Thursday 17 November 2011

Kelahiran Sukarno



Kelahiran Bayi Kusno dan Kelahiran Sukarno

Pagi setelah Subuh, Pada 6 Juni 1901 di satu jalan sempit perkampungan Surabaya, telah lahir seorang bayi lelaki yang dinamakan Kusno dari seorang ayah bernama Sukemi Sosrodihardjo. Sukemi memberikan nama anak ini singkat saja : Kusno, lalu beberapa jam setelah kelahirannya, ia menuliskan surat kepada saudara-saudara isterinya yang berada di Singaraja, Bali :"Telah lahir anakku yang kuat dan sehat, berwajah bersih dan menawan. Semoga kelak dia akan berguna untuk bangsa ini dan kebaikan kita semua" Setelah menerima surat Sukemi, saudara-saudara Nyoman Rai langsung beribadah di Pura memohon agar bayi ini diberi perlindungan dewata, di Surabaya Kusno kecil juga di adzani sesaat setelah dilahirkan. Sejak bayi, Sukarno memang ditakdirkan tidak hanya direstui satu jenis doa saja. Ia dilahirkan dalam situasi-situasi penuh perbedaan.

Beberapa bulan kemudian ia tumbuh menjadi bayi yang ringkih, ia sakit-sakitan. Lalu Sukemi mengganti nama Kusno menjadi nama Sukarno. Dan entah kenapa penyakit panasnya kontan sembuh.

Sukarno kecil tumbuh menjadi anak yang lincah, ia amat suka bermain. Dan dalam permainan ia ingin selalu menjadi pemenang. Jika tidak maka lawan akan dihantamnya atau mainan kawannya dibuang ke kali, dan kelak di masa tuanya Sukarno bercerita pada Cindy Adams "Aku ingin selalu menjadi pemenang, bila kawanku memiliki gasing yang lebih baik dan lama berputarnya, dan aku gagal mengalahkannya maka gasing itu kuambil lalu kubuang. Itulah cara-cara Sukarno dia tidak boleh dikalahkan".

Perjalanan hidup Sukarno tak bisa dilepaskan dari dua hal : Buku dan Mimpi. Perkenalannya dengan dunia buku pertama kali adalah saat ia sudah bisa membaca di umur 6 tahun. Ayahnya pulang mengajar dan membawa buku cerita tipis tentang cerita-cerita anak Belanda. Sejak itu Sukarno suka sekali membaca. Suatu saat ayahnya mengajak ke perpustakaan di tengah kota dan Sukarno melihat sebuah buku yang amat menarik judulnya "David Copperfield" karangan Charles Dickens, buku inilah yang kemudian membawa Sukarno pada kesukaan membaca dunia sastra, dan entah kenapa penderitaan David Copperfield justru mengilhami dirinya Pertama, ia selalu mengindentifikasikan dirinya sebagai David Copperfield dan kedua, ia mulai belajar tentang susunan masyarakat berdasarkan kelas-kelas sosial. Disini Sukarno mulai mengerti tentang situasi penindasan, setidaknya penindasan satu manusia dengan manusia lainnya.

Sukarno selalu bermimpi menjadi pembebas, ia seorang sembrono dalam memutuskan sesuatu, sama ketika saat ia pulang sekolah dan melihat beberapa sinyo bermain bola lalu ia ikut bermain di tengah lapangan dan sinyo-sinyo tersebut mengusirnya lalu Sukarno dihajar habis-habisan, atau Sukarno tanpa seijin ayahnya memacari wanita Belanda dan kemudian diusir ayah pacarnya itu, sakit hati Sukarno inilah yang kemudian menjadi dasar pembentukan dirinya di masa depan. Sukarno sedikit-sedikit mulai paham bahwa bangsanya dijajah oleh bangsa lain.

Suatu hari Sukarno sedang menumbuk beras di pelataran, lalu ia melihat sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan rumahnya. Ia melihat seorang lelaki berusia 30-an, langsing dan berkumis baplang. Ia memanggil Sukarno dan bertanya "Apa ini rumah Pak Sukemi?" Sukarno mengangguk, ada getar di hatinya saat melihat wajah orang itu. Sukarno seakan melihat masa depannya. Orang itu adalah HOS Tjokroaminoto.

HOS Tjokroaminoto adalah bidan yang melahirkan watak-watak Sukarno, dan pertemuan dengan Tjokro inilah yang kemudian menjadi kelahiran kedua bagi diri Sukarno melihat dunia.


Anton Djakarta, 6 Juni 2011

No comments: