Tuesday 6 December 2011

Ketika Cut Nyak Berkata

(Foto diatas adalah ketika Tjoet Nyak Dien tertangkap pasukan khusus Marsose, ia dalam kondisi buta dan mengenaskan. Sebuah gambaran manusia untuk memiliki sikap tegas menghadapi kehidupan).


Ketika Cut Nyak Berkata

Pada rumah tubuh tua ini
yang aku punya hanya pikiran
diletakkan pada mangkuk-mangkuk berdebu
dan kiasan-kiasan di Al Qur'an
yang aku bacai ketika pagi dan senja datang

Hidup...Hidupku dimasa lalu
adalah jalan kesunyian, aku tak pernah berpikir tentang sebuah keindahan
mengajak suamiku tertawa di pasar atau menggendong anak dengan nyanyian harapan
kerna itu aku tak punya
hidup harus disikapi, ketika kehormatan tak terjaga
ketika bangsa harus punya martabat
ketika bangsawan harus memutuskan dimana letak kebenaran
dan menjaga marwah rakyat

Aku, angkat rencong di masa lalu
menyusuri hutan menyerang tangsi
dikejar-kejar marsose atau tentara Jawa
aku menangis pada bawah pohon-pohon hutan
Tuhan...Tuhan...Serta rindu aku kemukakan
kenapa kau tak mudahi jalanku
pada keriangan hidup dan ketenangan seperti air yang turun dari batang daun

Ah, hidup rupanya pilihan
dan aku harus memilih jalan yang sulit
kerna takdir bukanlah soal menari diatas nasib
takdir adalah sikap yang terus menerus terjaga

Kini dimasa senja
aku hanya bisa mengaji dan menangis
air mata ini membasahi lembar-lembar kertas Qur'an
pada sebuah desa kecil, di sudut Jawa
aku mendengar tawa anak-anak
yang aku bisa berharap padanya untuk terus melawan
melawan untuk hidup tidak hina
melawan untuk tegak menjadi bangsa terhormat
dan mendirikan bangsa yang tidak dibangun dari barak-barak penindasan
tapi lewat hati yang bernyanyi

No comments: