Sunday 18 October 2009

Surat Untukmu

Kamu

Angin kusam menggelembungkan malam, puih-puih ombak bersauh pada karang, mata cinta yang ditancap pada masa usang kini tumbuh menjadi beringin-beringin tua yang matang. Tanah-tanah sawah membentuk langitnya, bulir-bulir padi menggelantung tunduk diam menunggu waktu semai. Keringat air mata dan ketegangan menuju cita-cita disaksikan malam dan derasan doa. Aku uraikan cinta dengan sapaan riuh rendah. Dengan guyuran air timba, satu-satu dituangkan pada seroja-seroja malam.

Pada masa usang, film dimainkan dan popcorn satu-satu mengalir dalam perut. Air mengurai cakrawalanya dan ombak hijau mengapung-apung dari pagi sampai malam sama dengan suara deringan handphone menyala-nyala menusuk waktu.

Pancaran bulan menumpak-numpak cahayanya, malam di kali menjadi terang. Langkah-langkah kecil mengacung-acungkan harapan, kita yang tumbuh bersama di tiap senti waktu menumbuhkan jam, menumbuhkan malam. Kabur menggapai dan Kubur mencaci. Semua rata dimakan ketakberdayaan.

Palau ditengah laut adalah cerukan dalam, tak sedalam hati yang tiada bisa tertebak. Mata kangen menjadi setajam samurai, tapi toh yang dibutuhkan adalah palu untuk menancap paku. Aku geleparkan semua rentang senja ini, dimengerti tidak dipahamipun tidak. Pandangi aku dengan sepenuh abstraksimu, mulailah imajinasi berjalan maka roda kehidupan pelan-pelan berputar melintasi angkasa malam.

Aku merinduimu bagai rusa separuh mati termakan jebakan besi berhuruf U. Terjebak senyap dalam malam yang lengkap. Aku merinduimu dengan nafas senja dan hembusan itu tak berani jua aku harapkan untuk segera datang. Aku merinduimu seperti bus tua yang oleng ke kiri sebentar lagi dimasukkan ke gudang-gudang besi tua. Aku merinduimu sampai pagi berlumuran air mata.

Hutan gelap, laut ganas. Rimba raya masih saja menjadi teka-teki. Pandu tak ada lagi, gelisah menjadi sahabat yang menyalakan api. Matahari bukan lagi matador yang harus kupercayai. Mungkin luku-luku yang dibentuk petani pada tanah sawah menjadi semai harapan yang tumbuh di sisa-sisa doa.

Sundari, jadilah kerinduanku yang sempurna.......

No comments: