Sunday 18 October 2009

Sajak Pagi Yang Mati

Batang tubuh hujan masih tersisa di jendela
paku-paku lenyap di bumi penuh kabut
jarum jam terus bergerak, tapi hidup sudah tak ada lagi
hidup melintasi waktu, menjarangkan jarak
meloncat kesana kemari
tak ada lagi

beringin tua yang tumbuh depan rumah kabupaten
daunnya gugur, embun lenyap merusak angin pagi
pagi yang sedih adalah pagi yang dipenuhi air mata pada derasan doa-doa kematian
pagi yang melupakan jaraknya pada masa lalu
pagi yang menyentuhi rembulan tadi malam tanpa sama sekali menyenggamainya.

Pohon-pohon kamboja
kebun berbunga matahari
tanah sawah, tanah merah
luku-luku yang dibentuk seribu garis
mimpi berwarna biru
mata api, mata laut
senja yang kalut

Pagi ini sudah menemui alam mati
tak ada lagi yang harus dituliskan
kisah masa depan bukanlah kisah riuh rendah menjerang-jerangkan harapan
bukan lagi mimpi membangun rumah berbatu derasan doa

Pagi ini sudah mati
kerandanya ada di tepi tumbuhnya matahari............

No comments: