Tuesday 6 December 2011

Secuil Kisah Van Bronckhorst



Secuil Kisah Van Bronckhorst, pemain utama Tim Belanda

Saya lahir di Rotterdam. Nama saya tampaknya
membingungkan orang, tetapi tidak ada darah Italia di keluarga saya -
ayah saya berasal dari Indonesia dan ibuku Maluku - tapi ibuku sangat menyukai nama Giovanni. Aku dibesarkan di sebuah kota kecil di luar kota, di mana adik kecilku Elvira lahir ketika aku berusia sembilan tahun.

Ayahku yang orang Indonesia itu mengenalkanku pada sepakbola dan mengajariku bagaimana caranya bermain, Ia selalu menceritakan tentang negerinya yang sangat gila bola. Ketika saya berumur enam
tahun, saya pergi ke sebuah klub amatir, MOL, di Rotterdam untuk belajarpermainan dengan cara yang benar. Ayah bermain untuk klub
yang sama.

Seperti kebanyakan klub di Belanda, memiliki tim muda.Ketika saya berusia tujuh tahun, saya pergi ke Feyenoord yang merupakan awal saya bergabung di tim 16-tahun. Mereka memiliki banyak tim untuk setiap tingkat usia - Under-8, Under-10, Under-12, Under-14
dan Under-17. Sehingga Anda selalu bisa mendapatkan permainan, tapi lebih sulit untuk bermain untuk tim pertama. Aku bermain kiri lini
tengah pada masa itu, sama seperti aku lakukan sekarang. Bergabung dengan Feyenoord adalah suatu kebanggaan besar buat anak-anak, karena meski tahun 1980-an bukanlah masa gemilang bagi Feyenoord - selain dari ketika Johan Cruyff datang ke klub dan kami menjadi juara pada tahun 1984 - klub masih salah satu papan atas di negeri ini
untuk sepakbola.

Ruud Gullit datang di awal 1980-an.Kompetisi menjadi suatu yang hidup tapi sangat berat. Tidak banyak dari rekan-rekan saya yang bertahan dalam kompetisi yang berat, meskipun yang melakukannya
adalah Bobby Petta, yang kemudian bermain untuk Celtic. Bobby dan aku bermain dari usia 14 tahun. Ia mencapai tim terlebih dahulu sebelum ia berangkat untuk bergabung dengan Ipswich di Inggris.

Di tingkat remaja, Feyenoord, Ajax dan PSV mendominasi permainan dan Tim Utama mereka sangat keren. Tapi, seperti yang saya
katakan, dekade 1980-an adalah waktu yang gemilang di klub tidak seperti dekade 90an - ketika saya siap untuk meningkatkan ke dalam jajaran profesional - tidak banyak yang datang melalui pemain dari tim muda dan memulai debutnya di tim utama.

Untungnya, saya memiliki pelatih yang sangat baik, Maup Martens, yang melatih saya dengan tekun saat usia saya di usia saya 12 sampai 15 tahun. Aku masih melihat dia dan para pelatih lainnya di Rotterdam. Baru sekarang saya menyadari betapa indah Maup mengajari kami, kerna yang dilatih bukan hanya keterampilan, tapi juga belajar taktik.

Pada tahun 1990, ketika saya berusia 15, harapan saya terpenuhi ketika Feyenoord menawari saya kontrak untuk menjadi seorang profesional. Berjalan keluar di De Kuip di depan pendukung yang bersorak-sorak adalah mimpiku, dan saya tahu sejak saat itu saya menandatangani kontrak yang menentukan bagi jalan hidupku di masa depan.

No comments: