To. Sund1310
Malam-malam ini seperti malam lalu
air masih saja basah di menggenangi sarung bantal
angkasa kelu, langit beku biru
wajahmu....wajahmu....wajahmu
selalu datang dengan membawa pisau seribu penyesalan
menyesak-nyesak di dada
meninju ruang paruku
Sedang apa kamu disana
adakah rindu yang sama kau rasakan juga?
Kangen yang menggeletar-geletar ini
bila malam sepi apa kau ingat padaku?
Apa kau ingat wajahku?
Apa kau ingat semua tentangku?
Dan apa kau menangis seperti aku menangisimu?
Ombak menaut-nautkan iramanya
dan pelabuhan kecil sepi
harapan tentangmu sudah mati
Seribu Malaikat mengunci pikiranku
aku ingin melupakanmu tapi semua menjadi beku
bayanganmu menggenang ditiap segala tindakanku
kenanganmu menjadi novel yang tak habis-habis
rinduku maut
cintaku takluk
pada dirimu
Angin tak lagi memburu deru
seperti malam-malam ketika aku mengejarkan harapan untukmu
pikiran tak lagi menjuru-juru ketika aku melabrak semua pintu-pintu rejeki
Dirimu adalah alasan terbesarku untuk bertahan
Ketika engkau memutuskan pergi, akankah aku ada alasan tetap menjatahkan langit jingga di kepalaku?
Dimana kamu?
Sedang apa dirimu?
Apakah kau memikirkan diriku
seperti aku memikirkanmu..............?
2 comments:
Rasa sakit yang di mengerti akan mengajari kita betapa indahnya luka secara sempurna...
Nj.
Rasa Sakit Ini Yang Membuatku Mengerti Apa Arti Makna dari Kata IKHLAS
Bukan Berdasarkan Dari Kualitas Lidah Namun dari Kualitas Ketulusan Hati yang Kita Punya
Post a Comment