Friday 11 November 2011

Rafles, Intrik Keraton Yogya dan Singapura.....



Tahukah anda pendirian Singapura itu karena Raffles mencaplok wilayah Hindia Belanda secara sepihak? Di masa kekuasaan Napoleon, Jawa adalah pertaruhan penting di Asia. Napoleon berharap dengan menguasai Jawa ia akan membuka pintu ke Cina dan bersekutu dengan Cina untuk menghadapi Inggris di India. Lalu Napoleon memanggil Jenderal andalannya : Daendels dengan tugas utama mempertahankan Jawa sampai titik darah terakhir.

Sebelumnya karena terlalu berkonsentrasi pada perang di Eropa, koloni-koloni Perancis di Asia jatuh ke tangan Inggris. Akhirnya Perancis hanya berharap pada koloni wilayah taklukan Eropa seperti Belanda yang memiliki tanah jajahan di Asia : Hindia Belanda. Inggris sendiri menyerbu ke Sumatera dan Ambon, semua wilayah dikuasai Inggris dan bersiap dengan kekuatan besar untuk menyerang Jawa.

Daendels adalah jenius militer ia paham kekuatan Inggris adalah dilaut, mempertahankan Jawa adalah mempertahankan tepi pantai. Lalu Dandels mendapatkan laporan bahwa Jawa sebelumnya adalah pulau yang maju dan memiliki kerajaan pribumi terkuat di Asia Tenggara. Kerajaan itu memiliki jalan di tepi pantai yang menghubungkan setiap kota pesisir. Daendels lalu melebarkan jalan tersebut dan menjadikan kekuatan militer yang cepat untuk berpindah tempat (Kelak seratus tahun kemudian Hitler membaca buku perang dan menggunakan teori Daendels untuk membangun Autobahn, jalan raya militer yang amat berguna dalam serangan mendadak –blietzkrieg-.) Benar saja taktik Daendels itu membuat Inggris gagal menduduki Jawa. Daendels bahkan membangun pelabuhan militer terkuat di Asia Tenggara yaitu : Semarang, kelak Semarang akan jadi kota penting dalam penaklukan daerah-daerah vassal di Jawa.

Daendels meninggalkan warisan penting dalam perkembangan Jawa, kebun-kebun kopi di pedalaman Priangan jadi hidup karena ekspor yang cepat disebabkan jalan yang luas, jarak antara Batavia-Surabaya yang tadinya 40 hari dipersingkat jadi 7 hari, setiap kota memiliki kantor pos, sehingga jalan yang dibangun disebut Jalan Raya Pos. Perkembangan luar biasa ini membuat pemikiran-pemikiran baru tentang perkebunan, Jawa yang tadinya rimba raya akan dikomoditifikasi menjadi Perkebunan terbesar di dunia karena tanahnya yang subur. Kejeniusan Daendels ini tidak diimbangi dengan wataknya, ia terlalu kasar. Orang Jawa memanggil dia Mas Kalak, karena saking galaknya. Salah seorang Pangeran Cirebon dengan kasar ia bentak : “Lu orang Cirebon, otak lu kayak Rebon” saat Pangeran itu menolak pengerahan rakyatnya untuk bangun jalan. Ia dengan keras membongkar cadas di Sumedang, ratusan orang mati karena tidak kuat membongkar cadas. Pangeran Cornel menantang Daendels tidak mau berikan orang lagi untuk pembangunan. Akhirnya dari Bogor satu arsenal pasukan meriam dibawa ke Sumedang dan disuruh menembaki gunung cadas, dalam lima hari gunung cadas hancur, lalu Daendels berkata pada orang-orang yang melihatnya “gampang bukan?”

