Sebuah Renungan :
Anthurium dan Penggelembungan Pasar
Oleh Anton
Suatu siang yang panas saya bertemu dengan teman saya dia bercerita tentang tanamannya yang bernama anthurium. Jujur saja saya tidak pernah tertarik dengan tanaman. Sewaktu saya sekolah mata pelajaran yang paling tidak saya sukai adalah biologi dan kimia. Namun setelah dia bilang dengan anthuriumnya dia bisa dapat mendulang untung gede ratusan juta saya jadi tertarik untuk mengetahui apa sih anthurium itu? Apalagi saya baca di kompas dan Milis FPK banyak orang menyebut-nyebut anthurium. Dulu sih setahu saya kembang yang bagus adalah aglonema (seingat saya ya) dan adenium – mungkin sejenis umbi-umbian – kalau tidak salah. Kemudian teman saya itu ngajak main ke rumahnya dan dia memamerkan anthuriumnya yang bagi saya seperti daun jamu atau daun yang sering tumbuh di halaman rumah seorang ibu tua untuk digunakan sebagai tanaman obat. Dan bagi saya tidak ada yang indah dengan tanaman itu. Tidak seindah bunga matahari yang kuning cemerlang tumbuh di depan taman sebuah rumah mungil. Sebuah bunga yang selalu saya ingat kalau saya berangkat ke sekolah saat saya masih SD.
“Beneran nih bisa sampai ratusan juta?” kata saya sambil terus garuk-garuk kepala ngeliat tanaman yang bagi saya nggak ada bagus-bagusnya atau memang penggemar tanaman ini melihat dari sudut yang lain, sudut seorang pecinta tanaman. “Beneran, lo cek aja di internet atau lo baca majalah tanaman tuh majalahnya ada di meja” kata teman saya dengan mata penuh kemenangan. Teman saya langsung nyerocos. “Lo tau harga bibitnye aja bisa sampai puluhan ribu per biji, nih gue lagi bikin bibit” kata dia sambil nunjukin alat yang bentuknya aneh buat ngembangin bibit dan beberapa peralatan botani yang bagi saya bentuknya tidak menarik. Setelah lihat-lihat tanaman itu dan beberapa bentuknya saya ambil kesimpulan memang saya tidak tahu dimana cantiknya tanaman ini, tapi saya semangkin tahu dimana letak nilainya. Emosional Pasar! Itulah kesimpulan yang saya tarik dari pengamatan saya terhadap barang dagangan milik teman saya.
Sepulang dari rumah teman saya pikiran saya melayang jauh ke belakang. Sejak SMA saya memang suka bisnis, bisnis apa saja yang penting bisa jadi duit. Awal tahun 1990 saya main di bisnis ikan hias. Waktu itu yang lagi trend black molly, ikan mas koki baret kopassus, ikan slayer dan Oscar. Saya cari barangnya sampai bambu apus dan kadangkala mesan ke Tulung Agung. Lalu kalo udah dapat ikan itu diberi plastik dan digembungi oksigen malamnya kita kirim ke Bandung. Booming ikan hias kalo nggak salah sampai tahun 1994, sebelum saya akhirnya beralih ke saham BEJ tahun 1995. Nah di tahun 1995-an saya juga masih ingat dengan demam Palem Raja. Dulu kabarnya ada pesanan besar-besaran palem raja dari perusahaan property di Amerika. Itu rumornya. Sampai-sampai teman saya jam tiga malam datang menemui saya dia cari tanaman palem raja. Tanaman Palem depan rumah saya dikiranya jenis Palem Raja, dengan panik dia nawari agar tanaman itu dibelinya saja, jelas saya nggak kasih. Besoknya saya baru tahu kalo tanaman depan rumah bukan jenis palem raja, saya pun tidak mau tahu jenis tanaman apa, karena saya paling pusing dengan biologi. Kalau nggak salah demam palem Raja cuman berlangsung selama enam bulan dan sempat harganya menggelembung sampai jauh ke ubun-ubun dan setengah nggak masuk akal. Dan kemudian waktu saya terus menyaksikan tren komoditas biologi dimana harga-harganya jadi tidak masuk akal seperti : Aglonema, Adenium, Lou Han sampai Arwana. Sekedar catatan kalau Arwana saya masih menilai ikan ini memang memiliki nilai intrinsik tinggi, karena itu ada orang yang berani buat pabrik dengan scope bisnis jangka panjang, bahkan ada juga perusahaan itu yang sudah go publik di Pasar Modal. Beda dengan Arwana, nasib Lou Han mirip dengan nasib ikan Oskar, setelah tidak ada peminatnya Ikan Lou Han hanya bisa kita nikmati dalam pepesan Lou Han. Empat tahun lalu saya pernah diceritakan teman ada sebuah ikan lou han dengan gambar di badannya seperti angka 999 dihargai nyaris 1 milyar rupiah, benar atau tidak? saya tidak tahu. Tapi saya juga pernah lihat di majalah ada Lou Han dengan sisik berlafaz huruf arab yang berbunyi : Allah, dan saya kira memang ukiran warna sisiknya jelas sekali terlihat. Setidak-tidaknya dibanding Anthurium saya masih lebih bisa menyaksikan keindahan secara fisik pada ikan Lou Han.
Lalu apa yang terjadi dengan nilai Anthurium yang tidak masuk akal. Bagi saya harga komoditas yang sedang trend saat ini tidak ubahnya dengan skema Sponzi dalam bisnis investasi bodong atau seperti pasar modal di BEJ : Harga Saham Gorengan. Dalam skema Sponzi investasi bodong adalah menciptakan seolah-olah satu jenis investasi tertentu akan bernilai tinggi di masa yang akan datang, untuk itu pemilik bidang investasi itu menawarkan bunga yang tidak masuk akal, bisa 30% per bulan. Ingat dengan kasus Alam Raya atau Perusahaan investasi iklan dari Jepang? Nah, yang masuk pertama kali adalah orang yang mendapat keuntungan darimana bunga keuntungan itu dibayarkan pada investor/nasabah? Yah dari korban-korban yang masuk belakangan, jadi uang yang masuk tidak berputar dalam bisnis yang dijanjikan cuman berputar untuk menyediakan dana talangan bunga. Bisnis penipuan kayak gini bisa menghasilkan untung gede maksimal 50% dari dana yang terkumpul. Kalo penipunya pandai ia bisa menetapkan titik henti untuk kabur dan membawa total dana yang terkumpul dari investor belakangan yang belum berkesempatan mendapatkan bunga. Hitung-hitungannya mudah. Tidak jauh berbeda dengan saham gorengan yang sering terjadi di Pasar Modal kita yang lembek aturan mainnya. Seperti kasus teranyar TMPI (Agis) kemarin waktu. Untuk merekayasa saham agar dikerek sampai tinggi, memiliki pola-pola yang bisa dikatakan menjadi modus gerakan gorengan : Pertama kali adalah rumor pasar. Pada titik ini rumor pasar bukan merupakan penipuan karena pemain mahir pasar modal biasanya menaruh investasinya pada rumor, ketika rumor itu menjadi fakta dan muncul berita di koran-koran harga sudah terbentuk sempurna permasalahannya harga akan terkoreksi atau terus melambung. Nah, rumor saham gorengan tidak akan pernah menjadi fakta, karena faktanya adalah sebelum tercipta rumor pelaku kejahatan gorengan biasanya membeli besar-besaran barang yang akan digoreng untuk bisa dimainkan. Biasanya market akan bergerak cepat ke atas tanpa ampun, gerakan market yang cepat ini kerap kali mengecoh pemain yang tidak memerlukan pikiran kritis untuk masuk, yang paling celaka adalah pemain yang terlambat masuk dan masih mengira bahwa rumor yang terjadi adalah beneran. Inilah yang terjadi pada saham TMPI banyak investor yang masuk di harga 3.000-an kemudian menjual sahamnya jauh dibawah harga beli dan teriak-teriak nangis bombay tertipu begundal pemain licik. Apakah eforia anthurium mirip dengan penggelembungan pasar dan menciptakan harga semu yang pada akhirnya merugikan pemain yang masuk belakangan?
Saya masih melihat sampai saat ini anthurium tidak jauh beda dengan jenis komoditi trend lainnya yang dulu pernah meledak. Kalau anthurium tanaman kebutuhan dan diperlukan dalam jangka panjang, maka pemodal serius akan masuk dan membentuk semacam perusahaan anthurium yang terpadu dan berwawasan bisnis jangka panjang. Saya belum melihat gejala ini tidak seperti anggrek yang abadi nilai intrinsiknya. Anthurium adalah badai harga sesaat. Masalahnya masyarakat kita menjadi tidak rasional melihat ini dan saya kasihan dengan mereka yang masuk ke bisnis ini karena terkecoh seakan-akan harga anthurium tidak akan turun. Bahkan seperti karakter orang Indonesia yang sering tidak rasional melihat sesuatu segala-galanya dipertaruhkan untuk bisnis yang datang sesaat dan akan cepat perginya. Kalau harga anthurium anjlok mereka tinggal meratap karena udah keburu jual macam-macam untuk membidik bisnis ini. Dalam insting bisnis saya harga yang terbentuk dalam tanaman ini sudah tidak rasional lalu saya berpikir mungkin nggak ada rekayasa pasar untuk membuat demam anthurium? Dan apakah rekayasa trend komoditi seperti Palem Raja, Adenium, Aglonema, Oskar atau Lou Han merupakan mainan dari kelompok tertentu yang sudah ngerti karakter cara berpikir orang Indonesia. Kalau ini memang benar-benar ada kemungkinan pemain ini menyediakan stok banyak dulu lalu dengan kapitalnya katakanlah 10 milyar mereka melakukan seakan-akan ada transaksi dengan nilai tinggi dari komoditi 10 milyar dipecah jadi 100 juta. Sebuah tanaman yang harganya tak lebih dari 100.000 dibayar 100 juta lalu ada beberapa kali transaksi yang terjadi sehingga memunculkan rumor bahwa tanaman ini sedang disukai penggila tanaman yang nggak peduli duit, nah rumor ini akan bergerak cepat dan menimbulkan efek bola salju dimana mesin penggeraknya adalah ketidakrasionalan. Siapa yang untung gede akibat permainan ini, yang untung gede yah orang yang pertama kali menyimpan barang yang harganya akan melambung. Katakanlah mereka taruh dana 10 Milyar, akibat rumor pasar dan ketidaksiapan pemain pinggiran maka barang akan jarang, lalu berbondong-bondong pemain pinggiran itu mencari barang dan kepada siapa barang itu dibeli, yah kepada yang nyimpen barang dan dana taruhan 10 milyar bisa jadi harganya menjadi 100 milyar inilah yang dinamakan penggelembungan pasar. Ketika orang-orang sudah banyak bermain dan orang mulai berpikir rasional maka dengan sendirinya harga akan terkoreksi dengan cepat di titik inilah penggelembungan pasar akan meledak dan menurunkan harga serendah-rendahnya. Siapa yang dirugikan yah...yang masuk belakangan. Sementara pemain inti sudah mempersiapkan trend baru. Apakah anthurium seperti ini? Saya tidak tahu tapi kalau harga anthurium akan jatuh saya 100% yakin trend anthurium tidak akan lama lagi akan selesai.
Ciri-ciri sebuah komoditas memiliki nilai tinggi di harga mendatang adalah :
1. Ada kerasionalan pasar
2. Tidak ada penggelembungan harga
3. Pemodal dengan serius menekuni bidang ini dalam jangka waktu lama
4. Bank dan Lembaga Keuangan akan bersedia mendanai bisnis ini
5. Memiliki nilai intrinsik yang tahan waktu
Nah anda siap bermain anthurium atau tunggu berapa bulan lagi lihat trend komoditi lain lalu ambil instant gain?ANTON
1 comment:
emas ...
Post a Comment