Thursday 24 November 2011

Kepada Siapa Aku Harus Berterima Kasih

Ternyata blog aku kalau dimaintain bisa 10.000 visitors unique/hari. Kalo nggak dikelola cuman 2000-an pengunjung/hari. Inilah pentingnya menumbuhkan kelolaan agar semua rapi dan tumbuh dengan baik. Enak juga ngeblog ya, bisa memetakan waktu saat itu kita sedang berpikir apa. Aku gaptek blog aja dibuatin sama Titiana Adinda dulu tahun 2007. Facebook dibikinin sama Raisa dulu. Twitter dibikinin sama Miagina Amal, seorang penerjemah Paulo Coelho : "Di tepi Sungai Piedra, Aku duduk dan Tersedu".

Tentang Blog itu gara-gara dulu sering nulis di Forum Pembaca Kompas bikin isu-isu yang bikin heboh, daripada dibuang dibikininlah sama dia supaya tulisannya nggak hilang padahal aku nulis kalo dihitung sudah lebih dari 5.000-an artikel tapi ya itu karena sembrono yang terselamatkan hanya sedikit artikel, eh sekarang usianya sudah 4 tahun.

Blog sudah seperti buku harian, kadang-kadang kita lupakan. Kadang-kadang kita butuh untuk menulis. Tapi bagi saya, menulis adalah melatih berpikir kreatif, menulis adalah sebuah bentuk meditasi dengan caranya yang unik, menulis adalah sebuah alat pencongkel klep-klep penghambat cara berpikir kita yang seperti mesin -berulang-ulang, menjadi cara berpikir kita yang mampu keluar kotak logika yang sudah dibangun oleh pikiran kita.

Tulisan yang baik adalah tulisan yang :

1. Dia bisa muncul tiba-tiba dari sebuah ide.
2. Dia muncul ketika membaca sebuah tulisan lain
3. Dia muncul karena direncanakan.

Apapun sebab munculnya sebuah ide penulisan, untuk menghasilkan tulisan yang baik latihlah dirimu menjadi seorang automatical writer. Seorang penulis yang menghasilkan karya enak dibaca rata-rata seorang automatical writer, misalnya ketika ia menulis sebuah kejadian, ia mampu merangkai kejadian itu hanya dengan berpikir ketika ia memencet tuts, bukan berpikir ia membaca buku-buku dan membeonya, apalagi terlalu banyak kutipan. Penulis yang kerap menulis dengan banyak kutipan lalu bahasanya tidak imajinatif akan selalu melahirkan tulisan yang membosankan, mungkin anda benar secara fakta, tapi karya anda tidak enak dibaca. Idealnya ketika kita menulis kita harus sudah hapal diluar kepala semua referensi, inilah pentingnya melatih pikiran agar menjadi fotografis dan bisa menjelaskan kenapa penulis-penulis yang enak dibaca seperti Pram yang menulis di Pulau Buru hanya bermodalkan ingatan akan referensinya, seperti Tan Malaka yang menulis Madilog di kontrakannya di samping kandang kambing dengan ingatan fotografis data-datanya, seperti Sukarno yang membuat pledoi di atas kaleng untuk kencingnya di sel Penjara Sukamiskin tanpa satupun data. Karena apa? karena ia sudah melatih pikirannya agar fotografis. Dulu Mochtar Lubis hanya perlu membawa mesin tik dan menaruhnya di bufet dia dalam 10 menit sudah bisa buat dia Tajuk Rencananya yang hasilnya adalah mendepak ibnu sutowo dari Pertamina.

Untuk melatih daya imbang ketika kau menulis dan berpikir dengan waktu bersamaan latihlah kemampuan menulis setiap hari. Jangan takut dengan bahasa yang berantakan, karena bahasa yang berantakan hanya persoalan grammar, dalam bahasa yang berantakan kamu sedang mencari karakter dari tulisanmu. Penulis yang baik adalah penulis yang iramanya memiliki karakter, ketika karakter itu sudah terbentuk maka tulisanmu bisa hidup… karena apa? Karena ada jiwa.

Tulisan yang hidup bukanlah tulisan yang teliti dalam menggambarkan objek atau ruang-ruang kalimat tapi ia yang menyampaikannya dengan bahasa yang sederhana namun memiliki daya tafsir yang kuat, ini artinya : seorang pembaca akan terperanjat daya sadarnya, ketika daya sadarnya terperanjat ia akan tertarik terus menerus membaca.

Dan yang terpenting ketika engkau menulis usahakan libatkan emosimu, memang menulis dengan melibatkan emosi akan terkesan subjektif, tapi ketika emosi itu menjadi energi dalam tulisan ia akan menggetarkan pembacanya.

Dulu waktu SD saya senang mengetik dengan mesin ketik merek royal, awalnya cerita-cerita sederhana seperti melihat rumput manila dan batu-batu taman, tukang mie ayam yang lewat, atau sepeda BMX dan kejadian-kejadian di sore waktu. Saya ingat sekali waktu itu bisa jadi 3 (tiga) halaman. Tulisannya masih berantakan, tapi lumayan enak dibaca, lalu sejak umur 10 tahunan saya menghapal seluruh isi Ensiklopedi Americana, karena dulu belum jamannya google. Maka ensiklopedi adalah penting, kebetulan alm. Bapak saya suka gaya-gayaan, dia doyan pamer, dulu waktu saya umur 6 tahun dia beli buku ensiklopedi lengkap untuk dipajang di ruang tamu “Biar keliatan orang pinter” itu katanya. Tapi ternyata buku yang awalnya cuman buat pamer itu menjadi amat penting bagi saya untuk melakukan ‘drive’. – Apa itu ‘drive’ drive adalah istilah saya dalam menggunakan ketika saya menulis arahnya sudah terbaca, ini artinya : drive itu referensi kita sudah tau, tinggal kita mencocokkannya saja dengan sumber. Dulu sebelum jaman internet menulis dengan drive agak susah, karena setiap saat kita cocokkan kembali dengan buku, gara-gara hal itu saya capek dan akhirnya saya harus hapal dulu isi buku, cara menghapal isi buku itu mudah, gunakan imajinasi, isi buku itu kau anggap saja sebagai sebuah film yang bermain di kepalamu, ketika kepalamu memutar film itu maka kau meninggalkan kesan, kesan itulah yang bisa dijadikan tapal-tapal dalam kau melakukan drive.

Untuk baca ensiklopedi awalnya dulu susah, karena emang nggak bisa bahasa Inggris, sampai sekarangpun bahasa Inggris saya jelek, tapi akhirnya saya bisa membaca tulisan bahasa Inggris dengan baik, rahasianya adalah kita nggak usah paham semua perbendaharaan tapi kita sudah paham tata letak kalimat dimana kalimat yang kita paham sama yang kita nggak paham akan menemukan titik temunya. – Tentunya yang dibaca tidak semuanya, karena saya tidak menyukai bidang-bidang seperti : biologi, kimia dan matematika. Tapi saya amat menyukai sejarah, negara, sosial, politik, filsafat, geografi, tokoh (biografi), kehidupan (way of life), sastra, seni dan budaya – intinya saya suka segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia. – Di Ensiklopedia Americana, untuk entry-entry itu sudah lumayan lengkap. Dari hapal entry-entry itu kemudian berkembang dengan maen dokumen, dulu saya amat menyukai jalan-jalan ke pasar buku bekas, atau pasar loak yang saya cari adalah dokumen. Dengan mencari ke pasar loak, kita bisa mendapati betapa kayanya Indonesia dengan terbitan-terbitan buku intelektualitas di masa lalu. Dulu pemerintahan Hindia Belanda selalu mengeluarkan buku catatan yang dinamakan almanak, setiap kejadian remeh mereka catat juga, lalu buku-buku catatan yang banyak orang tidak tahu, bisa kita dapatkan di tukang-tukang loak. Saya suka mencari itu sejak SMP, tapi sekarang sudah tidak ada lagi karena ada : Google..!. Namun bagusnya semua dokumen itu saya hapal luar kepala, sehingga ketika saya membaca suatu tulisan kita bisa merangkai, sampai sejauh ini untuk soal yang saya minati belum ada hal-hal baru yang mengagetkan saya, daya entry google berbahasa Indonesia atau Inggris untuk soal-soal yang saya minati seperti sejarah atau politik masih soal-soal yang ada didokumen-dokumen lama. – Bahkan menurut saya entry didalam google tidak lengkap bila dijadikan referensi, kita harus memerlukan buku, subjek pada entry google hanya separuh-paruh, sampai saat ini data informasi yang memiliki daya gedor dokumen cetak, tapi saya kira dalam 10 tahun ke depan semuanya sudah terdigital ini artinya dunia paperless menjadi realitas yang paling nyata.

Oh ya untuk mengetahui kamu penulis automatical writer atau tidak cobalah kamu duduk di computer dan menulis sesuatu ide : apa saja. Kalau bisa sampai 20 halaman tanpa henti itulah yang disebut automatical writer, ini artinya selain kamu bisa menulis tanpa harus angkat pantat dari kursi atau membeo dari tulisan lain, kamu terlatih untuk berpikir otentik, kamu terlatih bisa membangun karakter dari tulisanmu. Saya sering melatih ini, awalnya saya hanya kuat 5 halaman dengan spasi rapat, tapi lama kelamaan bisa 20 halaman sekali duduk. Tapi tidak harus 20 halaman, satu halamanpun tak apa-apa yang penting berani menulis. Saya suka menulis banyak novel berisi ribuan halaman, atau menulis data-data yang sengaja saya tak publish, sampai saat ini saya tidak mau mempublish karena memang belum waktunya.

Dan yang terpenting dari semua, hargai karyamu sendiri. Biar orang lain nggak suka, tapi kamu suka. Pada hakikatnya seorang penulis adalah orang yang menggerakkan dunia ini terus berputar, mungkin dia bukan orang yang bertindak, mungkin ia orang pengeritik terus menerus, mungkin ia orang yang cemas, tapi sebuah tulisan yang baik akan selalu melahirkan opini. Memang opini tak selalu melahirkan kekuatan, tapi kekuatan selalu dilahirkan dari opini. Dari situlah sejarah bisa kita ubah ke arah yang lebih baik.

Kini blog saya sudah berumur empat tahun. Terimakasih untuk Titiana Adinda, Raisa Fathia Premiera dan Miagina Amal yang telah membantu kegaptekan saya.

No comments: