Wednesday 21 November 2007

Masyarakat Komunis Masa Depan

Masyarakat Komunis Masa Depan Oleh Badri Alkriani

“Ada Hantu berkeliaran di Eropa, Hantu Komunisme”, bagitulah kata pembukaan Manifesto Komunis yang di tulis oleh Karl Marx bersama Engels, sebagaimana hantu adalah mahluk malam, dengan datangnya fajar, maka hantu itupun akan menyingsing, seiring dengan menyingsingnya fajar demokrasi di Eropa Timur, dan meninggalkan pertanyaan apakah memang hantu itu sudah tiba saatnya untuk pamit? Apakah komunisme berada di akhir perjalanannya, seiring dengan kejatuhan kerajaan soviet di awal tahun 1990-an?

Semula kejadian ekonomi dan politik di Uni Sovyet nampak mengesankan dan menjadi salah satu Negara adi kuasa. Pada perang dunia ke II membuka peluang bagi Uni Sovyet untuk menempatkan rezim-rezim komunis di belahan dunia. Mulailah perang dingin antara blok barat dibawah pimpinan Amerika Serikat dan blok timur di bawah komando Uni Sovyet. Pada tahun 1949 Cina direbut tentara merah yang tak bisa di hindari oleh kekuatan militer Amerika sendiri, Revolusi Kuba menempatkan rezim Komunis di depan hidung Amerika.Biji keambrukan Komunis sebenarnya sudah lama kelihatan, 1960 terjadi perpecahan antara RRC dan Uni Sovyet menjadi semakin terbuka. Dalam tahun 1970-an komunisme dimana-mana sudah mulai kelihatan stagnasinya, pada tahun itu pula demokrasi social mendapat tantangan berat dari filosofi pasar bebas, khususnya bangkitnya Tatcherisme dan Reaganisme yang lebih umum di sebut “Neo-Liberalisme”. Gagasan Van Hayek sebagai pendukung utama pasar bebas sekaligus kritikus sosialisme lainnya tiba-tiba menjadi kekuatan yang patut diperhitungkan. Memang tanpa Ghorbachev barang kali sakaratul maut akan lebih lama dan barangkali akan berjalan dengan sangat berbeda.Perkembangan ini mesti secara mendalam mempengaruhi nasib partai-partai komunis di Negara-negara non komunis, termasuk di indonesia. Akan tetapi sulit membayangkan bahwa ide Komunis masih dapat dipakai sebagai ideologi dan kerangka politik bagi seluruh perjuangan kemerdekaan.

Gerakan Revolusioner akan tetap muncul dimana-mana dan dalam kondisi-kondisi yang cocok, meskipun demikian dapat diragukan apakah mereka masih akan mau berjuang di bawah panji-panji Komunisme? Sosialisme tidak pernah mati, karena hantu di eropa itu masih tetap menyeramkan, tentu saja merupakan keharusan bagi kita untuk belajar dari pengalaman Sovyet yang pahit itu dan terutama mengenahi apa yang terjadi ketika rakyat dilucuti dari hak-hak demokratiknya. Revolusi Bolivarian di Venezuela adalah contoh bagi gerakan-gerakan revolusioner dalam melawan dominasi Imperialisme. Revolusi Bolivarian ini juga untuk membantah buku The End of History yang dituls oleh Fransis Fukuyama yang mengatakan bahwa akhir dari sebuah sejarah bumi ini adalah kemenangan Neo-Liberalisme. Dimata mayoritas penduduk planet bumi ini, dua pengalaman histories dalam pembangunan masyarakat tanpa kelas Stalinis dan social demokrasi telah gagal.ini adalah kegagalan dari sebuah tujuan sosial yang radikal secara menyeluruh. Tapi pemahaman ini tidaklah bermakna satu penilaian negative terhadap perubahan-perubahan social yang menguntungkan kaum tertindas. Dalam pemahaman ini neraca atas aktifitas gerakan rakyat selama 150 tahun terakhir tetaplah menunjukkan angka positif. Pembangunan sosialisme adalah satu laboratorium raksasa dimana terjadi berbagai pengalaman baru yang belum dapat di pahami sepenuhnya. Dalam lingkup yang lebih besar, kita harus memperhitungkan fakta bahwa taruhannya saat ini adalah sangat dramatic yaitu kelangsungan hidup manusia, kelaparan, penyakit menular, bom nuklir, pencemaran lingkungan, semua itu adalah kenyataan dunia kapitalis dulu dan sekarang, di dunia ketiga, 16 juta anak meninggal karena penyakit dan kelaparan.Abad kita sekarang adalah abad global, banyak orang menyebutnya sebagai abad dimana batas-batas antara satu Negara dengan Negara lain makin memudar, dengan globalisasi peran Negara kemudian seperti menyusut.

Fenomena kemajuan dibidang informasi dan perdagangan sekarang seperti tak lagi bisa dibendung oleh pembatasan atau retriksi dari sebuah Negara. Globalisasi ini tak lebih dari pada taktik dari Negara-negara Imperialis untuk mengeksploitasi dengan cara yang lebih beradab Negara-negara Dunia Ketiga.Strategi Negara-negara Imperialis ini telah melahirkan banyak perlawanan-perlawanan rakyat di belahan dunia, karena proses ploretarisasi missal yang di timbulkan dari kebijakan-kebijakan Negara-negara Imperialis, jika pada masa perkembangan kapitalis mata rantai penghisapan adalah bourjuasi vis a vis proletar, maka pada zaman sekarang mekanisme penghisapan yang terjadi adalah Negara vis a vis Negara.Sosialisme dapat memperoleh kembali nama baiknya dan kemampuannya hanya apabila ia siap untuk menjadikan dirinya sebagai alat perjuangan melawan segala macam penghisapan, hal ini menuntu tiga syarat: Pertama, sekali-kali tidaklah boleh sosialisme menempatkan dukungannya terhadap perjuangan social massa sebagai bagian proyek politik apapun. kita harus berada tanpa syarat ditengah massa dalam tiap perjuangannya, dalam hal ini memang dal Pemilihan Umum tidak begiti penting, sebab menang dalam Pemilu hanya mempunyai kekuasaan untuk memerintah tetapi tidak mempunyai hak untuk memerintah.Kedua, kita harus mengusung propaganda dan pendidikan ditengah massa untuk sebuah model sosialisme yang memperhitungkan segala macam pengalaman dan bentuk kesadaran dari dasawarsa terakhir. Kita harus membela suatu model sosialisme secara menyeluruh melibatkan peran serta massa disegala bidang kehidupan. Sosialisme macam ini haruslah berwatak mandiri, pro lingkungan, pembela perdamaian yang radikal, pluralistik, sosialisme ini juga harus memperluas kualitas demokrasi, internasionalis dan plural, termasuk membela sistem multipartai.Ketiga, kondisi yang diperlukan adalah penolakan dari kaum sosialis dan komunis atas semua praktek paternalistik, palsu dan elitis. Kita harus merenungkan dan menyampaikan sumbangan Karl Marx yang utama dalam dunia politik. Kebangkitan kemandirian kaum pekerja itu sendiri. Kebangkitan ini tidak dapat dikerjakan oleh Negara, pemerintah, para pemimpin partai ataupun pakar yang tidak bercacat sekalipun.

Jika ketiga syarat tersebut dipenuhi, maka hantu itu muncul untuk menghadirkan diri dalam bentuk suatu manifesto, yang akan menjadi manifesto partai, karena Marx sudah memberikan bentuk partai kepada kekuatan yang berstruktur poltis dan akan menjadi motor bagi revolusi, transformasi, perampasan dan akhirnya destruksi sebuah Negara.

Badri Alkriani, adalah seorang Proletar

No comments: