang
Yang dulu disimpan
Pada lemari pikiran


Selamat pagi Djakarta
Kota tua tak pernah punya hati
Ia tidak begitu dikasihi
Karena ia membungkus benci

Dari satu titik ke titik lainnya
Sejarah kota ini
Membentuk kurva
Senang atau tidak senang
Kita dipaksa menafsirkan

Selamat Pagi Djakarta!!

Kota yang memaksa kita
Terus dipaksa mimpi-mimpi



Anton/DH Nugrahanto

Ya Atau Tidak, Itu Saja (Puisi ditulis 2006 for My CC)






Ya atau tidak itu saja
Tapi hidup bukanlah pilihan mutlak bukan?

Abu-abu apa warna jingga

Perak atau emas
Itulah pilihan yang ada di kata ‘antara’
Hidup bukanlah menggapai
Mutlak ‘ya’ sebagai bahasa untuk senang
Dan ‘tidak’sebagai kata mengalah


Hidup pilihan kita

Bukanlah harus buah yang ranum
Yang kita petik di ladang-ladang hidup kita
Tapi hidup antara pilihan ya atau tidak
Adalah kata-kata pemimpi di siang hari….
Yang tak perlu kita renungkan
Karena pemimpi
Hanyalah pengangguran yang dihimpit kesenangan



Aku katakan padamu
Ditengah kebohongan kita
Yang lima menit ke depan menjadi bahasa
Atau kejujuran kita yang satu menit menjadi
senjata
Hidup bukanlah pilihan mutlak
Ia ada pada ‘antara’
Ketika kau inginkan kemutlakan
Maka kau bersiaplah menjadi tuhan..



Lalu apa gunanya Tuhan
Ketika kebenaran hanya diletakkan pada
‘antara’

Tuhan
Sebuah makna kosong

Ia tidak diletakkan
Karena ketika meletakkan
Maka kita menciptakan hidup seperti tuhan
Dan tuhan yang ada dipikiranmu
Adalah Tuhan yang bersejarah
Sedangkan libasan-libasan masa silam
Silap pada sejarah
Tuhan Dan Setan
Diciptakan pada sejarah
Tapi kemanusiaan melampaui sejarah

Tuhan dan Setan ada pada api-api yang membakar
di kuil-kuil Yunani
Setan dan Tuhan ada pada buku ilham Nabi-Nabi

Tuhan menyejarah
Setan bersejarah

Setan Dan Tuhan
Tuhan dan Setan

Sebuah kebisuan untuk meletakkan
Bahwa kebenaran adalah pembalikkan
Antara malam dan siang
Antara gelap dan terang



Ketika kita takut pada Tuhan

Tuhan apa yang ada dalam benakmu?
Dan saat kau berbahagia
Tuhan mana yang mengangkatmu

Tuhan ada dalam kata-katamu
Ketika kau besukkan sedikit rindu
Maka alam menjadi berubah warna-warni
Karena Tuhan dan Setan kau tempatkan
Pada segala kepentingan



Tuhan bagi pedagang
Adalah Tuhan yang senang berlaba
Setan pada pedagang adalah ketika kerugian
menjadi catatan tinta



Tuhan pada ulama
Adalah tuhan seyakinan

Setan pada ulama
Adalah ketika keyakinan dilainkan


Tuhan pada para Jenderal
Adalah disiplin mati prajurit

Dan setannya berkata pada demoralisasi tentara
bawahan



Tuhan bagi politisi
Adalah ketika mendapat kursi
Setan bagi politisi
Adalah ketika ia harus masuk bui


Tuhan bagi pecinta
Adalah ketika syair warna indah kita inginkan
menjadi tawa kekasih harapan
Setan bagi pecinta
Ketika sang kekasih pergi bersama angin


Tuhan dan Setan
Dua warna
Satu kepentingan
Dan manusia terkadang
Menciptakan setan dan tuhan
Dalam seribu kepentingan


Hingga kita bertanya
Buat apa hidup
Bila seribu kepentingan
Hanya dipenuhi satu kepentingan


Tapi kita dipaksa
Untuk satu pilihan
‘Ya atau Tidak’ itu saja……..



maka dengan girang kukatakan padamu
bahwa puisi ini hanya akan selesai
ketika kau meletakkan pikiranmu
dan pergi bersama angin sepi



Anton/DH Nugrahanto

Puisi Sejarah




Sejarah

Masa silam yang hilang
Dibuatkan ombak hilang lenyap
Ombak itu kadang ada
Di pagi-pagi kita bersama kopi basi

Sejarah...bagi kita hanyalah masa lampau yang tak perlu
digenapi
Dengan keseriusan
Atau cengenges di sela-sela mimpi

Ia bukanlah hal penting

Bukan pula yang harus kita seret-seret menjadi
sebuah alasan



Masa lalu

Bukanlah mimpimu
Ia hadir karena hidupmu

Masa lalu tak ada
Ia bayangan di tengah balik hidup manusia

Yang ada hanyalah
Pikiran rusak tak tepi pada kenangan.

Lalu…..
Untuk apa sejarah ada?


Anton/DH Nugrahanto

Cinta


Cinta

ANTON DJAKARTA

Cinta itu ada pada radio usang kita
Atau nyanyian lama di tahun-tahun lalu
Suaranya serak tak bergema
Padahal dulu kita begitu bergairah menyapanya

Ketika pikiran menuliskan
Tentang kekaguman pada seseorang
Dan cakrawala ditancapkan
Pada kesempurnaan kata-kata
Maka cinta lengkap sudah untuk kita peluk
maknanya

Namun cinta berkelahi dengan waktu
Kata-kata yang dulu lembut di awan perak
pikiran kita

Kini tersungkur pada rumput-rumput yang kita
siangi

Ia tidak lagi hijau seperti dulu
Ia hanya mainan jiwa pada kesepian kita

Lalu dimanakah kita ketika cinta itu
menggenggam kuat kepala kita
Ataukah kita hanya onggokan pasir tanpa
berusaha membangun rumah cinta yang tegar

Rumah cinta yang kau jadikan saksi bisu
Dari jalan-jalan basah yang kita biasa datangi
dengan senyum kita
Dari rumah-rumah kelam di masa silam
Atau matahari pagi yang dari dulu tak pernah
beranjak untuk pergi

Cinta itu pergi
Ketika kita tak lagi berusaha membawanya ke
langit jingga
Dan tak lagi menuliskan kata-kata di hati kita
Dan kesepian sudah kehilangan makna

Cinta ……
Sebuah kata absurd
Untuk mengenang jalan hidup kita yang semakin
kusut.

Budaya Barat dan Kita

Budaya Barat Dan Kita

Maraknya aksi-aksi pengganyangan, penolakan, counter culture terhadap budaya barat akhir-akhir ini semakin menguat, diiringi oleh kekuatan2 radikal kelompok Islam garis keras yang cenderung teks-literer dalam pemahaman agamanya.

Saya jadi berpikir kenapa kecenderungan untuk bersikap anti barat sangat kuat pada milenium ini, dimana menurut perkiraan banyak orang millenium ini sudah masuk ke dalam tahapan budaya informasi yang artinya ada pemahaman tersendiri tentang suatu perbedaan, karena hakikatnya perbedaan bisa dilihat sebagai sebuah kekayaan budaya apabila sudah ada hubungan komunikasi dan informasi yang sifatnya saling melengkapi.

Ini mungkin salah satu analisa saya saja, mengapa proses pembaratan (westernization) sangat kuat penolakannya dibanding 70 atau 100 tahun yang lalu. Ternyata adalah pembaratan dilihat sebagai sebuah proses budaya yang instan, yang dangkal, profan dan tidak menggunakan hati dalam proses berpikir dan berbudaya, dan ini dimotori oleh gaya hidup Amerika yang memang sangat pragmatis. Dahulu pembaratan lebih dipengaruhi oleh gaya-gaya Perancis, Inggris, Jerman atau Belanda. Dimana pemahaman terhadap budaya barat tidaklah setengah2 tetapi menyeluruh, saya masih ingat bagaimana kakek saya bisa empat bahasa (perancis, Jerman, Belanda dan Inggeris) ia berbicara dan membaca buku dalam banyak bahasa, sedangkan kita, generasi kita hanya mengenal bahasa Inggeris sebagai bahasa asing pertama, dan kenyataannya bahasa Inggeris hanya dilihat sebagai bentuk fashion ketimbang alat buat mencerdaskan daya pikir kita. Berapa banyak diantara kita yang membaca buku dalam bahasa Inggris, bahkan banyak dari kawan saya walaupun sudah bertahun2 sekolah di negara2 barat atau berkultur barat (USA, Australia, Kanada atau Eropa) bahasa Inggerisnya terbata-bata apalagi membaca literatur2 dari bahasa aslinya. Bahasa Inggris di degradasikan sebagai bahasa gengsi bukan bahas informatif, saya sering melihat selebritis kita berbicara dengan logat Inggeris yang tak fasih berbicara dengan huruf “T” tetapi “C” namun giliran di tanya bahasa inggeris yang lancar mereka terbata2.

Stigma pembaratan yang dangkal ini ditambah dengan stereotipe, bahwa budaya barat adalah budaya bebas, digambarkan bahwa pemuda barat adalah pemuda yang semau-maunya, bebas dari aturan. Tapi adakah yang pernah melihat ini secara utuh, bahwa yang dilihat disana sebagai kebebasan adalah bentuk dari penghargaan yang kuat dari mereka terhadap nilai-nilai individualisme, individualisme tidak bisa dicitrakan sebagai egoisitas, tetapi sebagai bentuk pembebasan manusia terhadap kebebasan berpikir dan bertindak karena disitulah inti dari sebuah penemuan eksistensi kemanusiaan. Dan jika manusia barat bebas dari aturan kenyataan yang kita lihat justru kehidupan mereka sangat teratur, peradaban mereka rapih, sistem yang mereka buat teratur secara sistematik. Sedangkan kita yang sedari kecil dididik dalam budaya timur yang katanya beragama, ber-etika, dan berbudaya tinggi, justru mendapatkan ketidakteraturan yang luar biasa dalam kehidupan sehari-hari, lihatlah bagaimana kacaunya sistem lalu lintas kita, hukum yang bisa dibayar, korupsi besar-besaran dan kecanduan narkoba dalam tingkat tinggi. Hal ini disebabkan bentuk-bentuk pengekangan yang kita dapatkan malah melahirkan sebuah kultur kemunafikan yang sangat luar biasa.

Di Indonesia Agama hanya dijadikan alat salah satu jalan untuk berkuasa, karena harus diakui, kelompok-kelompok dalam kekuatan politik harus memiliki identitas, kelompok nasionalis terpecah menjadi dua, kelompok Sukarnois dan kelompok warisan Suharto, kemudian Militer dan yang terakhir adalah agama, dulu komunis yang berakar pada perlawanan rakyat jelata juga menjadi kekuatan namun sudah dihabisi oleh kekuatan militer dibantu kelompok agama. Walaupun memang ada usaha2 pencerahan masyarakat dalam beragama yang bisa ditanggapi positif seperti: gaya A’a Gym, kelompok intelektualis Jaringan Islam Liberal ataupun kelompok modernis di tubuh Muhammadiyah dan NU, namun ada sebuah gejala kekuatan garis keras mewarnai jalannya dinamika pertarungan politik antara kelompok2 ini, fenomena FPI dan upaya2 penghancuran Ahmadiyah bisa dilihat sebagai sebuah sinyalemen awal kebangkitan kekuatan anti barat yang signifikan.

Tragisnya, bumper terpenting dalam pembaratan adalah intelektual-intelektual muda yang bersentuhan langsung dengan budaya barat (bersekolah disana), justru mereka terjebak pada pola-pola hedonis, maraknya budaya YUPPIEs (Young Urban Professional) dan budaya konsumtif malah memperkuat perspektif budaya barat yang menyimpang. Kelompok2 ini justru mengenal bersentuhan langsung dengan budaya barat tetapi mereka tidak mengambil intisari pemikiran barat tetapi hanya gaya hidupnya, karena dalam pikiran mereka “saya bisa ada karena materi” nah, sikap ini kemudian diikuti oleh lapisan kelas sub menengah yang tidak bersentuhan dengan barat, tidak pernah bersekolah di luar negeri dan tidak suka membaca literatur2, tetapi lebih cenderung mengikuti gaya hidup yang dangkal, dan mereka ini biasanya lapisan kelas yang bekerja di kantor dan memiliki gaji tetap, budaya konsumtif justru menjebak mereka kedalam lilitan hutang (kartu kredit, pinjaman bank utk mobil, rumah dsb), bukan menambah asset, dan menganggap kehidupan yang bergengsi adalah kehidupan yang hedonis bukan intelektualis. Nah disinilah yang justru dilihat kaum anti barat terhadap sebuah pembaratan, dan stereotipe itupun juga tidak sepenuhnya salah.

Sekarang bagaimana kita melihat barat dalam kesungguhan daya pikir kita????

Ellyas Pical






Ellyas Pical

Saya ingat kalau nggak salah tahun 1985, waktu itu saya masih duduk di bangku SD kalau nggak salah kelas 4 atau 5, waktu itu nama Ellyas Pical atau kerap disapa Elly Pical, sungguh menjadi buah bibbir di mana2, pada saat itu Elly Pical berusaha merebut gelar juara dunia versi badan tinju dunia IBF, sekitar awal mei-lah kalau nggak salah, saat itu sebagai anak kecil saya sangat bangga melihat petinju Indonesia bisa mengalahkan petinju luar negeri dan meraih gelar paling terhormat. Euphoria terhadap Elly Pical membangkitkan semangat berolahraga bahkan mendorong semangat nasionalisme yang luar biasa. Pada saat itu nama Elly Pical separuh dewa, ia dipuja dan disanjung sebagai pahlawan yang telah mengharumkan nama bangsa, dalam ingatan saya waktu itu Elly Pical setelah meng-KO Judo Chun ia dibopong dan mengangkat tangannya sambil berteriak “beta menang…beta menang…!!! dan ada wajah ibunda Elly Pical, mama Ana menangis, juga promotor tinju legendaris Boy Bolang dan Manajer tinju Anton Sihotang.Jutaan mata orang Indonesia menatap kemenangan Ellyas Pical dengan segunung kebanggaan.

Ellyas Pical, seorang pemuda lugu yang lahir dan besar sebagai anak miskin (sebagaimana jutaan anak negeri ini) di Saparua, ia tidak melanjutkan sekolah karena faktor biaya, pekerjaannya tiap hari menyelam untuk mencari mutiara, kemudian ditemukan oleh seorang pencari bakat tinju dan dilatih tinju di Jakarta, singkat cerita jadilah ia petinju dengan hook dan jab tangan kanannya yang sangat kuat.Dan di tahun 1985 puncak kejayaan Ellyas Pical menjadi awal sebuah tragedi anak manusia.

Tahun 2005, 20 tahun setelah peristiwa jatuhnya Judo Chun, Ellyas Pical saya lihat di TV tangannya di borgol mengenakan celana pendek dan digiring ke kantor polisi, dengan kawalan beberapa orang polisi yang wajahnya terlihat bangga seakan-akan telah menangkap penjahat berkaliber besar, dan rusaklah karakter seorang Elly Pical hanya karena beberapa butir ecstasy.

Ada yang salah dengan tragedi itu, jelas…tragedi elly Pical adalah buah dari rusaknya sistem bernegara, buah dari ketidakmampuan bangsa ini menghargai prestasi warga negara, bahkan lebih jauh tragedi Elly Pical adalah tragedi bangsa Indonesia yang memang sudah diakui kebodohannya dalam mengatur negara (ramalan Van Mook 1941). Kasus Elly Pical bukan merupakan sebuah kasus yang unik, tetapi kasus yang sudah lazim terjadi dalam dunia olahraga kita, saya ingat sekitar tahun 1999, saya naik ojek dari pintu timur Senayan menuju ke suatu tempat, tukang ojek yang saya tumpangi berbadan besar, sekitar 180 kiloan dengan vespa bututnya, setelah saya ngobrol-ngobrol dengan tukang ojek itu, ternyata dia adalah mantan atlet angkat berat yang pernah ikut di kejuaraan Asian Games, lalu beberapa temannya seperti atlet-atlet dari cabang atletik malah berdagang rokok kecil-kecilan. Elly dan ratusan mantan atlet kita adalah gambaran bagaimana buruknya bangsa ini menerapkan sistem reward/penghargaan terhadap warga negara.

Di Indonesia adalah suatu hal yang wajar, bahwa yang terkenal dari hasil prestasi atlet adalah pengurusnya bukan atletnya, orang2 yang tidak mengerti olahraga dijadikan pembina hanya karena dia pejabat atau Jenderal, kemudian mereka karena kekuasaan memeras pengusaha, lalu berlakulah sistem suhartorian dalam melakukan politik olahraga, Pembina tersebut membangun jaringan dari kelompoknya dan ditempatkan sebagai barisan pengurus yang latar belakang pengetahuannya tentang olahraga adalah NOL, yang penting bisa membentengi kekuasaan sang pejabat itu di pengurusan cabang olahraga atau organisasi induk olahraga. Bagi pejabat/jenderal yang penting adalah kekuasaan tak peduli prestasi olahraga jeblok bahkan memalukan yang membangkitkan gairah mereka adalah “saya berkuasa, elu mau apa” dan inilah karakter manusia Indonesia sesunggunnya yang belum berhasil dirubah mentalitasnya.

Ellyas Pical diluar kemungkinan kasus praduga tak bersalah dalam jual beli ecstasy, jelas ia bekerja sebagai Satpam karena faktor ekonomi, dan ini sangat tragis seseorang yang sudah memiliki prestasi besar hanya dihargai menjadi satpam. Sistem penghargaan berupa parameter-parameter prestasi tidaklah berlaku di Indonesia, pada masyarakat feodal-primitif seperti Indonesia yang berlaku adalah gelar-gelar kosong, seorang ellyas pical yang tidak tammat SD tentulah tidak berharga dibanding orang yang berpendidikan sampai S3 (walau nggak jelas dari kampus apa), padahal tingkat kesarjanaan orang tersebut tidak memiliki kontribusi terhadap jenis prestasi apapun, banyak sarjana Indonesia hanya bangga dengan gelar tapi tidak pernah baca buku sampai tuntas satupun !!!, apalagi memiliki prestasi. Kemiskinan dan nasib buruk Ellyas Pical jelas merupakan kebodohan bagi seorang manusia yang bermental maling dan masuk menjadi alat institusi negara dengan mudahnya sekali tanda tangan menghasilkan milyaran karena ia pandai mark-up harga, kredit fiktif, manipulasi tender-tender proyek, Kepandaian maling di negeri jauh lebih dihargai ketimbang berkorban keringat, darah dan air mata dengan kejujuran demi kehormatan bangsa. jalan pintas adalah kemudahan di negeri ini dan banyak pintunya, lalu kenapa kita memilih jalan yang terjal, dan inilah logika di negeri yang memang semuanya sudah salah kaprah.

ANTON DJAKARTA

Simbol Sebagai Panglima

Simbol Sebagai Panglima
Oleh : ANTON
Pekerja-pekerja asing di Indonesia boleh jadi akan heran melihat di Indonesia
begitu banyak hari libur untuk merayakan sesuatu dan juga hampir setiap hari
dalam satu tahun ada sebuah hari khusus untuk memperingati sesuatu seperti hari
pers, hari musik, hari abri, hari kebangkitan nasional, hari radio, hari
keuangan dan seribu lain-lain.


Kenapa bangsa ini gemar sekali upacara dan memperingati ini itu. Jawabannya mungkin adalah bangsa ini sangat menggemari simbol bahkan disini simbol adalah kultur itu sendiri. Saya ingat beberapa tahun lalu sebuah departemen menyimbolkan kerja seperti semut hitam yang rajin, departemen itu menggembar-gemborkan kultur semut tapi produktivitas juga ndak naik-naik. Disini simbol lebih penting dari makna hakiki, disini simbol lebih memiliki makna ketimbang isi yang bermakna. Juga masihkah ingat kata-kata seperti : BMW, Berseri, Berhiber, Beriman, dll setiap kita mengunjungi
kota-kota di Indonesia? Itulah akronim dari sebuah kota yang secara pandir
dijadikan tujuan atau visi kota tersebut.

Produksi simbol sebenarnya lahir dari masyarakat yang kuat kultur feodal-nya, masyarakat yang gila gelar dan masyarakat yang gila baju kebesarannya dari sinilah simbol mendapat arti pentingnya juga harga yang musti dibayar. Terus terang saja sejarah Indonesia adalah sejarah daripada simbol-simbol. Dan disini kita melihat kultur wayang yang sedang bermain. Dahulu setelah Sukarno memapankan
kekuasaannya di tahun 1959 ketika kekuatan Masjumi dan PSI masuk kotak dan
orang-orang dengan figur intelektual-realistis diburu-buru oleh rezim Sukarno
yang mendapat tempat adalah orang-orang yang memahami karakter budaya simbol
untuk mendukung ide Sukarno. Orang-orang macam Roeslan Abdulgani, Soebandrio,
Sayuti Melik dll laku keras karena mampu menangkap ide Sukarno yang penuh
dengan kiasan-kiasan simbolik dalam melontarkan pikirannya. Dari otak Sukarno
lahirlah revolusi yang mengguncang jagad dengan kata-kata separuh puitis
separuh hiperbolis tapi agak punya daya hidup, kata-kata seperti “Nasakom”,
“Genta Suara Revolusi alias Gesuri”, “Djarek” alias Djalannja Revolusi Kita,
Takari atau Tahun Berdikari (berdikari artinya berdiri diatas kaki sendiri),
“Pantja Azimat Revolusi”, Tahun Vivere Pericoloso (bahasa italia neh artinya
‘tahun menyerempet bahaya), Djasmerah (sebuah pidato sindiran Sukarno kepada
calon junta militer pimpinan Suharto yang akan mengkudeta dirinya, Djasmerah
artinya “Djangan Sekali-kali Melupakan Sedjarah, 30 tahun kemudian PDIP
menggunaka simbol Jasmerah sebagai seragam partai) lalu ada juga Nawaksara.
 
Sukarno adalah menusia yang paham dengan kultur Jawa, dialah penerus murni karakter bangsawan Mataram-Majapahit. Ia lahir dari rahim seorang ibu keturunan Raja Bali yang dianggap penerus murni budaya Jawa-Hindu. Ayahnya seorang intelektual lokal, juga masih keturunan bangsawan rendah dari Kediri, penganut Islam-Jawa dan sangat menyukai hal-hal kebatinan, spiritualitas Raden Sukemi –ayah Sukarno- adalah pengagum pemikiran theosofi Annie Bessant dari landasan pikiran ayah Sukarno ini gagasan Sukarno melihat dunia terbentuk. Sepanjang pendidikan formal Sukarno ia mengalami pembaratan pola pikir, namun Sukarno juga dibesarkan oleh politikus yang
berbasiskan massa seperti Tjokroaminoto yang oleh intel Belanda digelari Raja
Jawa tanpa mahkota. Disinilah manusia Sukarno terbentuk ia menjadi manusia
paling ‘complicated’ dalam sejarah tokoh-tokoh di Indonesia, memahami Sukarno
adalah memahami Indonesia itu sendiri, sebuah keanekaragaman. Dan dari
keanekaragaman ia berobsesi untuk menjadikan keragaman itu menjadi satu warna
dan disitulah ia menemui kegagalannya. Tapi satu hal dimana Sukarno mampu berhasil menjadi manusia paling dikenang di Republik ini adalah karena dia menggunakan simbol sebagai jalan

politiknya dan simbol terbesar peninggalan Sukarno adalah ruh Indonesia itu
sendiri : Pancasila.
 
Lain Sukarno lain pula dengan nasib DN Aidit

dengan PKI hasil revitalisasi kongres CCPKI 1954 yang mampu membawa PKI menjadi
kekuatan paling besar setelah Sukarno dan tentara. Setelah hancur akibat
peristiwa 1948 PKI dibawah anak-anak muda umur 30-an tahun mengubah haluan
politik dengan ikut mendukung kebijakan Sukarno, (Sukarno adalah orang yang
dianggap telah menghancurkan PKI edisi Musso). Sukarno yang dilihat orang PKI sebagai
bagian dari elite borjuis digunakan sebagai tunggangan politiknya untuk
berhadapan dengan kekuatan politik lain. Dan ini ternyata berhasil.
 
Tapi keberhasilan politik komunis di era
Sukarno (1959-1965) hanyalah sebatas simbol. Dalam pengantar buku Das Kapital
karangan Karl Marx, Oey Hay Djoen penterjemah buku itu dalam bahasa Indonesia,
menganggap karya Marx seperti : Das Kapital, tidak pernah sama sekali dibaca
oleh kader-kader komunis, bahkan pandangan DN Aidit dalam memahami revolusi
Indonesia kelak kemudian hari dikritik oleh kalangan komunis dunia sebagai
contoh paling besar kegagalan komunis. DN Aidit lebih asyik mengobarkan perang
simbol-simbol daripada perjuangan dalam perspektif kaum komunis, ini karena DN
Aidit terpengaruh oleh Sukarno, di masa jayanya PKI mengobarkan perang sosial
yang berbasis rebutan tanah, disini malah DN Aidit terjebak selain pada
penyimpangan pandangan komunis yaitu menciptakan manusia tanpa hak milik
–karena revolusi agraria dalam pandangan PKI ala Aidit adalah memberikan tanah
kepada petani kecil/buruh tani yang justru menciptakan borjuis-borjuis kecil
tapi juga mengguncang alam pikir elite Jawa, disinilah letak kemarahan elite
Jawa terhadap PKI-nya Aidit dan disitulah letak kejatuhannya.
 
Pada jaman Sukarno (1959-1965) muncul
konflik perlawanan antara rakyat vs elite, ini berbeda dengan jaman demokrasi
parlementer dimana konflik hanya terjadi pada elite vs elite. PKI disini
menempatkan diri sebagai wakil rakyat sesungguhnya, suara dari wong cilik,
sementara elite-elite birokrasi anak waris dari bangsawan-bangsawan Jawa
menempatkan diri sebagai lawan dari PKI dan anehnya kedua-duanya bersembunyi di
balik kewibawaan Sukarno untuk saling menyerang. Di titik ini juga terjadi
perang budaya, saat itu PKI lebih mendukung seni ketoprak yang merupakan
refleksi tontonan kelas bawah dengan aura seronoknya seperti : perjudian di
tengah tontonan ketoprak dan kegiatan yang mendorong gairah seksual. Sementara
kultur bangsawan atau bisalah dikatakan elite Jawa yang kerap berafiliasi dengan
PNI sayap kanan lebih menghargai seni wayang dimana nilai-nilai luhur tontonan
lebih mencerahkan ketimbang ketoprak yang membawa dimensi gairah rendah itu.
 
Para elite ini kemudian membentuk
jaringannya masing-masing, di birokrasi tumbuhlah kader-kader ‘PNI-bangsawan’
yang kelak bertransformasi menjadi mesin birokrasi ‘Golkar’ di jaman Orde Baru.
Dikalangan militer para elite penentang PKI terbagi dua, yang pertama elite
militer terdidik, intelektual militer yang berwawasan barat dan dekat dengan
Inggris-Amerika Serikat juga sedikit banyak terpengaruh dengan gagasan-gagasan
Sjahrir dengan PSI-nya. Yang kedua,
elite militer yang kolot sekali Jawa-nya namun sangat anti PKI mereka
menganggap PKI ini sebagai sebagai unsur disharmoni dalam budaya kekuasaan Jawa.
Kelompok pertama anti Sukarno, kelompok kedua justru sangat Sukarnois dan
Nasionalis, mereka hidup dalam kebudayaan Jawa yang kental dan kadang-kadang
menjadi tuan-tuan bisnis yang menghidupkan mesin-mesin militer lokal.
 
Kelompok pertama ini diisi oleh AH Nasution,
Suwarto dan beberapa perwira Siliwangi di lingkaran Nasution. Sementara pada
kelompok kedua ada pada jaringan Diponegoro dimana salah satunya dedengkotnya
adalah : Suharto. Kemudian setelah peristiwa memalukan yang dialami Suharto
terbongkar dan kemudian Suharto disuruh belajar ke Seskoad Cimahi Bandung
disinilah kedua spektrum kelompok anti PKI bertemu.
 
Setelah keberhasilan kampanye politik Irian
Barat oleh Sukarno, sang Presiden semakin menggerakkan bandul politiknya ke
kiri. Apalagi saat itu Amerika Serikat benar-benar memusuhinya, sementara Uni
Sovyet dan Cina membuka tangan lebar-lebar terhadap garis politik Sukarno.
Disinilah tuduhan bahwa ‘Jakarta menjelang Merah’ oleh Washington dan London
hampir menjadi kenyataan, selain jumlah pengikut PKI luar biasa besar sementara
garis politik Sukarno sendiri adalah sosialisme yang anti kapitalisme.
 
Secara harafiah itulah yang dibaca dalam
kontelasi politik di Indonesia era Sukarno, namun jarang dijabarkan bahwa pada
titik inilah perang simbol sedang berlangsung, manusia Indonesia dihadapkan
pada sebuah kenyataan politik pada waktu itu dengan mengerasnya simbol-simbol
yang kemudian malah diartikan sebagai ‘realitas kehidupan’ yang kemudian
meledak menjadi tragedi kemanusiaan paling besar dalam sejarah Indonesia
modern.
 
DN Aidit bahkan menyebutkan dalam salah satu
pidatonya ‘Jika pemuda PKI tak mampu membubarkan HMI lebih baik menggunakan
sarung” sementara kelompok Agama (terutama Islam dan Katolik) menyerang
kelompok komunis dengan menuduh bahwa PKI adalah kelompok manusia tak bertuhan
yang harus diganyang. PKI disini diartikan sebagai simbol kekuatan alam bawah
tanah dimana mengandung kekuatan jahat. Dan kelompok agama ingin menghancurkan
dimensi jahat dalam Republik Indonesia itu. Sementara Sukarno semakin asyik
dengan simbol-simbolnya sendiri. Tahun-tahun genting 1964-1965 Republik
Indonesia hanya berjalan ditempat.
 
Perseteruan simbol-simbol itu membenihkan
ibu pertiwi sehingga ibu pertiwi hamil tua. Dan kelahirannya ditolong oleh
Letnan Kolonel Untung Bin Sjamsuri dari resimen Tjakrabirawa. Setelah gerakan
gila Untung sejarah negeri ini berputar cepat. Pagi hari tanggal 1 Oktober 1965
kekuatan PKI langsung dinyatakan kalah, tinggal kekuatan Sukarno dengan
kekuatan tentara yang mengedepankan alasan menuntut balas kematian A Yani cs. Dan kemudian sejarah mencatat bahwa
Sukarno tergusur digantikan perwira tinggi TNI bernama Letjen (TNI) Suharto
yang sama sekali tidak pernah dibicarakan berpotensi menjadi pelanjut
kepemimpinan Sukarno.
Di luar himpunan simbol-simbol Sukarno, PKI
dan Agama sebenarnya ada kekuatan lain yang menafikan simbol-simbol dan mereka
bekerja secara objektif dan efisien. Kelompok ini sesungguhnya dilahirkan oleh
Hatta kemudian berlanjut pada Ir. Djuanda Kartawidjaja. Kelompok inilah yang
kemudian digunakan Suharto menjalankan fungsi-fungsi administrasi ‘Negara Orde
Baru’ sementara Suharto sendiri melanjutkan kerja simbol-simbol yang pernah
dilakukan oleh Sukarno.
Guru terbesar Suharto sesungguhnya bukan
Kyai Darjatmo tapi Sukarno. Sukarno-lah yang menjadi bintang pedoman Suharto
dalam mengelola kekuasaan. Suharto mampu menyelesaikan kerja politik Sukarno
secara sempurna seperti halnya ia mampu menyelesaikan monumen-monumen
peninggalan Sukarno. Hanya saja ‘Sukarnoisme Kekuasaan’ yang dilakukan Suharto
ditopang oleh bantuan asing. Jadilah ‘Suharto adalah Sukarno plus IMF’.
Di tangan Suharto Indonesia menjadi negeri
simbol tanpa isi. Dibangunnya demokrasi dengan pemilu rutin 5 tahun sekali,
tapi ini pemilu yang ‘seakan-akan’ demokrasi yang ‘seakan-akan’ dan kebebasan
yang ‘seakan-akan’. Seperti halnya PKI yang dulu hanya tahu perjuangan simbol
ketimbang perjuangan hakiki, Suharto juga demikian, ia ‘seakan-akan’
memodernisasi Indonesia, menurunkan harga-harga dan membangun stabilitas tapi
semuanya ditopang dengan hutang luar negeri dan kekerasan yang keji.
Berakhirnya kejayaan Suharto disebabkan selain umurnya yang sedemikian tua dan
mulai pudarnya simbol-simbol pembangunan Orde Baru karena tidak lagi mampu
menutupi kebohongan. Simbol-simbol Orde Baru terpenting adalah : pertumbuhan
ekonomi, stabilitas politik dan mapannya birokrasi-militer. Ini terjewantah
dalam kekuatan-kekuatan yang berpusar pada rezim moneter dan keuangan, ABRI dan
Golkar-Birokrasi hancur berantakan. Suharto yang pada awalnya ingin membawa
Indonesia menjadi negara Indonesia yang sejajar dengan barat gagal total,
‘Jalan Singapura’ atau ‘Jalan Korea’ gagal diikutinya, sistem Suharto malah
menjadikan model Suhartorian yang kemudian banyak diikuti oleh negara-negara
otoriter seperti : Chili (dibawah Pinochet) dan Myanmar. Kapitalisme
Suhartorian adalah ‘Kapitalisme Semu’ yang dibangun oleh kroni, penipuan dan
menjual asset-asset negara. Kaum industriawan atau pengusaha konglomerasi
berhasil dihidupkan hanya untuk kepentingan kekuasaan bukan kepentingan murni
bisnis, dan usaha yang mengabaikan prinsip-prinsip kapitalisme : fair,
kompetitif, dan memiliki hukum pasar yang jelas tidak ada dalam sistem ekonomi
Orde Baru. Yang ada adalah perselingkuhan antara kekuasaan pejabat dan modal
konglomerat sehingga hasilnya adalah kehancuran Indonesia.
Kini setelah Suharto turun dari panggung
sejarah, semangat lebih menghormati simbol masih banyak digunakan baik dari
penguasa sampai dengan rakyat kecil. Saat ini kita saksikan agama diartikan
hanya sebagai identitas, hanya sebagai
ritual-ritual simbolik, mengenakan baju koko/takwa dan berkopiah putih atau
sorban lebih beriman ketimbang mengenakan kaos atau baju hem. Agama hanya
dibuat sebatas kebutuhan simbol saja bukan usaha pengenalan Tuhan yang
mencintai kemanusiaan dan menghargai hubungan antar manusia.
Kalangan menengah dan atas Indonesia yang dulu gila gelar kebangsawanan kini
mendapat saluran gairahnya mencapai gelar simbolik dalam strata keilmuan, gelar
sarjana dikejar dan dibayar sampai strata yang berkelanjutan tanpa mau peduli
tentang hakikat keilmuan dan mencari pengetahuan. Yang penting gelar didapat
dan mendapatkan kedudukan yang tinggi dimata masyarakat. Tak heran sarjana S3
jurusan Ekonomi misalnya di Indonesia sekalipun masih bingung bila ditanya
‘kaidah-kaidah integrasi tak tentu dalam matematika dasar ekonomi’ misalnya,
atau lebih parah tak tahu apa itu ‘equilibrium parsial’. Karena yang terpenting
bukan ilmunya, bukan wawasannya tapi gelarnya. Kini kita menyaksikan di
surat-surat kabar seakan-akan calon-calon bupati atau kepala daerah berebutan
untuk mengejar gelar sampai S3, seakan-akan pencapaian kemampuan dalam
manajemen pemerintahan hanya dilihat sampai gelar doktoral mungkin mereka
mengikuti cara SBY dimana sang Presiden itu mencapai gelar doktoral di
detik-detik menjelang penentuan pemilihan Presiden dan itu bagi saya pribadi
hanya permainan simbolik seakan-akan SBY juga bagian dari intelektual
Indonesia. Dan yang jelas ini adalah gejala feodalisasi dalam Ilmu Pengetahuan
atau lebih rendahnya industrialisasi ilmu pengetahuan yang mengarah pada
degradasi proses pencapaian ilmu secara benar.
Bahkan jujur saja hanya di Indonesia dan
Malaysia orang mendapatkan gelar ‘Haji’ setelah berziarah ke Mekkah dan ini
justru setengah menciptakan ‘sistem kependetaan’ dalam Islam, dimana
sesungguhnya Islam adalah agama paling egaliter dan tak mengenal sistem
kependetaan, fungsi hubungan manusia dengan Tuhan diletakkan dalam fungsi
langsung. Tapi karena pengaruh simbol-simbol yang kemudian menjadi tatanan
sosial maka sistem kependetaan menjadi ‘seakan-akan’ ada dalam Islam. Demi
simbol maka kelas-kelas dalam agama menjadi ada, demi simbol kekuasaan menjadi
alat paling efektif untuk menindas, demi simbol ilmu pengetahuan hanya dijadikan
barang dagangan murahan!
 
ANTON


9 Oktober 2006 

Ujang Pantry (Sebuah Catatan Lama)

Ujang Pantry : The Best TV Movie in this
week!!! (Sebuah Catatan Lama)

Gurauan tentang
kejamnya benturan antar kelas pada masyarakat Indonesia yang biasanya
menghasilkan cerita-cerita keji macam pembantaian G 30 S, atau novel-novel
realis karya Pramoedya Ananta Toer kini tak perlu menjadi sebuah cerita serius
bila kita menonton sinetron Ujang Pantry yang ditayangkan MTV minggu malam
(8/10/06).

Sinetron yang
digarap apik ini lancar bercerita tentang bagaimana kelas-kelas di masyarakat
sulit bertemu bila dihadapkan pada hubungan kemanusiaan, karena korelasi
kemanusiaan di Indonesia memiliki nilai
sensitivitasnya yang tertinggi justru pada kelas-kelas sosial dalam masyarakat.
Tidak seperti Notting Hill atau Pretty Woman film Hollywood yang mengangkat
tema perbedaan kelas dalam masyarakat yang cenderung egaliter, di sinema Ujang
Pantry kejadian yang dialami Nadine (diperankan dengan sangat sensual oleh
Dinna Olivia) yang hamil akibat
berhubungan seks dengan Ujang (diperankan dengan sangat lugu oleh Agus Ringgo)
tanpa sengaja karena Nadine mabuk berat sangat sulit kita bayangkan jika itu
terjadi di dalam masyarakat kita. Persoalan terbesarnya bukan pada kesalahan
melakukan hubungan seks di luar nikah itu, tapi pada berapa besar sanksi sosial
yang dihadapi kelas atas, dan ketakutan dari si kelas bawah. “apa karena aku
miskin” kata Ujang pada Nadine yang pada awalnya menampik Ujang, kata-kata itu
memiliki makna yang dalam tentang bentuk pengakuan adanya perbedaan kelas itu.

Beruntung bagi si
Ujang di akhir cerita ada kecenderungan Nadine menerima kehadiran si Ujang,
mungkin hal ini ditentukan oleh beberapa faktor, pertama : ketidakjelasan ayah
Nadine (Biasanya kaum lelaki lebih sadar gengsi ketimbang si Ibu yang banyak
menggunakan hati), kedua dan ini yang terpenting Nadine terlihat sekali
berpendidikan barat dan berasal dari keluarga yang sadar demokrasi.
Komunikasi-komunikasi Nadine dengan lingkungan di kelasnya yang notabene
lingkungan produk barat yang egaliter mendorong Nadine untuk lebih mengakui
Ujang sebagai manusia dan ini jelas tidak akan terbentuk bila Nadine hidup pada
lingkungan yang represif dan tidak sadar ada hubungan kemanusiaan di balik
sekedar hubungan kelas sosial.

Bagaimana kerasnya
manusia membentuk sistem kelas masyarakat atau usaha masyarakat yang dibangun
tanpa kelas kedua-duanya akan gagal bila dihadapkan pada hubungan kemanusiaan,
saya jadi teringat film “Enemy at The gates” yang menyindir sistem komunis
dalam salah satu dialog yang menarik antara Danilov dengan Vassili si sniper
legendaris itu yang rebutan cewek cantik (seingat saya diperankan Rachel
Weisz), namun cewek itu lebih menyukai Vassili. “Saya sadar tidak semua hal
memiliki nilai yang sama dan harus sama rasa sama rata, seperti cinta yang
punya nilainya tersendiri” kata Danilov mengakui bahwa wanita itu lebih memilih
Vassili. Dan Danilov menghancurkan hukum besi Marx itu tentang harga.





ANTON DJAKARTA



Minggu, 8 Oktober
2006

Perang Sastra Atau Kentut?

Perang Sastra Atau Kentut?

ANTON DJAKARTA


Di satu sore ketika Matahari tidak lagi menjadi Panglima
Pram berdiri dengan dada sentosa memandang ke arah dewan sastra yang berkalung kemboja
"Sastra Malammu bukan untuk mimpi dimasa depan, maka negara menghukummu sebatas sperma kerbau"
Maka sastra tak lagi jingga Blora di mata Pram
Ia terbentuk dari satu titik ke titik lain

Dengan dada sentosa melihat masa depan
Ia jadikan sastra gagang samurai untuk merubah masjarakat

Seribu Humanis menyerbu
Dan malam menjadi hantu
Polemik berakhir di Pulau Buru
Hilang sudah matahari sastra bermutu

Di kemudian waktu
Ketika Pram sudah tidak lagi membakar sampah di Citayam
Dan lagu gagahnya hanya terdengar sebagai Darah Juang di Pemakaman
Polemik Datang....

Hanya sayang
Polemik sastra bukan seperti gending perang Pram lawan Jassin
Tapi sastra berpolemik dalam detik demi detik ini
seperti kentut yang bertalu-talu
Keras tapi tidak bermutu......
Maka diamlah Satre karena mesin ketiknya diganti butut oleh Orde Baru

Anang And Me.........

Anang And Me.........

Aku ndak kenal sama Anang, tapi ngeliatnya pernah dua kali. Pertama saat tahun 1992-an di depan SMA 3 dan kedua di PIM, Restoran Chopstick di bulan Ramadhan lalu. Ada dua hal yang aku liat dalam dirinya. Pertama, di tahun 1992 kalo ndak salah dia berdiri di depan SMA dekat warung Pistales saat itu wajahnya optimis, mungkin dia sedang menunggu KD. Dan pada tahun 2009 dia termenung seperti pesimis menghadapi hidup di Chopstick. Apa yang dialami Anang sama persis yang aku alami, sebuah kebetulan dan lagunya tentang : Hilang Separuh Jiwaku,

Separuh Jiwaku Pergi
Memang Indah Semua
Tapi Berakhir Luka
 
Benar ku Mencintaimu
Tapi Tak Begini
Kau Khianati Hati Ini
Kau Curangi Aku
 
Kau Bilang Tak Pernah Bahagia
Selama Dengan Aku
itu Ucap Bibirmu
 
Kau Dustakan Semua
Yang Kita Bina
Kau Hancurkan Semua
==========================
Pondok Indah Mall juga merupakan kenangan 2005-2008 .sesak rasanya. Aku pernah melihat gadis di PIM yang membaca buku hariannya, buku kenangannya di North sky walk, aku pernah ngeledekin gadis itu sambil berbisik-bisik pada CC, dan CC bilang dia sedang membaca buku harian.... tiba-tiba aku merasa apakah aku akan seperti itu. Adalah sebuah takdir untuk terus berjalan pelan-pelan dengan sabar. Sabar karena inilah proses pendewasaan, sabar karena semua yang kita korbankan hilang lenyap dalam hitungan hari. Sabar dan Sabar.

2009

2009

Tahun ini adalah tahun yang sangat berat, semua keadaan tidak pernah aku perkirakan semua ujian datang bersamaan, mimpi-mimpi dihancurkan. Hanya kekuatan dan kesabaran yang bisa menjadikan keadaan berbalik. Fase ini adalah fase penentuan dalam hidupku, untuk berhasil atau tidak berhasil sama sekali untuk menjadi orang besar. Setiap orang akan dibentuk oleh kemampuannya untuk bertahan : Bertahan diperlakukan tidak adil, bertahan untuk bersabar ketika dikhianati dan bersyukur dalam kondisi apapun. Keikhlasan sebagai maqam tertinggi kemampuan manusia untuk memaafkan belum aku punya, tapi satu kekuatan tentang kesabaran Insya Allah sudah terbentuk.

Diawali pada Januari kelabu, kemudian semua datang berturut-turut. Luka batin yang disesapi tak pernah akan bisa kubuka sampai pada satu saat waktu datang. Aku yakin tak selamanya kabut menjadi kawanku, aku yakin kemampuanku untuk menjaga sumpah akan terus dipertahankan dan aku yakin keseluruhan hidupku adalah kumpulan dari kesabaran demi kesabaran yang mampu membentukku menjadi orang besar, sesuatu yang sudah menjadi takdirku.

Monday, 21 September 2009

Manifes

MANIFES KEBUDAYAAN ANTI HEGEMONI MODAL ATAS BUDAYA

DISUSUN : ANTON DJAKARTA


Bahwasanya kebudayaan merupakan bagian penting dari proses peradaban manusia dan kerja-kerja budaya harus diakui sebagai pembentukan kepribadian manusia maka kebudayaan yang bebas dan memiliki nuansa pembebasan manusia harus benar-benar dijaga. Kebudayaan adalah sarana terbaik dalam proses penyadaran manusia untuk menemukan kemanusiaannya, menghidupkan individuasinya dan menjadi obor penerangan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat serta membawa keberanian untuk menolak apapun yang melahirkan sistem yang menindas.

Kebudayaan bukan hanya milik orang yang hidup dalam totalitas kerja budaya dan merasa mengerti budaya tapi kebudayaan adalah milik semua orang, milik kesadaran semua orang yang memperhatikan gerak budaya dan kelahiran-kelahiran anak budaya sehingga kebudayaan tidak lagi ditaruh di dalam surga khayalnya kaum elitis dan modal tapi dibawa merakyat menjadi bagian dari kehidupan semua orang yang mau memasukinya.

Pembebasan kemanusiaan harus diletakkan sebagai landasan terpenting untuk memahami kebudayaan. Perjuangan pembebasan kemanusiaan dari keterasingan, keterkungkungan dan sistem yang menindas merupakan salah satu tonggak perlawanan bagi kaum yang sadar budaya.

Persoalan-persoalan masyarakat sedemikian peliknya, persoalan realitas kemasyarakatan menjadi tugas bagi kaum budayawan untuk diangkat sebagai ‘kesadaran bersama’ bangsa bahwa kita harus memperhatikan denyut nadi problematika rakyat banyak yang merupakan anak haram jadah dari sistem Orde Baru yang menindas, kebudayaan bisa dijadikan senjata dalam proses-proses penyadaran bahwa Indonesia Raya yang kita cintai sekarang merupakan jajahan Imperialisme Amerika, dengan budaya kita membangun kesadaran bahwa Indonesia Raya adalah bangsa yang mampu tegak melawan segala bentuk penjajahan dan sogokan.

Pada akhirnya budaya yang merupakan produk tertinggi dari kemanusiaan merupakan bentuk pencerahan manusia dalam menjalani kehidupan. Generasi muda harus terus menerus menjadi daun-daun baru pewaris kebudayaan Indonesia Raya yang berkesadaran Kapital dan tau persoalan-persoalan rakyat. . Kita adalah generasi yang harus lebih baik dari orang tua kita, dimana budaya dikorupsi menjadi alat kekuasaan dan alat modal. . HANCURKAN HEGEMONI BUDAYA YANG DICUKONGI KELOMPOK NEOLIBERALISME....!

Binhad dan Neoliberalisme

Binhad dan Neoliberalisme

Oleh Anton Djakarta

Isi puisi dibawah ini adalah tonggak perlawanan terhadap Neoliberalisme. Neoliberalisme adalah paham yang hidup sejak 1978 (ditandai dengan kejatuhan Bisnis Konglomerasi Pertamina tahun 1976) dan masuknya modal asing secara besar-besaran setelah kelompok Mahasiswa dibantai habis tahun 1974. Liberalisme pasar dimulai ketika Indonesia secara terbuka menerima modal Jepang dan didikte berdasarkan modal pinjaman yang diberikan pihak Jepang. Lalu pada tahun 1988 Liberalisasi Keuangan dibuka oleh Sumarlin lewat beberapa rangkaian Pakto-nya. Kejatuhan Suharto sendiri juga merupakan bagian dari rencana besar Liberalisasi ekonomi di Indonesia. Suharto yang pernah menjadi patron penting dalam ekonomi kapitalis-diktator yang didukung Amerika, lambat laun dianggap sebagai penghalang karena masih melindungi kroni-kroninya dengan menciptakan monopoli, memberikan subsidi dan menghalangi modal asing 100% masuk ke Indonesia. Apa yang dilakukan Suharto untuk melindungi kekuasaannya dipandang sebagai halangan oleh kaum Neoliberal. Lalu mereka menempatkan orang-orang yang sudah terdoktrin otaknya bahwa tanpa IMF Indonesia tidak akan ada apa-apanya.

Gelombang politik 1998 diakhiri dengan sabda Menlu Madeleine Albright yang berkata : "Sejarah menghendaki Suharto mundur" sejak itulah kelompok reformis dan penentang Suharto malam main cakar-cakaran sendiri. Kelompok pemberani penentang Orde Baru (Megawati, Gus Dur, Amien Rais dan Kelompok muda PRD, KAMMI dll) tidak lagi menjadi corong penting dalam proses reformasi, mereka terfragmentasi ke dalam sekat-sekat politik dan terjebak pada isu sempit. Sementara kelompok mapan yang didukung Golkar dan infrastrukturnya serta kelompok orang kaya baru malah muncul dengan cepat serta menguasai keadaan. Kelompok ini menguasai sektor : energi, keuangan dan industri. Kelompok ini pula yang dengan cepat sudah memasukkan generasi muda untuk siap dalam menggenggam dunia politik masa depan.

Aksi saling cakar kelompok reformis justru menguntungkan pihak yang dipandang netral dalam pertarungan cakar-cakaran tersebut. Susilo Bambang Yudhoyono, seorang Jenderal yang reputasi tempurnya hampir tidak ada, yang tidak menonjol di jaman Orde Baru dan sama sekali tidak memiliki peran besar dalam kasus-kasus penting selama masa akhir Orde Baru dibanding Jenderal-Jenderal lainnya macam Prabowo, Wiranto, Agum Gumelar, Sutiyoso, Hendroprijono atau Subagyo HS malah mencuat namanya berkat jasa Gus Dur dan Megawati yang memberi peran lebih luas pada SBY. Namun dibalik itu, SBY melihat peluang besar dia bisa ke puncak no.1, dia sadar aksi saling cakar pemimpin reformis justru merusak citra mereka. Amien Rais, Gus Dur, Megawati sudah rusak citranya. Untuk itu dia melakukan politik pencitraan di tahun 2004, dan politik ini sungguh berhasil. Awalnya Jusuf Kalla berhasil menekan SBY dengan bargain dukungan Golkar, dan JK memasukkan sekelompok pengusaha Kadin untuk memegang peran penting dalam dunia ekonomi. Namun aksi ini gagal setelah Jusuf Anwar gagal melakukan permasalahan-permasalahan di departemen keuangan lalu SBY mengusir semua orang JK di pos ekonomi dan menggantikan dengan sekelompok orang yang fanatik terhadap Ekonomi Pasar. Pengertian SBY dalam menstabilkan ekonomi adalah menyerahkan pada pasar seluruhnya, soal pelaku ekonomi lokal belum siap bertarung di pasar, itu adalah permasalahan hukum pasar dan pemerintah tidak akan mengganggu gerak modal yang bertarung di pasar.

Arus besar Liberalisme ini yang kemudian menjadi pilihan politik SBY. Hal ini kemudian sudah dibaca kelompok-kelompok mahasiswa 1974 dan 1978 yang sudah paham bahwa "Pembuat Bangkrut Indonesia" sesungguhnya bukan korupsi, bukan monopoli, dan bukan diktator karena hal itu adalah derivat, bangkrutnya Indonesia lebih di dorong pada : BETAPA BERKUASANYA MODAL ASING DI INDONESIA. hal inilah yang kemudian menjadikan turunan-turunan atas tindakan negatif para penguasa.

Liberalisasi juga mengubah orientasi mentalitas bangsa Indonesia. Di jaman Sukarno dan Sedikit di jaman Suharto rasa patriotisme masih begitu tinggi. Namun Liberalisme di Indonesia mencuci otaknya seakan kaum urban adalah bagian penting dunia Internasional, bagian dari kesejarahan konsumtif Amerika. Maka cara berbicara kita adalah Inggris, kita lebih bangga menggunakan bahasa Inggris ketimbang bahasa Indonesia, cara makan kita, cara barat. Cara hidup kita ala barat. Kita didoktrin untuk melakukan hidup dengan membeli barang-barang asing, kita tidak pernah diajarkan untuk bisa swadesi dan swasembada, kita tidak pernah diajarkan untuk menjadi diri kita sendiri, menggunakan barang kita sendiri, dan bangga menjadi bangsa Indonesia.

Proklamasi 1945 yang dibacakan di rumah Sukarno sangat sederhana, pelantikan Sukarno pada tanggal 18 Agustus 1945 diselesaikan oleh Sukarno dengan makan sate di pinggir jalan. Kemudian 60 tahun sudah kita berakhir hanya sebagai bangsa peniru. Kita kagum pada Obama bahkan mengindentifikasikan diri kita pada Obama, kita lupa bahwa antara Obama dan Indonesia ada beda sejarah, ada beda persoalan dan ada beda pemahaman. Lihatlah SBY yang dideklarasikan meniru Obama, kacung-kacung penelitinya yang berada dibawah bendera The Fox memuja Amerika dengan begitu hebat. Dia tidak sadar bahwa Indonesia adalah Indonesia, dia tidak sadar bahwa Indonesia memiliki kesejarahannya sendiri, memiliki persoalan-persoalannya sendiri dan persoalan terbesar di Indonesia adalah bagaimana mengakumulasi kekayaan kita sendiri. Neoliberalisme dan sikap Pak Turut SBY kepada Amerika Serikat serta Pasar Bebas adalah sikap politik yang berbahaya untuk masa depan. Sudah saatnya kita berpikir untuk menjadi diri kita sendiri, bertindak dengan cara kita sendiri, membangun karakter kita sendiri dan berbuat dengan cara kita sendiri. Seperti ucapan Hatta ketika melihat awal modal asing masuk di jaman Orde Baru "betapa lemahnya kita sekarang melindungi perdagangan dalam negeri kita, yang seharusnya berada dalam tangan bangsa Indonesia sendiri ...".

Hatta pula yang berkata di depan pengadilan Den Haag : "Hanya satu tanah yang dapat disebut tanah airku. Ia berkembang dengan amal , dan amal itu adalah amalku.” Ketika amal kita diperbudak asing, amal kita didikte atas kuasa modal asing, maka yang ada Indonesia tidak ditentukan oleh tangan orang Indonesia sendiri, melainkan tangan atas kuasa modal asing"

Percayalah satu-satunya yang bisa mengubah Indonesia adalah sikap kita, orientasi pikiran kita dan kesadaran sejarah kita, bahwa Indonesia adalah Indonesia yang memiliki persoalan-persoalannya sendiri, budayanya sendiri, kedaulatannya sendiri dan berhak atas kekayaannya sendiri. Dari sinilah mari kita berikhtiar untuk tidak lagi tergantung pada kuasa modal asing.

Puisi Binhad itu :

Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan menutup sumur dan menguruk telaga
karena rakyat Indonesia minumnya Aqua dan Coca-Cola.

Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan membuka kedai KFC di mana-mana
karena rakyat Indonesia senang makanan gaya Amerika.

Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan menggusur pasar dan warung tradisional
karena rakyat Indonesia suka belanja di swalayan dan mal.

Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan memasok barang-barang dari luar negeri
karena rakyat Indonesia kurang mencintai produk pribumi.

Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan menghalau perusahaan sumbu kompor
karena rakyat Indonesia merasa lebih keren pakai gas elpiji.

Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan meruntuhkan gedung-gedung koperasi
karena rakyat Indonesia merasa bergengsi hutang ke bank.

Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan memborong tambang mineral dan gas bumi
karena rakyat Indonesia malas menggalinya sendiri.

Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan bikin pabrik dan merekrut buruh Indonesia
karena rakyat Indonesia terkenal sangat murah upahnya.

Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya tak akan menggunakan bahasa Indonesia
karena rakyat Indonesia lebih bangga berbahasa Eropa.

Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya tak akan menulis puisi tentang penindasan negara
karena rakyat Indonesia gemar puisi derai daun cemara.

Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan ambil ikan dan pulau di perbatasan Indonesia
karena rakyat Indonesia cuek pada wilayah kedaulatannya.

Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan mengganti nilai-nilai UUD ’45 dan Pancasila
karena rakyat Indonesia kayaknya tak lagi mengacuhkannya.

Andai saya bukan rakyat Indonesia
saya akan bersekongkol dengan para penguasa
karena rakyat Indonesia tak akan berani melawannya.

(Binhad Nurrohmat)

Hari-Hari Terakhir Sukarno




Essay : Hari-Hari Terakhir Bung Karno

Oleh Anton Djakarta


Dalam mimpi yang pudar jaman tak akan bergetar seperti dulu ketika aku masih memimpin revolusi yang gelegar. Aku disini sebagai orang yang lunglai dan tak tahu apa-apa mengenai dunia, dunia yang pernah membesarkanku ..... lalu lelaki gemuk tua itu berdiri. Kaos singletnya basah oleh keringatnya yang mengalir deras.

Wajahnya membengkak, dan bibir yang dulu paling dikenal dalam sejarah merdekanya Indonesia, kini menjadi paruh betet yang tak lagi menarik, hidungnya sebesar tomat dan hidung tomat itu bukan lagi hidung tomat yang membuat takut kaum imperialis, hidung itu tak lebih dari tomat yang bolong-bolong.

Si bung itu duduk kembali dan matanya basah.

Matahari masih sembunyi dalam alam jingga, dulu ia bisa mengesankan pagi yang indah dengan serbuan kata-kata. Kini dia hanya diam kata-kata tak lagi berteman. “Bapak segera mandi!” bentak seorang tentara. Dia hanya menoleh. Lalu berdiri dan menurut perintah tentara. Jalannya lunglai, dan ginjalnya tak lagi normal. Seorang pemimpin besar yang dulu pernah menaklukkan dengan telunjuk mengacung-acung dan seribu batalyon bisa membakar jiwa revolusi, kini hanya seonggok daging tua yang tak memiliki nyali.

“Aku tak ada apa-apa, tapi aku adalah bangsa itu sendiri” gumam lelaki tua bertubuh gemetar. Ia berjalan pelan terseok-seok di sebuah ruangan besar yang kotor, membawa handuk dan perlengkapan mandi. Seorang yang dulu begitu rupawan menggoda jutaan wanita dan menginspirasi jutaan pemuda memindahkan gunung dan membakar samodera. Memerintah puluhan Jenderal dan dipuja ratusan juta rakyatnya. Ia adalah dewa, tapi kini tak lebih bandit yang dilabur hitam dalam sejarah.

“Dunia ini seperti nasib yang berputar-putar, kita dipaksa bermain dadu.... tapi kita juga dipaksa memerahkan dadu sehingga dadu tak lagi berupa apa-apa” ia terus berjalan menuju kamar mandi. Dunia ini mimpi dan mimpi tak pernah mengubah sejarah.

Deburan air menghantam gayung, tubuh tua gemuknya tak lagi kuat menahan dingin, sementara air hangat sudah kosong. Ia tak boleh manja. Dalam sakitnya yang parah, dia tahu dia akan dibunuh oleh penyakitnya pelan-pelan. Dia tak boleh manja apalagi meminta sedikit pil untuk jaga ginjal, ia tahu yang ia tenggak hanyalah plasebo murahan, tapi ia tak boleh manja karena dirinya toh sudah hancur agar karyanya tak bisa dipecah-pecah oleh Amerika........ Ia tak boleh manja.

Hitam sudah cakrawala pagi, tak ada lagi Cakrabirawa, tak ada lagi orkes Asal Bapak Senang, yang ada hanya pagi sunyi. Dan Bapak sudah mau pergi.

Bulan Juni ini aku lahir dan mimpi terus menerus memerkosa sejarah, aku ndak paham mimpi apa yang berlangsung bagi negeriku, mimpi apa yang sedang dimainkan para Jenderal-Jenderalku, aku tak paham dan tak tahu, tapi aku bukan siapa-siapa. Mimpi tak lagi punya cakrawala. Dan bangsaku tak lagi punya mimpiku .....

Lelaki tua gemuk dengan wajah bengkak keluar dari kamar mandi. Kepalanya botak dan matanya tak lagi setajam elang banten yang menguasai hutan revolusi. Lelaki tua botak itu hanya meringis pelan sembari mencoba tersenyum pada seorang tentara yang bukan lagi menjaganya tapi menahannya. Tentara itu tidak tersenyum. Tentara itu tahu bahwa Bapak bukan lagi orang yang ia puja, tapi seorang tahanan. Si Bung Besar itu berjalan dan ginjalnya tak lagi mampu meremas-remas aliran energi didalam tubuhnya.

Aku lemah.

Aku tak tahu, apakah aku lemah...apakah aku kuat. Aku tak tahu....aku hanya diam .... diam dan diam.... tiba-tiba aku berada pada lorong yang gelap. Matahari pagi tadi tak lagi sunyi, ia menjadi warna ceria, pagi sudah menjadi baskom yang menyenangkan.

Ia seperti ada di Endeh, pada surga perak yang tumbuh dibawah pohon Kenari, ia berjalan pelan. Dia tertawa dan suaranya yang terkenal menggelegar. Tiba-tiba datang Tjokro. Dia heran, Pak Tjok datang. “Kusno, ikutlah bersamaku” Sapa Tjokro dengan tangan menjulur. Ia melihat banyak orang dibelakang Tjokro .... Alimin, Muso, Tan Malaka, Thamrin, Dharsono, Amir, Haji Misbah. Ia lihat ibunya, ia lihat bapaknya, ia lihat kakeknya dan ia juga kaget saat lihat DN Aidit.Tapi ia hanya bisa diam. Saat Tjokro memegang tangannya, Thamrin menghampiri... Bung Ikutlah bersama kami.

Dan pagi hanya punya diam. Ia diam sampai seseorang membangunkannya. “No...No.... bagaimana keadaanmu, No?” Hatta memegang tangan Bung Karno. Dan matanya basah. “No...no...”Hatta memanggil sekali lagi. Ia ingat kawannya ini, ia ingat pribadinya yang hangat, yang menyenangkan yang suka tertawa dan doyan sekali bergurau. Ia ingat kebaikan hatinya kawannya ini yang menggoda Hatta untuk segera menikah. Ia ingat semua mimpi-mimpi lelaki yang banyak ulah ini, ia ingat semuanya. Dan mata Hatta berubah menjadi sungai air mata. “No...No” kata Hatta lagi.

Thamrin melepaskan tangannya, ia tahu akan menjemput sahabatnya di waktu yang sudah tentu. Tjokro tersenyum dan mengusap-usap mata lelaki itu. “Kusno, aku jemput nanti, lihatlah sahabatmu datang....” Kusno tercekat. Ia bangun lagi. “Hatta.... Hoe gaat het met Jou?” bahu Hatta lemas, ia tak tahan melihat penderitaan Sukarno. Ia meradang tapi seperti ia biasa ia mempu menghantam kemarahannya. Hatta hanya menangis.

Dan beberapa hari kemudian lelaki itu meninggal. Rakyat secara implisit dilarang untuk melihat, tapi rakyat tahu bahwa orang itu yang memerdekakan bangsanya. Rakyat tahu dan jutaan rakyat berjajar lalu....21 Juni 1970 Semua orang Indonesia berhati hampa.


Jakarta, 5 Juni 2009


Menjelang Ulang Tahun Bung Karno.