Kita tanpa sadar terjebak dalam penipuan borjuasi. Coba perhatikan gaya hidup kita, periksa tujuan-tujuan hidup kita, apa yang mendesak kita untuk berlari mengejar waktu?, apa yang memaksa kita membeli barang-barang yang seharusnya tidak kita butuhkan?, apa yang membuat kita membeli barang sepuluh atau dua puluh kali lebih mahal dari yang seharusnya kita bayar?, apa yang membuat kita berutang dengan bunga tinggi tanpa sadar kita berutang? apa yang membuat kita tidak menghargai hubungan-hubungan bermasyarakat, harmoni sosial, cita-cita bersama, dan tidak lagi menoleh pada kemanusiaan kita?. Gaji kita dihabiskan untuk mengejar hal-hal yang sesungguhnya tidak kita mengerti, sistem keuangan yang kita pahami adalah bagaimana cara mengutang bukan bagaimana mengembangkan keadilan distribusi kekayaan, utang-utang diplesetkan oleh sistem kapitalisme sebagai pencapaian-pencapaian standar hidup, para wanita distandarisasikan kecantikannya lewat gaya hidup yang kapitalistik mereka yang menolak sesuai dengan standar kecantikan kapitalistik dipaksa mundur, mereka yang tidak memenuhi standar kecantikan kapitalistik tapi memaksa maju cukup senang menjadi bahan tertawaan publik. Tontonan-tontonan kita adalah bagaimana caranya menghabiskan uang, bukan membangun masyarakat produksi, anak-anak kita diajari menghapal merk-merk mobil dan tidak tahu lagi tentang alam lingkungan, mall-mall yang mewah banyak dibangun sementara pasar dan lapangan dimana interaksi antar manusia dulu terjadi kini dihilangkan, tanpa sadar kita diasingkan dari hal-hal alamiah. Keterasingan manusia ini adalah penipuan borjuasi yang cemerlang. Dan akumulasi modal lah menjadi alasan utama pengasingan manusia pada dirinya sendiri.
(Anton Djakarta, 2007)
No comments:
Post a Comment