Juteknya Daendels bikin benci Raja Jawa, terutama Hamengkubuwono II. Hamengkubowono adalah Raja Yogyakarta yang berambisi menyatukan lagi Jawa dibawah kekuasaan Mataram Baru dimana dia akan rajanya, untuk menguasai Jawa ini maka Hamengkubuwono II harus menaklukan rival-nya Pakubuwono IV. Sayangnya PB IV ini juga berambisi jadi raja dan orangnya cerdik, ia amat pandai bersandiwara. Daendels memerintahkan seluruh Residen di Jawa berkedudukan sama dengan Raja Jawa dan diperlakukan sebagai ‘Minister’. Hamengkubuwono II marah, Hamengkubuwono II minta nasihat kepada patihnya Danuredjo : “Apa yang akan saya lakukan?” Danuredjo berkata singkat : “Sinuwun tidak boleh melawan, karena Daendels ini perwakilan Napoleon, Maharaja terkuat di dunia sekarang. Kita pasti kalah, baiknya kita permainkan saja Perancis, Inggris dan Belanda”. Hamengkubuwono II setuju.

Dalam masa pemerintahan Daendels, Inggris menyebarkan intel-intel yang menggerogoti dari dalam kekuatan Daendels, dan kerjaan intel ini berhasil. Banyak residen seperti Residen Menado dan pejabat-pejabat penting Belanda setuju untuk melawan Daendels dan membuat laporan palsu ke Napoleon. Akhirnya surat-surat masuk ke Napoleon melaporkan bahwa Daendels melakukan korupsi dan berbuat amat kejam pada penduduk pribumi. Napoleon marah bukan kepalang saat baca laporan itu, lalu Napoleon memanggil Lodewijk adiknya untuk bicara, lodewijk yang Raja Muda Belanda itu membantah bila Daendels korupsi “Bukan watak Daendels, itu” kata Lodewijk, bahkan Lodewijk menjamin Daendels bukan seperti apa yang dilaporkan, memang pada kenyataannya di tangan Daendels pemerintahan birokrasi Hindia Belanda berlangsung amat efektif dan tidak ada korupsi seperti masa sebelumnya, Daendels bahkan mampu membangun Jawa secara revolusioner, di tangan Daendels Jawa bisa menjadi sumber logistik perang.

Laporan palsu buatan Inggris inilah akhirnya yang bikin Napoleon memutuskan untuk menyerbu Rusia, Rusia adalah wilayah kaya sumber alam, Napoleon ingin menjadikan Rusia sebagai daerah logistik dan membuka pintu ke Cina. Padahal Napoleon di awalnya pembukaan pintu ke Cina itu lewat Jawa setelah Indochina dikuasai Inggris dan Jawa dijadikan daerah logistik. Kesalahan terbesar Napoleon-pun diambil : Daendels ditarik ke Eropa.

Benar saja Napoleon kalah di Rusia, karena Jenderal Winter alias musim dingin dimana salju membantai pasukan Napoleon yang kelaparan. Kekalahan Napoleon ini membuat Inggris mudah masuk ke Jawa dan menguasai Jawa. Inggris menempatkan Thomas Stamford Raffles.

Raffles ini anak miskin lalu bisa menjabat kedudukan penting di Biro Dagang Inggris. Ia kelebihan Raffles adalah ia seorang pencatat yang tekun, menyukai intelijen, pemikir paling berbakat, dan yang paling penting adalah kecerdasan geopolitik dan geoekonomi luar biasa. Dalam waktu cepat Raffles merombak seluruh struktur kekuasaan Jawa, lima belas hari di Batavia, Raffles langsung memerintahkan Intelijennya untuk meneliti kemungkinan Raja Solo dan Raja Yogya bersatu. Ternyata betul insting politiknya mengatakan demikian. Lalu Raffles meminta agar agen Intel-nya membongkar skandal surat-surat yang terjadi. Saat itu Pakubuwono IV memanas-manasi Hamengkubuwono II untuk melawan Inggris. Pakubuwono IV tau bahwa Hamengkubuwono II sejak muda berambisi untuk menyatukan Yogya dan Solo dan semasa menjadi Pangeran ia menulis buku politik yang dinamakan ‘Kitab Suryaradja’ dalam buku politik itu Pangeran Sundoro (nama muda muda Hamengkubuwono II) menuliskan : “kelak hanya akan ada satu Raja Jawa, hanya akan ada satu Kerajaan di Jawa. Mataram seperti yang dibangun Eyang Panembahan Senopati”. Buku Politik ini sampai sekarang masih disimpan sebagai pusaka terpenting Keraton Yogyakarta.

Raffles tau ancaman terbesar wilayah jajahan adalah ketika dua raja ini bersatu, ia harus menghancurkan keduanya. Namun rencana Raffles ini dilarang oleh Kolonel Colin Mackenzie yang mengatakan “Bila terjadi perang maka kita tidak akan bisa tenang mengeksplorasi Jawa, memetakan sumber-sumber kekayaan alam Jawa, biarlah dua Raja itu hidup dengan dunianya, asal ia tidak mengganggu Semarang dan Batavia” Raffles akhirnya menurut, tapi kemudian terdengar Hamengkubuwono II sudah menyiapkan pasukan Madiun untuk menyerbu Semarang. Raffles lalu datang dan hanya diiringi sepuluh pengawal pasukan khusus Inggris menanyakan kebenaran itu. Bukannya disambut dengan rasa hormat oleh Hamengkubuwono II, Raffles malah dibentak “Kami turunan Sultan Agung, mengepung Batavia berbulan-bulan dan membuat orang Belanda gemetar ketakutan, maka kami tidak takut juga dengan Inggris..!!” teriak Hamengkubuwono II di dalam Siti Hinggil. Raffles yang berwatak intelektual tidak menanggapi kemarahan Sultan dan hanya tersenyum lalu pulang ke Gedong Agung (Rumah Residen) di Gedong Agung datanglah beberapa Pangeran yang setia pada Inggris rela pasang badan untuk menangkap Sultan. Pasukan Inggris didatangkan dari Semarang, Sultan ternyata belum siap berperang dan dengan mudah ditangkap, sementara Inggris merestui berdirinya Paku Alaman untuk mengimbangi kekuatan Raja Yogya.

Napoleon akhirnya kalah perang juga, di Wina terjadi konferensi untuk menyelesaikan persoalan tanah jajahan. Hindia Belanda harus dikembalikan Inggris kepada Belanda dalam tempo cepat. Raffles kecewa menerima keputusan dari pusat, pihak Inggris-pun masih berharap menguasai Hindia Belanda karena dengan menguasai Hindia Belanda kekuasaannya di Asia Tenggara akan sempurna, Hindia Belanda adalah jembatan antara Australia dengan Tanah Semenanjung yang membuka pintu ke India. Jaringan dagang ini akan jadi terkuat di dunia. Raffles marah-marah saat ia harus jadi Gubernur di Bengkulu.

Di tanah yang sering gempa ini, Raffles berharap akan bisa menaklukkan Jawa kembali. Ia lalu berpikir dalam-dalam bagaimana mengalahkan Belanda. Suatu saat Raffles dengan anak buahnya berlayar ke Penang, ia menjumpai banyak pelabuhan Belanda menerapkan pajak tinggi ke kapal-kapal yang berlabuh, lalu otak jenius Raffles berjalan. ‘Kunci penguasaan wilayah jajahan saat ini bukanlah perkebunan, tapi jasa pelabuhan. Pelabuhan adalah kunci paling penting mengakumulir modal, dengan adanya pelabuhan maka ekonomi akan segera tumbuh dengan cepat, jasa perbankan dan keuangan, dan seluruh jasa yang berkaitan dengan dagang’. Lalu dengan konsep itu Raffles beristirahat di Bangka Belitung, ia bertemu dengan pedagang-pedagang Bugis, Raffles memanggil pedagang-pedagang itu di tepi pantai dan berdialog : “Pantai mana yang paling enak buat berlabuh, hampir semua pedagang Bugis berkata “Tumasik”. Tumasik yang artinya : “Kota Laut” adalah nama yang diberikan Gadjah Mada, saat Gadjah Mada akan memerangi Kerajaan Johor, rencananya juga Gadjah Mada akan membangun pusat kota di Tumasik itu sebagai kota dagang tapi rencana Gadjah Mada keburu bangkrut karena perang antara Madjapahit dengan Sunda dimana Gadjah Mada dipenggal kepalanya sendiri oleh Hayam Wuruk.

“Dimana itu Tumasik?” kata Raffles dengan nada gembira. Lalu pelaut-pelaut Bugis pun mengantarkan Raffles ke Tumasik, kota paling selatan di Semenanjung Malaya. Tumasik dan Malaka saat itu merupakan wilayah Hindia Belanda.

Raffles gembira sekali saat melihat Tumasik, lalu ia menamakan kota ini sebagai Singapura. Kemudian Raffles berkata pada pelaut-pelaut Bugis untuk membantu mengembangkan Pelabuhan ini dengan cara membebaskan pajak. Pelaut-pelaut Bugis senang bukan kepalang, karena mereka tau, Belanda menerapkan pajak pelabuhan amat tinggi.

Pencaplokan sepihak Raffles ke Tumasik membuat pejabat di Inggris ketakutan, akhirnya Raffles dipanggil ke Penang. Mereka mencoba agar Raffles membatalkan mendirikan pelabuhan. “Kita jangan sampai mengusik Hindia Belanda, jangan sampai terjadi perang karena dengan itu akan memancing Perancis untuk masuk ke Hindia Belanda lagi, biarlah keadaan ini menjadi aman”. Raffles membentak “Belanda itu menang perang karena kita!!, saya diusir dari luar Jawa karena Belanda membonceng kekuatan kita, sekarang kita hanya meminta pelabuhan kecil, kamu sebagai pejabat mustinya bisa berdiplomasi soal itu!!”….Raffles langsung berdiri dan keluar lantas membanting pintu. Pejabat Inggris itu diam saja lalu salah seorang berkata “Kita lihat dalam beberapa minggu ini perkembangannya”.

Ternyata perkembangan Pelabuhan Singapura sangat cepat, pedagang-pedagang Bugis lewat jaringannya mengajak mereka berlabuh ke Singapura. Raffles mampu menjadikan Singapura sebagai pelabuhan yang efektif. Raffles lalu mengestimasi dari pelabuhan ini “Perang Jawa sebentar lagi pasti meletus, saya akan mempersiapkan diri apabila Jawa menang terhadap Belanda maka Inggris yang masuk” obsesi terbesar Raffles adalah Jawa, karena setelah penemuan Borobudur ia merasa akan ada penemuan-penemuan arkeologi Jawa dimana akan menjelaskan masa lalu dunia. Ternyata benar Perang Jawa terjadi tapi itu setelah kematian Raffles di tahun 1824. Belanda marah setelah melihat Singapura berkembang pesat ia merasa kecolongan, lalu di Austria delegasi Belanda marah-marah dan meminta Inggris segera angkat kaki dari Tumasik. Namun Inggris dengan cerdas menawarkan Bengkulu dan Belanda menerima.

Benar kata Raffles akhirnya Tumasik menjadi kota paling kaya di dunia, menjadi Negara yang paling terglobalisasi. Di Singapura-lah rahasia kekayaan Inggris terletak.

Menarik sejarah dari cerita Raffles, jangan meremehkan pencaplokan sekecil apapun. Karena pencaplokan ini akan berakibat panjang. Inilah pelajaran kita dalam menghadapi insiden pencaplokan wilayah Indonesia dari tangan Malaysia. Saat ini Malaysia secara bertahap mengincar Kalimantan, Australia dan Amerika Serikat memiliki kepentingan di Papua, Timor Timur sudah lepas dan celah Timor yang kaya minyak digagahi Australia.

2 comments:

MatSapurba said...

Sang Nila Utama yg menamakan Singapura bukan Raffles! Bagian ini aja sudah salah, lalu himana pula dgn fakta2 lain?

Wa: 089677019238 said...

yang menamakan singapura itu sang nila utama bukan raffles

tolong diganti ya !!! biar gak salah