Tuesday 20 November 2007

Matematika Ekonomi Jalan Tol

Matematika Ekonomi Jalan Tol

Transformasi nilai guna dan nilai tukar Jalan Tol dilihat dari otak Sosialis, otak Kapitalis Barat, dan Otak Kapitalis Indonesia yang berzinah dengan Kekuasaan.

Oleh : Anton

Otak Sosialis

Jalan Tol = Weren (komoditi/barang) W
Tariff Tol = Geld (Uang) G
Manfaat = W2, secara abstraksi disamakan utilitas nilai barang

W-G-W2
Disini terjadi transformasi kualitatif dari nilai guna. Setelah terpenuhinya kompensasi dalam memenuhi/menutupi komposisi organik modal atau bahasa Paul Samuelson-nya, harga pokok produksi maka jalan tol itu digratiskan, biaya operasional kemudian diambil dari pajak negara yang bersumber dari nilai kerja masyarakat.

Otak Kapitalis Barat (Fair Competitive)

G = Geld (modal yang datang dari kaum Kapitalis)
W = Weren (Komoditi) Jalan Tol
G2 =Akumulasi modal

G-W-G1
Seorang Kapitalis datang kepada pemerintah membawa duitnya dan berani mempertaruhkan dananya pada jalan tol dengan pertimbangan bisnis yang matang ia mengatakan dalam tender pada pemerintah bahwa ia akan mendapatkan capital gain dari ROI sebesar 20% setelah dikurangi resiko unsistemik seperti inflasi atau resiko diluar kendali perusahaan. Disini pemerintah menjadi wasit yang mengawasi tindakan operasional jalan tol secara fair dan bersih. Dalam beberapa tahun selama kontrak kaum Kapitalis mendapatkan keuntungan yang didapatkan dari Akumulasi Modal, dan Akumulasi Modal ini digunakan untuk membeli komoditi lain maka terciptalah akumulasi kapital dan konsentrasi produksi secara besar-besaran dalam jaringan kuat yang meninju pemodal-pemodal kecil. Disini berarti ada Penambahan Kuantitatif dari nilai tukar. Setelah masa kontrak habis giliran pemerintah mengakumulasi modal.

Otak Kapitalis Gaya Indonesia

G = Geld
W = Waren
G2 =Akumulasi Kapital
C =Corruption
P = Pungli, toll of tariff collected without proper legal authority
U =Unexpectation Risk of Business, Resiko bisnis yang tidak perlu diramalkan untuk mendapatkan keuntungan misalnya tidak perlu memperhitungkan kenaikan inflasi agar dapat seenak udelnya menentukan harga, menaikkan harga dengan nilai aneh seperti Rp.625 agar menjadi Rp. 1.000,- jadi Rp. 325 adalah uang susuk yang kemudian digenapi, model hypermarket-hypermarket besar dalam mencap harga mati agar uang kembalian tidak diberikan pada konsumen.
CM = Capital Market (IPO/Go Publik) –reproduksi modal besar-besaran yang didapat dari Pasar Modal. Setelah IPO Kemudian modalnya diperbesar lagi dengan berbagai cara seperti reinvestments kembali ke Capital Market lewat penyusunan portofolio saham, obligasi dengan nilai kupon diatas bunga bank, bayar utang atau bikin jalan tol baru, atau mungkin selingkuh lagi dengan pejabat lewat perzinahan antara modal dan kekuasaan.....


Berarti skemanya

G-W-(G2+ C+ P+ U + CM) akumulasi kapital ini naiknya seperti deret ukur.


Yang menikmati :

Yang menikmati penggunungan modal ini adalah kelompok yang menguasai akses informasi, modal dan kekuasaan


Yang kena akibatnya :

Orang-orang yang masih seneng dikibulin.....


ANTON

No comments: