Friday 16 October 2009

Menentukan Hidup Pada Persimpangan Jalan

Setelah beberapa hari dalam kadar pemikiran yang berat ini, akhirnya sebuah jalan harus diputuskan. Aku tidak akan mengganti hati. Persoalan-persoalan cinta di masa lalu cukup berhenti sampai pada tahapan Cici saja. Kesetiaan harus dijaga, dengan begitu kekuatan lain bisa ditumbuhkan. Dan tidak akan ada lagi yang dikecewakan karena hati tak bisa berpaling dari Cici.

Sudah saatnya sekarang aku tampil dalam ruang publik, tulisan-tulisan baik essay dan novel harus segera dipublikasi. Jaringan segera direvitalisasi, kekuatan politik harus dibangun secara bertahap menuju masa matang di tahun 2014. Kontrak-kontrak bisnis yang banyak macet akibat kejatuhan harga saham 2008 semoga bisa diselesaikan dan kantor baru di gedung BEJ bisa terbentuk dalam waktu yang singkat.

Pertarungan ke depan adalah pertarungan antar generasi, semua kondisi sudah aku prediksi sejak lama. Dan bila aku berlarut-larut dalam mengenang kekasihku itu maka dunia tidak akan bergerak, padahal dunia ini terus menuntut terselesainya semua rangkaian pekerjaan yang banyak tertunda akibat terpuruk secara mental. Aku hanya percaya dia dan aku memiliki ikatan cinta sejati.

Hari ini undangan pertama untuk berbicara di depan forum sudah aku terima mungkin ini adalah entry point aku masuk ke dalam ruang Publik. Aku menuliskan tentang Pram, sebuah gagasan negara dalam alam pikiran Pram, apakan ruang negara itu dalam konsepsi Pram? Apa hubungannya sastra dengan jiwa sebuah jaman? itu yang aku akan bahas semoga forum nanti menjadi perdebatan menarik. Minggu depan sudah ada pertemuan dengan pihak produser sebuah radio untuk membicarakan acara show blog time, aku harus buat draft-nya dari sekarang.

Hal yang menarik dalam ruang publik ini adalah aku berinteraksi dengan banyak orang dalam tunning yang sama, saluran intelektual yang sama. Hal ini harus aku latih untuk menghilangkanku dalam kegagapan menghadapi orang-orang yang sama sekali cara berpikirnya lateral dan tidak terdidik. Hal yang harus aku pegang adalah aku sama sekali harus menjaga jarak untuk tidak menceburkan diri pada persoalan-persoalan sepele dimana habitat orang-orang itu berkecimpung. Karena proses dialektis dan tingkatan alam pikir mereka berbeda, jangkauan scoupe mereka yang kurang terhadap masalah abstraksi dalam menjelaskan deskripsi memang menyebalkan. Dan tindakan sekarang adalah tidak menjerumuskan diri ke dalam persoalan-persoalan sepele itu.

Sudah saatnya ruang publik menjadi agenda penting dalam diriku.

No comments: